Rencana Masa Depan

“Kak, aku masuk.”

Setelah mengetuk pintu dua kali, Emira memasuki kamar kakaknya dengan membawa sebuah nampan yang di atasnya terdapat sepiring makanan dan segelas air putih. Lalu, dia melihat kakaknya tengah menulis sesuatu yang sama sekali tidak terganggu dengan kedatangannya. Emira menyimpan nampan itu di sebuah meja dan mendekati kakaknya dengan penasaran. “Kak?”

Rayna tersentak kaget. Menoleh menatap Emira horor. “Eh! Sejak kapan lo di sini?!”

“Baru aja,” jawab Emira seraya tersenyum geli. Lalu, menatap kertas di di depan Rayna. “Nulis apa, Kak?”

Rayna menatap kertas yang baru saja ia gunakan. Lalu dengan wajah panik, ia menyembunyikan kertas itu di belakang punggungnya. Menatap Emira dengan gugup. “G-gue lagi gabut. Cuma asal corat-coret.”

Emira bingung melihat wajah kakaknya yang terlihat panik. Tapi ia tak mau bertanya lebih jauh. Mengingat nampan yang ia bawa, Emira mengambilnya dan menyodorkan makanan itu kepada Rayna. “Nih, Kakak makan dulu.”

Rayna melihat makanan itu dengan air liur hampir menetes. Di atas piring, terdapat nasi putih, ayam goreng, sayuran, dan telur. Menurut Rayna, makanan di piring ini sangat mewah. Apalagi, dia sangat jarang makan dengan telur, apalagi ayam. Rayna biasanya hanya memakan ikan asin, tempe, tahu, dan lauk sederhana lainnya. Apalagi, semenjak dia bangun beberapa jam yang lalu, perutnya sangat lapar. Tapi, pikirannya terlalu penuh sehingga melupakan perutnya yang kosong.

Rayna menatap Emira berbinar. “Ini beneran. buat gue?”

Emira bingung dengan reaksinya. Tapi dia mengangguk dengan perasaan geli. “Iya, ini makanan buat kakak. Tapi, kakak gak boleh makan makanan yang lain dulu. Tubuh kakak membutuhkan nutrisi. Jadi, aku bawanya hanya ini, sesuai intruksi dokter.”

Rayna tercengang. “Lo bilang ‘hanya’?”

Emira ingin tertawa dengan sikap aneh kakaknya hari ini. “Pfft, emang kenapa, Kak?”

Rayna merasa malu. Lalu menjulurkan tangannya meminta. “Ga-k pa-pa, kok. Mana atuh makanannya! Gue lapar ....”

Walaupun Emira tidak mengerti bagian tengah kalimatnya, tapi ia mengerti kalimat terakhirnya. Emira terkekeh. Lalu, mengambil piring yang terlihat penuh itu kepada kakaknya. Rayna makan dengan lahap di bawah tatapan geli Emira. Sudut mulut Rayna terangkat selama ia makan. 

“Enak?” Rayna mengangguk semangat tanpa menatapnya.

Emira menghela nafas. “Maaf, Kak. Aku terlalu sibuk sama kegiatan di sekolah. Jadi, aku gak tahu tentang kakak. Aku kesal sama keluarga kita. Kenapa mereka gak peduliin kakak? Dari dulu aku suka bertanya-tanya tentang ini. Tapi, tidak ada alasan apapun.”

“Guwe gwak pweduli.” Dengan pipi mengembung dan mengunyah, Rayna menyahut celotehan Emira.

“Apa yang kakak ucapin, gak sesuai sama hati kakak.” Emira semakin sedih melihat ketidakpeduliannya. Dia tersenyum tiba-tiba. “Baru kali ini aku ngobrol santai sama kakak. Biasanya, kakak selalu gak peduliin aku.”

Rayna mengangguk-ngangguk setuju. Semakin tidak peduli keluarganya, semakin Amira mengabaikan Emira. Tapi saat ini, Amira belum menyentuh titik benci kepada adiknya. Kening Emira mengerut heran melihat respon kakaknya. “Kenapa kakak ngangguk? Kakak bakal gak peduliin aku lagi, ya?”

Rayna menggeleng. Ketika suapan terakhirnya, Rayna menyodorkan piring kosong itu kepada Emira dengan senyum mengembang. “Abis!”

Emira tertegun. Kenapa ia merasa sikap kakaknya sangat berbeda? Ia lebih ceria banyak bicara dan tersenyum. Wajah kakaknya yang selalu datar dan suram, kini tersenyum cerah menambah kecantikannya. Walaupun bingung dengan perubahannya yang cepat, Emira tetap senang. Dia berharap kakaknya selalu seperti ini. Emira mengambil piring itu dengan senyuman di wajahnya, “Kakak mau nambah lagi?”

Rayna mengangguk antusias. Lalu menggeleng malu. Ini rumah orang Rayn! Batinnya menegur diri sendiri.

Emira melongo. Tidak, bukan hanya cantik. Sejak kapan kakaknya seimut ini? Dengan sikap kakaknya kepadanya saat ini, Emira merasa bahwa dia yang menjadi kakaknya, dan kakaknya menjadi adiknya.

“Minum dulu.” Emira menyodorkan segelas air yang Rayna terima dengan senang hati. Lalu Emira beranjak. “Aku ambil lagi makanannya.”

Rayna menahan tangannya dengan malu. “Gak u-sah. Gue udah kenyang.” Cuman, gue pengen lagi. Lanjutnya dalam hati.

“Beneran?”

Rayna mengangguk. Lalu menyengir memamerkan giginya. “Haturtankyuu.”

“Hah?” sahut Emira tidak mengerti. “Bahasa kakak aneh banget. Maksudnya ‘thank you’?”

Rayna mengangguk.

Emira tersenyum kecil. “Kakak kaya sama orang asing aja. Gak usah makasih, gak pa-pa.”

Rayna mengangguk kaku. Kita emang orang asing, ‘kan?

“Aku ke kamar dulu, ya,” pamit Emira seraya merapihkan piring dan gelas ke atas nampan. Emira mulai berjalan ke pintu keluar, namun tiba-tiba menoleh. “Eh, Kak, besok kakak mau sekolah atau masih mau istirahat?”

Rayna menatapnya bingung. Bertanya dengan ragu, “Udah berapa lama gue gak sekolah?”

Emira berpikir sejenak, lalu berkata. “Mungkin empat hari?”

Rayna mengangguk mengerti. “Mau ke sekolah aja. Gue udah gak pa-pa, kok.”

Emira tersenyum santai. “Oke.” Lalu keluar dan menutup pintu.

“Gue belum nyinggung harem Emira, ‘kan?” gumam Rayna dalam keheningan. Teringat sesuatu, dia terkikik sendiri. “Oh, iya. Mereka belum kenal.” 

Rayna mengambil kertas yang sempat disembunyikannya. Kertas itu berisi data semua protagonis pria alias harem Emira. Selain itu, dia menuliskan yang boleh dan tidak di perbolehkan untuk dirinya sendiri.

1. Tidak boleh mengabaikan dan menyakiti baik hati ataupun fisik Emira. 

2. Mencari sebab Amira di abaikan.

3. Mendekati keluarga Amira.

4. Menjauhi kelima protagonis pria.

5. Belajar yang baik.

6. Jadi anak yang baik, penolong dan rajin menabung.

7. Nyari cogan.

“Nah, cakep nih,” monolognya menatap bangga kertas yang telah ia tulis.

“Protagonisnya pada ganteng, sih. Tapi ... mereka serem.” Rayna bergidik.

Semua Protagonis pria mempunyai identitas tidak biasa. Hati mereka sudah sangat gelap. Ekspresi mereka selalu tajam, dingin, menyeramkan. Walaupun di antara mereka ada yang bersikap blak-blakan dan selalu tersenyum, tapi tidak ada yang tahu betapa munafik dan gelap hatinya. Itulah sebabnya, keberadaan Emira menjadi cahaya mereka. Dia gadis baik, lembut, meluluhkan hati beku mereka.

Mereka berada di sekolah yang sama. Tapi tingakatan kelas mereka berbeda. Satu pria protagonis di kelas XII, tiga orang di kelas XI, dan satu orang di kelas X atau kelas yang sama dengan Emira.

“Ah, gue bakal jauh-jauh deh, dari mereka,” monolognya. Lalu terkekeh. “Tapi, gue gak nolak kok kalo di deketin cogan.” Rayna menyimpan kertas itu di sebuah laci. Lalu menguncinya agar lebih aman. 

Rayna beranjak dari kasurnya untuk melihat-lihat seisi kamar. Pandangannya mengedar melihat ke semua arah. “Ya Allah, megah banget. Kalo kamar ini punya Amira, berarti sekarang punya gue, dong?”

“Gue gak nyangka banget, bisa masuk ke novel. Kalo gue gak punya ingatan Amira, gue pasti lagi halu sekarang.” Rayna terus bergumam sambil berpikir keras.

Tak sengaja melihat sebuah cermin, Rayna menghampirinya. Saat bercermin, Rayna tercengang meraba wajahnya. “Omaygot! Ini gue?” gumamnya tak percaya. Rayna langsung memekik kegirangan. “Alhamdulillah, gue gak burik! Ternyata gue cantik banget, Ya Allah!”

Bagaimana tidak? Wajah Rayna dan Amira sangat jauh beda. Walaupun Rayna masuk dalam kategori cantik, tapi Amira lebih dari itu. Jika Emira kecantikan lembut dan dewasa, maka Amira kecantikan imut, kekanakan. Belum lagi kulit badan dan wajahnya sangat mulus, bibir ceri tidak tipis atau tebal. Hidung kecil mancung, mata besar dengan bulu mata lentik.

“Gue mimpi apa semalam?” Berseru pelan, kedua tangan Rayna meraba wajahnya sendiri. “Kalo si Dea liat gue secantik ini, dia pasti insecure sama gue.”

“Bentar-bentar ....” Rayna berpikir linglung, “Kalo gue masuk ke tubuh Amira, terus Amiranya kemana, dong?”

“Gak mungkin, ‘kan? Dia ke tubuh gue …?” Rayna duduk di depan cermin menatap dirinya sendiri. Lebih tepatnya wajah Amira. “Gue ngerasa udah mati waktu itu ....”

Rayna menghela nafas. “Udahlah, gue lelah mikirin itu.”

Rayna melangkahkan kakinya menuju balkon. Udara sore hari masuk ke kamarnya lewat jendela balkon. Senja menghiasi langit. Rayna mendongkak menatap langit. “Semoga raga gue baik-baik aja. Gue belum tega ninggalin emak sendirian ….”

“Besok sekolah, ya?” monolognya. Helaan nafas Panjang berhembus lewat bibirnya. “Gue gak peduli sama isi ceritanya. Itu cerita adik gue. Gue Cuma figuran di sini. Gue mau nikmatin kekayaan Medensen dan ngoleksi cogan.”

Rayna tertawa. Suasana hatinya membaik. “Huhuuy! Cogan! I’m coming!”

Terpopuler

Comments

Queen AL

Queen AL

kenapa harus pake gue gue sih

2025-05-28

1

Erna Masliana

Erna Masliana

lah nanti berubah kamu yang jadi pemeran utama

2025-05-20

0

Lina Hibanika

Lina Hibanika

hahahahaha 😂

2025-06-24

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Menjadi Kakak si Tokoh Utama
3 Rencana Masa Depan
4 Hari Pertama Sekolah
5 Koleksi Cogan
6 Teman Sebangku
7 Ratu Bully
8 Protagonis Pria Pertama
9 IPA to IPS
10 Pendatang yang Mengubah Alur
11 Daftar Baru Cogan Basket
12 Melerai Perundungan
13 Tamu Mengejutkan
14 Alur Sama, Alasan Berbeda
15 Si Pelanggar Aturan
16 Mau Berteman Baik?
17 Rasa Tertarik yang Berubah Arah
18 Permintaan
19 Diajari Motor
20 Kekhawatiran
21 Nonton Basket
22 Mimpi
23 Protagonis Pria Ketiga
24 Terciduk
25 Kangen?
26 Danies Leo Kalvior
27 Kecupan
28 Ungkap Perasaan
29 Jangan Terulang Lagi
30 Hukuman
31 Tawuran
32 Mari Berteman?
33 Motor Baru
34 Dikelilingi Lima Cogan
35 Nina Bobo
36 Danies Klavior
37 Pengamat
38 Rumah Arsa
39 Tuntutan Orang Tua
40 Balapan
41 Antagonis Pertama
42 Mengambil Penumpang
43 Kesiangan
44 Sakit Parah?
45 Rasa Khawatir
46 Kabur
47 Pindah Sekolah?
48 Intimidasi
49 Bersaing
50 Posesif
51 Psiko
52 Ingatan
53 Tidur Bareng
54 Mimpi Yang Sama
55 Dihindari
56 Keputusan yang Salah
57 Keluarga Kejam
58 Hadiah Motor
59 Perasaan
60 Penggila Cogan
61 Nonton Pertandingan
62 Hadiah Ciuman
63 Salah Meminta Bantuan
64 Imbalan Ganti Pertemanan
65 Cemas dan Cemburu
66 Minta Maaf
67 Ajakan Liburan
68 Tempat Masa Lalu
69 Berbagi Rahasia
70 Berbagi Rahasia II
71 Saudara Tiri
72 Teman Masa Kecil
73 Masa Lalu
74 Masa Lalu II
75 Kepemilikan
76 Kalian Hanya Fiksi, Aku Figuran
77 Perdebatan
78 Alibi
79 Ayo, Pulang
80 Penyesalan
81 Amira Sudah Pergi
82 Peringatan
83 Belenggu
84 Maaf dengan Pelukan
85 Ingin Pulang
86 Kekecewaan
87 Kepercayaan yang dikhianati
88 Kemarahan
89 Insiden
90 Fakta
91 Masa Lalu Ricolas
92 Rasa Takut yang Mengakar
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Prolog
2
Menjadi Kakak si Tokoh Utama
3
Rencana Masa Depan
4
Hari Pertama Sekolah
5
Koleksi Cogan
6
Teman Sebangku
7
Ratu Bully
8
Protagonis Pria Pertama
9
IPA to IPS
10
Pendatang yang Mengubah Alur
11
Daftar Baru Cogan Basket
12
Melerai Perundungan
13
Tamu Mengejutkan
14
Alur Sama, Alasan Berbeda
15
Si Pelanggar Aturan
16
Mau Berteman Baik?
17
Rasa Tertarik yang Berubah Arah
18
Permintaan
19
Diajari Motor
20
Kekhawatiran
21
Nonton Basket
22
Mimpi
23
Protagonis Pria Ketiga
24
Terciduk
25
Kangen?
26
Danies Leo Kalvior
27
Kecupan
28
Ungkap Perasaan
29
Jangan Terulang Lagi
30
Hukuman
31
Tawuran
32
Mari Berteman?
33
Motor Baru
34
Dikelilingi Lima Cogan
35
Nina Bobo
36
Danies Klavior
37
Pengamat
38
Rumah Arsa
39
Tuntutan Orang Tua
40
Balapan
41
Antagonis Pertama
42
Mengambil Penumpang
43
Kesiangan
44
Sakit Parah?
45
Rasa Khawatir
46
Kabur
47
Pindah Sekolah?
48
Intimidasi
49
Bersaing
50
Posesif
51
Psiko
52
Ingatan
53
Tidur Bareng
54
Mimpi Yang Sama
55
Dihindari
56
Keputusan yang Salah
57
Keluarga Kejam
58
Hadiah Motor
59
Perasaan
60
Penggila Cogan
61
Nonton Pertandingan
62
Hadiah Ciuman
63
Salah Meminta Bantuan
64
Imbalan Ganti Pertemanan
65
Cemas dan Cemburu
66
Minta Maaf
67
Ajakan Liburan
68
Tempat Masa Lalu
69
Berbagi Rahasia
70
Berbagi Rahasia II
71
Saudara Tiri
72
Teman Masa Kecil
73
Masa Lalu
74
Masa Lalu II
75
Kepemilikan
76
Kalian Hanya Fiksi, Aku Figuran
77
Perdebatan
78
Alibi
79
Ayo, Pulang
80
Penyesalan
81
Amira Sudah Pergi
82
Peringatan
83
Belenggu
84
Maaf dengan Pelukan
85
Ingin Pulang
86
Kekecewaan
87
Kepercayaan yang dikhianati
88
Kemarahan
89
Insiden
90
Fakta
91
Masa Lalu Ricolas
92
Rasa Takut yang Mengakar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!