Bab. 2 ONS

Malam puncak acara fashion show pun digelar, Delia bersama dengan teamnya sudah sampai ditempat tujuan. Tak lupa mereka membahas briefing yang sudah di bicarakan tadi pagi.

Delia duduk di kursi paling depan, begitupun dengan desainer lainnya. Satu persatu model berjalan berlenggak-lenggok diatas karpet merah. Senyum tipis terus terukir disudut bibir mereka.

Setelah tiga jam berlalu, akhirnya acara pun selesai. Delia berpamitan untuk pulang terlebih dahulu ke hotel karena kepalanya terasa pusing. Teman-teman Delia masih bersiap, membereskan barang-barang mereka.

Saat melewati sebuah cafe, pikiran Delia langsung ke coffee late. Dia meminta supir untuk berhenti di cafe tersebut. Dirinya pun masuk, dan memesan secangkir coffee late. Namun, ketika Delia melihat ke sekeliling cafe tersebut, dia mendapati seseorang yang dikenal berada ditempat itu.

Delia mengucek mata, mencoba memastikan. "Brian?" ucapnya kembali membuka bola mata selebar mungkin.

Dadanya bergemuruh, jantungnya berdetak sangat kencang. Delia berjalan perlahan menuju meja yang tak jauh dari tempatnya duduk. Keadaan cafe itu cukup ramai.

"B—brian?" panggil Delia sesudah sampai di dekat pria itu.

Seorang pria yang tak lain adalah Brian, dia langsung menoleh. Kedua mata mereka saling bertemu, dan Brian terlihat gugup.

"S—sayang? K—kamu ada disini?" tanya Brian dengan terbata. Pasalnya, dia tidak tahu jika acara yang Delia datangi bertepatan di Singapore, sama sepertinya sekarang.

"Kamu—" Delia mencoba berbicara setenang mungkin, karena banyak orang disana.

"Sayang, aku bisa jelasin semuanya."

"Kamu bilang, kamu mau pulang kerumah, menjenguk orangtuamu. Tapi ini—" Delia menggelengkan kepalanya.

"Jangan membahasnya disini, lebih baik sekarang kita cari tempat yang nyaman untuk bicara." Brian menarik tangan Delia keluar dari tempat itu, diikuti oleh wanita yang bersama Brian tadi.

Mereka sudah berada di tempat yang sunyi, Brian mencari alasan untuk membuat Delia percaya padanya.

"Del, sebenarnya dia ini adik sepupuku. Aku datang kesini untuk menjemputnya. Kami akan pulang bersama-sama."

"Alasan macam apa itu, Rin? Kau tidak pandai berbohong. Aku sudah melihat semuanya dengan mata kepalaku sendiri. Kalian berdua berpegang tangan, saling tertawa, dan bahkan kau merapikan rambutnya yang berantakan. Ternyata benar yang Bella katakan, kau berselingkuh!" Delia menatap Brian dengan lekat. "Katakan apa kurangnya aku? Semua sudah ku berikan untukmu, Brian! Kau butuh uang? Aku memberikannya padamu! Mobil? Kau butuh mobil, aku pinjamkan padamu. Tapi ini balasan yang ku dapatkan? Aku pikir kau setia, tapi ternyata kau mendua."

Brian menarik napas dalam-dalam, sejujurnya dia sudah muak menjalin masih dengan Delia yang jarang punya waktu untuknya.

"Kau termasuk sempurna, Delia. Tapi sayang, kau itu terlalu b*odoh!" ejek Brian dengan berani.

"Tutup mulutmu, Brian! Aku bukan bodoh, aku hanya mencintaimu, aku tidak mau kau merasa kekurangan apa pun dalam segi materi. Sebisa mungkin aku membantumu, tapi kau malah mengatakan aku bodoh?" air mata menetes di pipi Delia.

"Aku bosan menjalin hubungan denganmu, Delia. Aku bertahan karena hanya kau yang bisa memenuhi keinginanku dalam segi materi. Kau bertanya apa kurangnya dirimu? Kau tidak punya waktu untukku, kau selalu sibuk dengan pekerjaan pekerjaan dan pekerjaan. Hal itu membuatku bosan."

"Seharusnya kau bisa bicarakan itu padaku, Brian. Sebisa mungkin aku pasti akan mengatur waktu agar bisa bersama denganmu. Bukannya kau malah berselingkuh seperti ini."

"Semuanya sudah terlanjur, Delia. Dan sekarang, aku mau kita putus. Jangan pernah ganggu aku lagi, dan masalah uang, aku akan menggantinya." Brian berpaling dari Delia, dia menggandeng tangan wanita simpanannya itu dan pergi dari hadapan Delia.

Delia, dia yang masih syok dengan kenyataan saat ini, hanya diam tak bergeming. Namun, air mata terus mengalir deras di pipinya. Bayangan indah di masa depan, yang sudah dia impikan bersama dengan Brian, semuanya hancur lebur. Delia yang tidak tahan menopang tubuhnya langsung bersimpuh ditanah.

"Aaaaaa!!!!" teriaknya untuk meluapkan rasa sakit yang ada di dalam dadanya.

"Inikah yang dinamakan sakit tapi tak berdarah?" ucapnya lemah, dia menunduk meratapi nasibnya. Benar adanya, tidak perlu terlalu mencintai seseorang, jika tidak ingin merasakan sakit hati yang amat dalam.

Hampir satu jam Delia berada disana, ditempatnya terduduk. Dia berjalan gontai menuju ke hotel. Tidak terpikirkan untuk memanggil taksi atau menghubungi teman-temannya.

Saat melewati sebuah bar, Delia pun menghentikan langkahnya. Dia menoleh, sepertinya itulah cara satu-satunya agar dia bisa melupakan tentang masalah asmaranya. Delia berjalan ke arah bar dengan mata yang sembab.

****

Bersambung

SECANTIK INI KOK DI DUAIN SI BRIAN 😭 NYESEL LOE!

Terpopuler

Comments

bunda aya

bunda aya

ya Allah pipimu mb alus bener
kaya kaca mbke /CoolGuy//CoolGuy/

2025-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!