"Kalian apa mau saya potong gaji? Bubar sekarang!" bentak Baskoro pada mereka yang sedang menuding Yuna dengan berbagai tuduhan.
"Kuperingatkan pada kalian, kehamilan Yuna tidak ada hubungan apa pun dengan saya, dia punya suami, lalu apa salahnya jika dia hamil? Apa kalian punya bukti untuk menuduhnya seperti itu?"
"Tidak ada, kan? Sekarang perusahaan ini sudah berpindah ke orang lain, saya bukan lagi pemilik perusahaan, bos baru kita sudah mengubah peraturan lama, bagi wanita yang bersuami dan hamil, dia juga akan mendapatkan apa yang Yuna dapatkan sekarang, paham?!" tegas Baskoro dengan geram.
Mereka semua saling memandang, betapa beruntungnya mereka yang bersuami, tidak akan menunda waktu hamil lagi jika ada peraturan seperti itu, tidak perlu repot-repot bekerja maka mereka akan mendapatkan penghasilan yang jauh lebih memuaskan dari gaji mereka sekarang.
"Pak, boleh saya bertanya?"
"Siapakah Bos baru kita sekarang? Setidaknya jika beliau datang ke perusahaan, kami bisa bersikap sopan dan tidak melakukan kesalahan," tanya salah satu dari mereka.
"Bos kita adalah pria muda yang memiliki martabat tinggi di negara ini, tidak banyak yang mengenali beliau, sekali pun ia datang ke sini, dia juga tidak akan ingin kalian tahu siapa dia, jadi tugas kalian di sini hanya bekerja dengan giat agar bisa memuaskan bos baru kita, paham?"
"Paham, Pak," jawab mereka serentak.
"Interupsi, Pak." Rangga mengangkat tangan tiba-tiba, membuat yang lain menoleh padanya.
"Lalu bagaimana dengan kami yang pria? Apa yang kami dapatkan?" lanjutnya.
"Kau masih ingin menuntut juga, hah? Peraturan ini hanya berlaku untuk wanita hamil, mereka yang tidak hamil juga sama seperti kalian para pria, tidak mendapatkan apa-apa selain gaji bulanan, memangnya kau ingin hamil juga, hm? Mau kau keluarkan lewat mana bayinya?" Baskoro melotot tajam pada Rangga. Mereka yang mendengar itu, masing-masing tak kuat menahan tawa, membuat Rangga malu sendiri akibat bantahan yang ia lakukan.
"Sudah jelas semuanya, kan? Sekarang minta maaf pada Yuna atas tuduhan kalian itu, terutama kamu, Rangga, kamu akar dari permasalahan ini, jangan berhenti jika Yuna tidak memaafkanmu, atau jika tidak, kamu saya pecat!" ancam Baskoro.
Mereka semua bergantian meminta maaf pada Yuna, dan yang terakhir Rangga datang menghampiri. "Yuna, aku minta maaf karena menuduhmu yang bukan-bukan, tolong maafkan aku." Rangga menundukkan kepalanya di hadapan Yuna.
Yuna menghela napas kasar menatap Rangga. "Sudahlah, lupakan saja, aku tidak ingin masalah ini diperbesar."
"Pria ini kuserahkan pada Anda," bisik Samuel pelan di samping Baskoro. Melihat istrinya difitnah begitu, ia tidak mungkin bisa terima begitu saja, meski Yuna memaafkannya, tapi Samuel tidak selembut itu memperlakukan orang yang berani cari masalah dengannya.
"Yuna, ayo kita pulang." Samuel menarik tangan Yuna keluar dari perusahaan.
Saat di depan perusahaan, Yuna menggenggam tangan Samuel dan tersenyum. "Hari ini keberuntungan berpihak pada kita, semua ini berkat doamu juga, jadi aku ingin merayakannya bersamamu, kita makan di sana, yuk. Aku yang traktir." Yuna menawarkan.
Samuel pun tersenyum, akhirnya bisa membuat wanita itu tersenyum senang lagi. "Ayo."
"Mmm ... Sam, aku ingin bertanya, boleh?" sahut Yuna ketika mereka sedang duduk menyantap makanan.
"Boleh, mengenai apa?"
"Itu, tadi kamu ada di ruangan Pak Baskoro, sebenarnya kamu ada hubungan apa dengan beliau?" Akhirnya Yuna menanyakan apa yang menjadi rasa penasarannya.
"Tidak ada, aku hanya menyampaikan pesan dari temanku, yang sekarang jadi bos di perusahaan itu," jawab Samuel berbohong.
"Oh, jadi apa peraturan baru itu kamu yang minta sama temen kamu?" tanya Yuna yang tampak senang.
"Begitulah, aku hanya mencoba keberuntungan itu, siapa sangka dia begitu baik dan menyetujui permintaanku."
"Kalau begitu, keberuntungan kali ini, semua berkat kamu, kamu yang paling berjasa. Terimakasih ya, Sam."
"Untuk kamu dan anak kita."
Samuel merasa, dengan statusnya sekarang, ia takut Yuna akan dalam bahaya, mengingat profesinya sebagai ketua mafia, tidak banyak yang menyukainya apalagi dalam kalangan segerombolan bandit berkedok mafia itu, selama ini dia masih begitu ditakuti karena ia masih mampu untuk menghendelnya, tapi jika ada satu saat di mana ia melakukan kecerobohan, bisa saja Yuna dan anaknya ikut terseret dalam masalah tersebut.
~~
"Ma, kita pulang."
"Tumben pulang awal? Sama Samuel pula, ada apa?"
"Oh ya, Mama belum kasih perhitungan sama kamu, Samuel, bisa-bisanya kamu buat Yuna hamil, seharusnya sekarang ini Yuna jangan hamil dulu, itu sangat membahayakan pekerjaannya."
Baru saja pulang ke rumah, kini Samuel lagi-lagi mendapat semprotan pedas dari mertuanya.
"Ma, jangan ngomong begitu, malu didengar tetangga, mau bagaimana pun wajar jika Yuna hamil, Samuel itu suami Yuna, kita tidak bisa memprediksi hal ini." Yuna mencoba untuk membela Samuel.
"Ya seharusnya kalian itu pakai alat pengaman, jangan sampai kamu hamil," bantah Bu Rosi tak mau tahu.
"Ma, kamu ini apa-apaan sih? Bicara apa kamu? Seharusnya kamu senang karena sebentar lagi kita akan memiliki cucu pertama, seharusnya kamu menasihati Yuna agar dia tidak terlalu lelah bekerja, karena itu akan membahayakan janinnya, bukan malah memarahinya hanya karena dia hamil, gimana sih?" Ayah Yuna ikut membela.
"Kalian semua ini sama saja, tidak mengerti apa yang aku rasakan, apa kalian tidak pikir kita akan makan apa jika Yuna tidak bekerja, kamu juga, Pa. Seharusnya kamu itu tidak sakit-sakitan, bisa bekerja menghasilkan uang jika Yuna tidak bisa bekerja, apalagi kamu, Samuel. Kamu masih muda, tapi kamu malah tidak bisa menghasilkan apa pun seperti pria yang lain, coba kamu lihat Rendra, dia sukses bekerja di perusahaannya, keluarganya juga punya toko aksesoris yang terkenal di kota ini, sementara kamu? Kamu punya apa? Selain menumpang hidup sama kami di sini, pria tak berguna, mati saja kau sana!" seru Bu Rosi dengan wajah yang memerah menahan amarah.
"Ma, jangan ngomong begitu, Samuel itu suami Yuna, menantu Mama juga."
"Iya, Ma. Kamu kan bisa minta sama Yuni, bukankah Yuni juga bekerja di perusahaan besar? Kudengar dia juga mau mendaftar pekerjaan di perusahaan yang baru dilantik itu, kuyakin dia bisa membantu keuangan kita." Ayah Yuna memberi usul.
"Yuni tidak boleh dilibat dalam hal ini. Dan kamu Yuna, jika pun kamu tidak menikah dengan pria sampah itu, Mama juga tidak akan pernah bersikap seperti ini, semua ini adalah resiko yang harus kamu tanggung karena berani menikahi dia tanpa restu Mama." Bu Rosi benar-benar tidak bisa menahan emosinya.
"Ma, Tidak perlu marah begitu. Ini untuk Mama saja." Samuel memberikan sebuah cek pada Bu Rosi.
"Apa ini? Cek 100 Juta? Dari mana kamu mendapatkannya?" Mata yang tadinya menyorot tajam, sekarang melemah dan berbinar terang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Kenapa gak tinggal bareng papi dan mami saja sih, kan berkunjung ke rumah mama rosi tiap minggu juga gak apa-apa, kalopun kena omel kan cuma seminggu sekali, dan lagi tidak harus membuat Yuna khawatir setiap saat. Jika tinggal bareng Papi, Yuna juga aman dari gangguan siapa pun.
2021-12-26
6
Novianti Ratnasari
si Rangaga mulut lemes bgd kaya ibu 2 gosip
2021-12-03
0
Trisno Karno
knp tdk beli rumah sendiri
2021-11-01
3