Bab 2. Menikah Dengan Kakak Mantan

Dua jam yang lalu, mereka semua sudah berada di rumah sakit. Iffah— ibunya Shanum, sudah langsung ditangani dokter.  Dan, sekarang hidupnya berada diambang kematian. Ya, antara hidup dan mati. Lebih tepatnya kritis, dokter yang menanganinya menyarankan untuk langsung pasang ring di jantung.

Ayah Aiman tampak duduk pasrah di ruang tunggu, dan menyerahkan tindakan apa pun yang terbaik untuk istrinya pada dokter. Untung saja ia dapat fasilitasi asuransi kesehatan untuk sekeluarga dari perusahaan Wijanarko, sehingga tidak terlalu pusing untuk mencari dana awal, kecuali jika ada biaya yang tidak bisa diklaim oleh orang lain. Ini mungkin akan jadi kendala.

Namun, berbeda dengan Shanum yang sejak tadi menangis pilu. Ia mengusap pipinya, menarik napas dalam-dalam, lalu kembali menegakkan punggungnya, kemudian menoleh ke arah Ervan yang sedang berdiri jauh dari ruang tunggu.

“Sha, kamu mau ke mana?” tanya Bibi Ratih, adik ibunya, saat melihat keponakannya berdiri.

“Ada yang harus Shanum selesaikan, Bik,” jawab Shanum pelan. Langkahnya yang tidak bisa terburu-buru mendekati Ervan yang tampaknya masih sibuk berbicara melalui ponselnya.

Pria itu melirik gadis itu. “Iya Pah, aku masih di rumah sakit,  akan mengurus semuanya.” Kalimat itu jadi pamungkas akhir Ervan sebelum memutuskan panggilan teleponnya. Lalu, ia menatap Shanum kembali, seakan bertanya ada apa.

“Jika sampai Ibu kenapa-napa di dalam sana, Kak Renaldi dan Pak Ervan harus bertanggungjawab! Ini semua terjadi karena kalian berdua!” hardik Shanum dengan jemarinya menunjuk-nunjuk ke muka pria tersebut. Ia tak peduli dengan status pria tersebut.

Ervan menarik napas dalam-dalam, ia pun juga turut menyesali sampai terjadi hal yang di luar perhitungannya. Semuanya tidak sesuai dengan ekspektasinya. Meski ia tidak menyukai Shanum, bukan berarti tidak ada rasa empati pada keluarga sopir keluarganya.

 “Nyawa harus dibalas dengan nyawa! Andaikan Kak Ren mau datang dan menikahi saya. Ibu saya tidak akan kritis seperti ini. Pak Ervan boleh saja mengatakan hal buruk tentang saya, tapi tolong ... hargai perasaan orang tua saya. Kami memang bukan orang berada, tapi bukan berarti bebas untuk diinjak-injak! Kalian harus bertanggungjawab!” seru Shanum, suaranya agak meninggi.

“Semua gara-gara adik Anda, Pak Ervan! Dasar Laki-laki playboy!” Shanum mengikis jarak di antara mereka, lalu dengan beraninya memukul dada pria itu.

Ayah Aiman dan Bik Ratih yang kebetulan melihat, langsung buru-buru bangkit, dan mendekatinya.

“Hentikan Shanum!” seru Ayah Aiman, tangannya pun melayang  begitu keras ke pipi Shanum.

Gadis itu terkesiap dan terdiam, begitu juga dengan Ervan. Iris mata coklatnya berkaca-kaca.

“A-Ayah!” Shanum menyentuh pipinya yang terasa perih.

“Jaga sikapmu, Pak Ervan itu bos Ayah! Kamu tidak pantas bersikap kasar seperti itu!” bentak Ayah Aiman dengan menggebu-gebu.

“K-Kenapa Ayah membelanya ... kenapa? Terus ... semuanya salah Shanum?” tanya Shanum terbata-bata.

“Apa karena Shanum telah melakukan kesalahan besar, maka keluarga majikan Ayah ... ah ... Ayah membelanya? Apa Ayah takut dipecat?” Shanum kembali bertanya dengan suaranya begitu lirih.

“Diam, Shanum!” Ayah Aiman kembali membentak,  seraya menahan emosi.

Shanum tergugu, jelas ia kalah dalam kondisi saat ini, percuma berdebat dan berargumen, atau membela dirinya sendiri, padahal ia pun korban dari kelicikan anak majikan ayahnya. Ratih mendekat, lalu menarik lengan Shanum. “Ayo Shanum, ikut Bibi. Kamu juga harus ganti baju, sebentar lagi ada yang mengantarkan baju gantimu.”

Ervan yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran ayah dan anak, mendesah pelan. “Pak Aiman nanti papa saya akan datang ke sini. Kami akan bertanggungjawab atas kejadian yang menimpa istri Pak Aiman. Lebih tepatnya selain biaya rumah sakit, saya akan menggantikan posisi adik saya untuk menikahi putri Pak Aiman. Jadi, tolong sebaiknya penghulu serta saksinya untuk segera datang ke rumah sakit, masalah tempatnya nanti akan diurus Ikhsan,” ucap Ervan datar dan dingin.

Sontak saja Shanum menoleh, matanya menyipit seakan mencari sesuatu dari pandangan mata pria itu. Sedangkan Aiman tampak bingung sekaligus tidak memercayai.

“T-Tapi bukannya Pak Ervan sudah—“

Ervan mengangkat tangannya ke udara, membuat Ayah Aiman menghentikan ucapan yang sangat dimengerti oleh anak majikannya. “Hanya keluarga inti saja yang tahu mengenai pernikahan ini. Jadi, silakan persiapkan pernikahan ini, saya tidak banyak waktu untuk berada di sini,” tegas Ervan memerintah.

Aiman menatap putrinya dengan tarikan napas lelahnya. “B-Baik, Pak,” jawab Ayah Aiman agak tergagap

***

Satu jam kemudian, di masjid yang berada di area belakang rumah sakit.

“Saudara Ervan Surya Wijatnako bin Rusdy Wijatnako, saya nikahkan engkau dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Shanum Lidya binti Aiman, dengan mahar berupa uang tunai sebanyak 25 juta rupiah, dibayar tunai.”

“Saya terima nikah dan kawinnya Shanum Lidya binti Aiman dengan mahar tersebut, dibayar tunai!”

“Alhamdulillah, sah ... sah!”

Shanum yang duduk di sebelah kakak mantannya hanya bisa tertunduk diam. Akhirnya apa yang diminta telah diwujudkan oleh Ervan, disaksikan oleh keluarga inti, sekaligus pak RT serta istrinya yang menjadi saksi. Biar tetangganya tidak comel dengan gosip-gosip yang sekarang sedang berhembus.

“Saya sudah memenuhi permintaanmu, ingat dengan janji-janjimu itu,” bisik Ervan terdengar sinis saat sesi Shanum mencium punggung tangan suaminya.

Gadis itu menarik wajahnya, sudut bibirnya tersenyum getir, pandangan matanya penuh dengan syarat makna.

Sementara itu, Diba—mamanya Ervan, menarik napas kecewa. Ya, ia sangat kecewa melihat pernikahan anak pertamanya dengan anak sopirnya. Tapi, ia terpaksa harus menerimanya karena takut keluarganya dituntut karena keadaan yang menimpa istri Aiman.

“Mimpi apa aku semalam harus punya menantu dari kalangan bawah,” gerutu Diba.

Wijatnako yang mendengar langsung menoleh, “Jaga ucapannya Ma, mau bagaimana pun keluarga Aiman itu keluarga baik-baik.”

“Kalau keluarga baik-baik, kenapa anaknya bisa menggoda Ren. Sampai mau-maunya tidur sama anak kita.” Mama Diba berkata dengan ketus. Lantas, Papa Wijatnako mencubit pelan lengan istrinya.

Shanum yang samar-samar mendengarnya tersenyum hambar. Hatinya tersinggung, tapi mencoba untuk berlapang dada, meski mulutnya ingin sekali membalasnya.

“Ah, siap-siap punya mertua yang sangat benci sama Shanum. Tapi, untungnya Shanum tidak perlu tinggal dengan mereka,” batin Shanum agak lega.

Dan, sebagai menantu yang bakal tidak diakui oleh keluarga Wijatnako, Shanum tetap mencium  punggung tangan kedua orang tua Ervan dengan hormatnya, meski Mama Diba tampak jijik, berbeda dengan Papa Wijatnako yang masih bisa bersikap ramah padanya.

“Kamu jangan senang dulu bisa menikah dengan Ervan. Kamu tetap bukan menantu saya. Hanya Meidina yang menjadi menantu saya,” bisik Mama Diba saat Shanum mencium tangannya.

Shanum tersenyum. “Baik Bu, akan saya ingat hal ini,” ucap Shanum begitu tenang.

Bersambung .... ✍️

Terpopuler

Comments

anonim

anonim

belum jelas ya kenapa Shanum bisa hamil anak Renaldi, apakah mereka berdua melakukan atas dasar suka sama suka atau Shanum dipaksa oleh Renaldi menyerahkan mahkotanya. Renaldi tidak bertanggung jawab atas perbuatannya di hari pernikahan dengan Shanum tidak datang.
Jadinya Ervan yang bertanggung menggantikan adiknya menikahi Shanum karena takut keluarganya dituntun karena ibunya Shanum kena serangan jatung.

2025-05-01

1

🔵 ve spa

🔵 ve spa

Ervan sudah apa nii Pak Aiman, nikah or tunangan 🤔

2025-05-01

1

Inooy

Inooy

ck,,hei buu jangan suka memandang seseorang itu dr status nya, tp dr akhlak nya...hanya orang2 kaya yg berpikiran picik mengukur martabat seseorang hanya dr sebanyak apa kekayaan yg mereka punya...

dengan banyak nya harta kekayaan ibu,apakah ibu sudah bermartabat?? 😏

2025-05-02

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Batal Nikah
2 Bab 2. Menikah Dengan Kakak Mantan
3 Bab 3. Karma Buat Shanum
4 Bab 4. Surat Perjanjian
5 Bab 5. Shanum Tersinggung
6 Bab 6. Ibu Tak Mau Melihatmu!
7 Bab 7. Pindah Rumah
8 Bab 8. Hamil Itu Salah Satu Rezeki
9 Bab 9. Tanggapan Meidina
10 Bab 10. Ketegasan Papa Wijatnako
11 Bab 11. Berhasil Menghubungi Shanum
12 Bab 12. Ervan Kesal Sekaligus Penasaran
13 Bab 13. Survei Kost-kost'an
14 Bab 14. Diam-Diam Ada Yang?
15 Bab 15. Acara Launching - 1
16 Bab 16. Acara Launching - 2
17 Bab 17. Melayani Suami
18 Bab 18. Berusaha Tenang Menghadapi
19 Bab 19. Ada Yang Kesal
20 Bab 20. Dasar Laki-Laki Aneh!
21 Bab 21. Bertengkar
22 Bab 22. Hal Yang Tak Terduga
23 Bab 23. Calon Dede Bayi
24 Bab 24. Jika Tidak Bisa Mencintai, Jangan Menyakitinya
25 Bab 25. Makan Malam
26 Bab 26. Hati Yang Gelisah
27 Bab 27. Tanggungjawab
28 Bab 28. Mari Bercerai
29 Bab 29. Bimbang
30 Bab 30. Ervan Aneh
31 Bab 31. Suasana Yang Canggung
32 Bab 32. Jangan Terjebak
33 Bab 33. Ceraikan Shanum!
34 Bab 34. Ervan Semakin Menjadi - Jadi
35 Bab 35. Teguran
36 Bab 36. Benih Yang Tak Diundang, Tapi Dicintai
37 Bab 37. Diusir
38 Bab 38. Tidak Pergi
39 Bab 39. Seperti Suami Beneran
40 Bab 40. Kembali Ke Rumah Sakit
41 Bab 41. Disuapi Ervan
42 Bab 42. Pilihan Ada Di tanganmu
43 Bab 43. Tenang Tapi Menyeramkan
44 Bab 44. Pertengkaran Hebat
45 Bab 45. Tolong Bertahan
46 Bab 46. Mengakhiri Pertunangan
47 Bab 47. Keadaan Shanum
48 Bab 48. Jawaban Ervan
49 Bab 49. Di Balik Pintu Ruang Bersalin
50 Bab 50. Keadaan Shanum Yang Sesungguhnya
51 Bab 51. Mencari Shanum
52 Bab 52. Mendatangi Tempat Kerja Shanum
53 Bab 53. Bayang-bayang Penyesalan
54 Bab 54. Pilihan Shanum
55 Bab 55. Kedatangan Orang Tua Meidina
56 Bab 56. Pilihan Yang Membakar Jembatan
57 Bab 57. Retakan Di Bawah Langit Jakarta
58 Bab 58. Datang Ke Surabaya
59 Bab 59. Menikmati Suasana Baru
60 Bab 60. Harusnya Pandai Bersyukur
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Bab 1. Batal Nikah
2
Bab 2. Menikah Dengan Kakak Mantan
3
Bab 3. Karma Buat Shanum
4
Bab 4. Surat Perjanjian
5
Bab 5. Shanum Tersinggung
6
Bab 6. Ibu Tak Mau Melihatmu!
7
Bab 7. Pindah Rumah
8
Bab 8. Hamil Itu Salah Satu Rezeki
9
Bab 9. Tanggapan Meidina
10
Bab 10. Ketegasan Papa Wijatnako
11
Bab 11. Berhasil Menghubungi Shanum
12
Bab 12. Ervan Kesal Sekaligus Penasaran
13
Bab 13. Survei Kost-kost'an
14
Bab 14. Diam-Diam Ada Yang?
15
Bab 15. Acara Launching - 1
16
Bab 16. Acara Launching - 2
17
Bab 17. Melayani Suami
18
Bab 18. Berusaha Tenang Menghadapi
19
Bab 19. Ada Yang Kesal
20
Bab 20. Dasar Laki-Laki Aneh!
21
Bab 21. Bertengkar
22
Bab 22. Hal Yang Tak Terduga
23
Bab 23. Calon Dede Bayi
24
Bab 24. Jika Tidak Bisa Mencintai, Jangan Menyakitinya
25
Bab 25. Makan Malam
26
Bab 26. Hati Yang Gelisah
27
Bab 27. Tanggungjawab
28
Bab 28. Mari Bercerai
29
Bab 29. Bimbang
30
Bab 30. Ervan Aneh
31
Bab 31. Suasana Yang Canggung
32
Bab 32. Jangan Terjebak
33
Bab 33. Ceraikan Shanum!
34
Bab 34. Ervan Semakin Menjadi - Jadi
35
Bab 35. Teguran
36
Bab 36. Benih Yang Tak Diundang, Tapi Dicintai
37
Bab 37. Diusir
38
Bab 38. Tidak Pergi
39
Bab 39. Seperti Suami Beneran
40
Bab 40. Kembali Ke Rumah Sakit
41
Bab 41. Disuapi Ervan
42
Bab 42. Pilihan Ada Di tanganmu
43
Bab 43. Tenang Tapi Menyeramkan
44
Bab 44. Pertengkaran Hebat
45
Bab 45. Tolong Bertahan
46
Bab 46. Mengakhiri Pertunangan
47
Bab 47. Keadaan Shanum
48
Bab 48. Jawaban Ervan
49
Bab 49. Di Balik Pintu Ruang Bersalin
50
Bab 50. Keadaan Shanum Yang Sesungguhnya
51
Bab 51. Mencari Shanum
52
Bab 52. Mendatangi Tempat Kerja Shanum
53
Bab 53. Bayang-bayang Penyesalan
54
Bab 54. Pilihan Shanum
55
Bab 55. Kedatangan Orang Tua Meidina
56
Bab 56. Pilihan Yang Membakar Jembatan
57
Bab 57. Retakan Di Bawah Langit Jakarta
58
Bab 58. Datang Ke Surabaya
59
Bab 59. Menikmati Suasana Baru
60
Bab 60. Harusnya Pandai Bersyukur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!