Hari Pertama Sekolah

Pada malam hari, Emira datang ke kamar Rayna untuk mempersiapkan sekolah di bantu seorang pembantu. Rayna seperti seorang ratu. Dia dengan santai selonjoran di atas kasurnya seraya mengotak-atik ponsel Amira yang sudah menjadi miliknya. Ketika sore hari Rayna melihat sebuah ponsel di sebuah laci, Rayna sempat bertanya siapa pemilik itu kepada Emira. Tentu saja, Emira menjawab miliknya. Rayna hampir melompat-lompat kegirangan. Karena baru kali ini dia memiliki ponsel.

“Njir, ni hape lebih gede kalo di bandingin sama yang punya si Dea. Kalo gue bawa hape ini ke kampung gue, udah gue pamerin ke seluruh desa,” monolog Rayna melihat aplikasi-aplikasi di dalam ponsel berwarna grey itu.

“Kak, besok pelajaran di kelas kakak apa aja?” tanya Emira yang akan memasukan buku ke dalam tas kakaknya..

Rayna menoleh. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal seraya menyengir bingung. “Gue gak ta—eh, lupa, lupa.”

Emira geleng-geleng kepala. Lalu membuka ponselnya untuk bertanya kepada salah satu teman sekelas kakaknya.

Rayna kembali fokus pada benda pipih di kedua tangannya. Sebenarnya, sedari tadi ia hanya menggeser kanan-kiri melihat aplikasinya. Tapi ia tidak berani menekan salah satu dari apk di ponsel itu, takut salah tekan sesuatu. 

Rayna melirik Emira yang tengah melihat bulak-balik ponsel dan buku yang akan di masukan ke dalan tas. Rayna bingung harus memanggil Emira apa. “Em ....” 

Emira menoleh saat mendengar gumamannya. Melihat ekspresi bingungnya, dia bertanya. “Ada apa, Kak?”

Rayna tersenyum canggung. “Gue manggil lo apa, ya?”

Emira menatap kakaknya seraya berfikir. Ia juga bingung, karena kakaknya jarang berinisiatif memanggil namanya. Walaupun butuh sesuatu, kakaknya selalu memanggil ‘ heh, lo’. Emira mengingat panggilan kakaknya ketika masih akrab. Tersenyum lembut menatap Kakaknya. “Panggil aja aku Mira, Kak.”

Rayna mengangguk dengan senyuman di sudut mulutnya. Lalu menatap Emira seraya mengangkat ponsel itu. “Mira gue mau tanya dong. Gimana cara gunain hape ini?”

Emira menatapnya heran. “Kakak kaya baru kenal ponsel aja. Itu ‘kan punya kakak. Masa gak tahu?”

Rayna menyengir canggung. Apa gue kasih tahu aja, kalo gue hilang ingatan sama si Mira? Rayna menatap Emira ragu. “Mir, gue mau kasih tau sesuatu. Tapi rahasia ....”

Emira menyatukan alisnya. Lalu mendekati kakaknya dan duduk di kasur di samping Rayna. “Rahasia apa?”

Rayna mendekat, berbisik di telinga Emira. “Gue gak inget apa-apa. Gue juga gak kenal keluarga gue sendiri selain lo.”

Pikiran Emira ngelag. Dia menjauh dan menutup mulut kaget menatap kakaknya dengan tidak percaya. Emira menggeleng tersenyum hampa. “Kakak jangan becanda, deh ....”

Rayna berkedip beberapa kali terlihat gugup. 

Emira mengingat reaksi kakaknya ketika baru saja bangun dari siang. Kakaknya sama sekali tidak mengenali mamahnya, dan menatap mereka seperti orang asing. Emira menatap Rayna dengan mata berkaca-kaca.

Rayna gelagapan melihat Emira yang akan menangis. “Gu-e gak pa-pa, kok. Kan lo tahu, gue sakit bukan karena terbentur. Jadi, nanti gue pasti Inget lagi.” Rayna mengusap bahunya dengan kaku. Tapi Emira malah memeluknya. “Hiks, Kak, maafin Emira .... “

Rayna membalas pelukannya dengan canggung. “Ke-napa lo minta maaf? Ini salah gue sendiri.” Emira semakin menangis. 

“Ada apa ini?” Suara seorang pria datang dari pintu kamar. 

Rayna dan Emira menoleh bersamaan mendapati keluarganya yang menatap mereka dengan cemas. Namun, ekspresi Emira menjadi marah. Dia melepaskan pelukannya dan beranjak menghampiri mereka dengan air mata mengalir. “Ini semua gara-gara kalian semua!” teriaknya marah lalu berlari keluar kamar menabrak bahu kakak keduanya.

Mereka menatap kosong kepergian Emira. Lalu perhatian mereka beralih pada Rayna seraya mengerutkan kening. “Amira, ada apa? Bisa kamu jelasin?” Pria yang menjadi ayah Amira itu bertanya dengan tajam.

Rayna menatap mereka dengan serba salah. Apalagi, melihat mata ketiga pria dan satu wanita itu tajam menatapnya, Rayna langsung menciut dengan kepala menggeleng. “Gak tau. Mira tiba-tiba nangis.”

Melihat mereka yang tidak pergi, Rayna membaringkan badannya, membelakangi mereka dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. “Gue mau tidur.” Dengan suara teredam, Rayna mengkode mereka untuk segera pergi.

Mendengar langkah kaki pergi, Rayna menghela nafas di balik selimut tebalnya. “Kayaknya hidup gue sekarang gak selurus jalan tol, gak semulus dan selembut tepung aci, deh.”

“Gak pa-pa, dah. Yang penting gue punya uang banyak, gak ada penghalang buat nyari cogan juga.” Mata Rayna mulai memberat yang awalnya Cuma tiduran untuk membuat mereka pergi.

“Hah, gue ngantuk.” Rayna mulai menutup matanya dan langsung tertidur.

***

Keesokan harinya, Rayna bangun dengan linglung menatap kamar asing yang tengah ia tempati. Setelah ingat, Rayna menepuk keningnya. “Gue lupa gue pindah ke dunia novel.”

Rayna melirik sebuah jam kecil di sisi tempat tidurnya yang menunjukan pukul 04.45. Dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sudah menjadi kebiasaannya bangun pagi. Biasanya Rayna dibangunkan emaknya sangat pagi, jadi ketika Rayna bangun jam 5 kurang, itu sudah sangat siang.

Rayna mengambil seragam yang sudah terlipat rapi di lemari. Setelah membawa handuk, Rayna berjalan ke kamar mandi. Butuh waktu sekitar 20 menit Rayna keluar dalam keadaan segar. Kamar mandi mewah itu sudah tidak di tanggapi udik Rayna lagi. Karena kemarin ia sudah memekik heboh ketika akan buang air kecil mendapati kamar mandi sebesar itu.

Rayna membuka jendela balkon. Langit sudah terang. Ia terdiam memandang langit seraya menikmati udara pagi yang segar. Sampai matahari terbit menyorot ke arahnya, Rayna langsung bersiap untuk pergi ke sekolahnya. Berhadapan dengan cermin, Rayna bingung bagaimana penampilan Amira ketika ke sekolah. “Gimana gue aja kali, ya?”

Amira mempunyai rambut hitam sepunggung. Poni yang menghalangi matanya. “Ni, poni ngehalangin penglihatan gue aja.” Rayna mengutak-ngatik poninya. “Gue potong dikit gak pa-pa, ‘kan?” Rayna tersenyum dan mengambil gunting.

Pintu kamar Rayna terbuka tiba-tiba diikuti jeritan panik.

“KAKAK! APA YANG KAKAK LAKUIN?”

Emira melihat kakaknya memegang gunting mengarah ke wajahnya. Emira langsung mengambil gunting itu dari tangannya.

Rayna tersentak kaget. Ia menoleh menatap bingung Emira. “Gue mau pot—“

“Kenapa kakak nyakitin diri sendiri? Aku mohon, Kak. Jangan lakuin ini.” Mata Emira mulai memerah akan menangis.

Rayna berkedip bingung. Menggaruk kepalanya. Lalu menyentuh rambut di keningnya. “Gue mau potong poni.”

Emira termangu. Lalu menghela nafas lega namun merasa malu. “... oh, kalo gitu aku bantuin.” Rayna mengangguk. Melupakan maksud ucapan Emira yang belum ia mengerti, ia berkata.  “Cuma dikit kok yang di potong, soalnya ngehalangin penglihatan.”

Emira mengangguk mengerti. Ia mulai memotongnya serapi mungkin, sedangkan Rayna mengikat asal rambutnya menjadi kuncir kuda. Setelah selesai, Emira menatap takjub kakaknya. “Kakak cantik banget kalo gini!”

Rayna bercermin. Lalu mengangguk arogan menyetujui ucapan Emira. “Iya. Ternyata gue cantik.”

Emira terkekeh. “Ayo, kita sarapan dulu.”

Rayna menoleh bingung. “Ke mana?”

“Ke meja makan, lah! Ke mana lagi?” Emira menatapnya geli.

“Oh.” Rayna menyengir bodoh.

Terpopuler

Comments

Lina Hibanika

Lina Hibanika

rayna bodor pisan 😂

2025-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Menjadi Kakak si Tokoh Utama
3 Rencana Masa Depan
4 Hari Pertama Sekolah
5 Koleksi Cogan
6 Teman Sebangku
7 Ratu Bully
8 Protagonis Pria Pertama
9 IPA to IPS
10 Pendatang yang Mengubah Alur
11 Daftar Baru Cogan Basket
12 Melerai Perundungan
13 Tamu Mengejutkan
14 Alur Sama, Alasan Berbeda
15 Si Pelanggar Aturan
16 Mau Berteman Baik?
17 Rasa Tertarik yang Berubah Arah
18 Permintaan
19 Diajari Motor
20 Kekhawatiran
21 Nonton Basket
22 Mimpi
23 Protagonis Pria Ketiga
24 Terciduk
25 Kangen?
26 Danies Leo Kalvior
27 Kecupan
28 Ungkap Perasaan
29 Jangan Terulang Lagi
30 Hukuman
31 Tawuran
32 Mari Berteman?
33 Motor Baru
34 Dikelilingi Lima Cogan
35 Nina Bobo
36 Danies Klavior
37 Pengamat
38 Rumah Arsa
39 Tuntutan Orang Tua
40 Balapan
41 Antagonis Pertama
42 Mengambil Penumpang
43 Kesiangan
44 Sakit Parah?
45 Rasa Khawatir
46 Kabur
47 Pindah Sekolah?
48 Intimidasi
49 Bersaing
50 Posesif
51 Psiko
52 Ingatan
53 Tidur Bareng
54 Mimpi Yang Sama
55 Dihindari
56 Keputusan yang Salah
57 Keluarga Kejam
58 Hadiah Motor
59 Perasaan
60 Penggila Cogan
61 Nonton Pertandingan
62 Hadiah Ciuman
63 Salah Meminta Bantuan
64 Imbalan Ganti Pertemanan
65 Cemas dan Cemburu
66 Minta Maaf
67 Ajakan Liburan
68 Tempat Masa Lalu
69 Berbagi Rahasia
70 Berbagi Rahasia II
71 Saudara Tiri
72 Teman Masa Kecil
73 Masa Lalu
74 Masa Lalu II
75 Kepemilikan
76 Kalian Hanya Fiksi, Aku Figuran
77 Perdebatan
78 Alibi
79 Ayo, Pulang
80 Penyesalan
81 Amira Sudah Pergi
82 Peringatan
83 Belenggu
84 Maaf dengan Pelukan
85 Ingin Pulang
86 Kekecewaan
87 Kepercayaan yang dikhianati
88 Kemarahan
89 Insiden
90 Fakta
91 Masa Lalu Ricolas
92 Rasa Takut yang Mengakar
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Prolog
2
Menjadi Kakak si Tokoh Utama
3
Rencana Masa Depan
4
Hari Pertama Sekolah
5
Koleksi Cogan
6
Teman Sebangku
7
Ratu Bully
8
Protagonis Pria Pertama
9
IPA to IPS
10
Pendatang yang Mengubah Alur
11
Daftar Baru Cogan Basket
12
Melerai Perundungan
13
Tamu Mengejutkan
14
Alur Sama, Alasan Berbeda
15
Si Pelanggar Aturan
16
Mau Berteman Baik?
17
Rasa Tertarik yang Berubah Arah
18
Permintaan
19
Diajari Motor
20
Kekhawatiran
21
Nonton Basket
22
Mimpi
23
Protagonis Pria Ketiga
24
Terciduk
25
Kangen?
26
Danies Leo Kalvior
27
Kecupan
28
Ungkap Perasaan
29
Jangan Terulang Lagi
30
Hukuman
31
Tawuran
32
Mari Berteman?
33
Motor Baru
34
Dikelilingi Lima Cogan
35
Nina Bobo
36
Danies Klavior
37
Pengamat
38
Rumah Arsa
39
Tuntutan Orang Tua
40
Balapan
41
Antagonis Pertama
42
Mengambil Penumpang
43
Kesiangan
44
Sakit Parah?
45
Rasa Khawatir
46
Kabur
47
Pindah Sekolah?
48
Intimidasi
49
Bersaing
50
Posesif
51
Psiko
52
Ingatan
53
Tidur Bareng
54
Mimpi Yang Sama
55
Dihindari
56
Keputusan yang Salah
57
Keluarga Kejam
58
Hadiah Motor
59
Perasaan
60
Penggila Cogan
61
Nonton Pertandingan
62
Hadiah Ciuman
63
Salah Meminta Bantuan
64
Imbalan Ganti Pertemanan
65
Cemas dan Cemburu
66
Minta Maaf
67
Ajakan Liburan
68
Tempat Masa Lalu
69
Berbagi Rahasia
70
Berbagi Rahasia II
71
Saudara Tiri
72
Teman Masa Kecil
73
Masa Lalu
74
Masa Lalu II
75
Kepemilikan
76
Kalian Hanya Fiksi, Aku Figuran
77
Perdebatan
78
Alibi
79
Ayo, Pulang
80
Penyesalan
81
Amira Sudah Pergi
82
Peringatan
83
Belenggu
84
Maaf dengan Pelukan
85
Ingin Pulang
86
Kekecewaan
87
Kepercayaan yang dikhianati
88
Kemarahan
89
Insiden
90
Fakta
91
Masa Lalu Ricolas
92
Rasa Takut yang Mengakar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!