"Bukankah perusahaan itu belum di dirikan? Kenapa Anda begitu cepat merencanakannya? Bangunan besar tentunya tidak akan siap hanya dalam satu tahun, kita masih punya waktu untuk mengerjakan apa yang harus dikerjakan sekarang." Salah satu dari mereka angkat bicara.
"Bodoh, tau apa kau hah? Perusahaan itu akan dilantik dalam tiga hari lagi, mereka menyewa satu gedung untuk sementara waktu sambil menunggu gedung baru dibuat, jika kalian bisa masuk dan bekerja di sana lebih awal, setidaknya kalian akan dihormati sebagai seorang senior di beberapa tahun berikutnya, paham?"
"Paham, Kek," jawab mereka serentak.
Dalam keheningan itu, Samuel tiba-tiba mengangkat tangannya. "Lalu bagaimana jika tidak ada yang berhasil masuk ke sana?" Dan semua orang menoleh padanya.
"Memangnya kami di sini sama bodohnya denganmu? Mustahil di antara kami tidak ada yang bisa masuk ke sana mengingat bahwa kami memiliki pendidikan yang tinggi, apa kamu pikir dengan kamu yang tidak bisa mendapat pekerjaan dan menganggur setiap hari lantas menyamakan kami denganmu, begitu?" bantah Marlin tak terima.
"Aku hanya bertanya seumpama apa yang kukatakan adalah benar, bagaimanakah Kakek menanggapinya?"
"Sudah, jangan berdebat. Samuel, kamu baru pertama kalinya menghadiri acara pertemuan keluarga Santoso, lancang sekali bertanya seperti itu, secara tidak langsung kamu sama saja sedang meremehkan anggota keluarga Santoso, berdiri sekarang, membungkuklah pada mereka meminta maaf atas kelancanganmu," titah kakek dengan melotot.
"Meminta maaf? Kenapa aku harus minta maaf hanya karena sebuah pertanyaan biasa? Aku juga tidak mengatakan bahwa aku meremehkan mereka, aku hanya mengumpamakannya saja, mau bagaimana pun perusahaan itu memiliki tim seleksi yang teliti, tentunya mereka juga akan memilih karyawan dengan sangat hati-hati, lantas di mana letak kesalahanku?" Samuel membantah.
"Jangan banyak bicara, berdiri sekarang!" seru kakek dengan geramnya.
Samuel mengepalkan tangan sekuat mungkin, tapi Yuna segera menenangkannya. "Sudahlah, Sam. Jangan membantah kakek," bisiknya sembari mengamati pandangan mereka semua ke arahnya.
"Apa kamu juga ingin aku meminta maaf dengan kesalahan yang tidak pernah kuperbuat?" Samuel menatap lekat ke arah Yuna.
Yuna terdiam sejenak. "Baiklah, tidak apa jika kamu tidak mau, biar aku saja yang menggantikanmu meminta maaf."
Samuel dengan cekatan menarik Yuna kembali agar duduk di kursinya. "Jangan, kamu tetaplah di tempat, aku bisa melakukannya."
Samuel menatap Kakek Santoso dan Marlin bergantian, tentu dengan rasa benci yang begitu dalam. "Kalian akan membayar penghinaan atasku hari ini," batinnya.
Samuel berdiri dan membungkukkan badan pada mereka semua. "Aku minta maaf." Dengan nada yang begitu malas. Tampak Marlin tersenyum puas, ia masih begitu dendam terhadap Samuel karena tadi telah berani menantangnya.
"Sebaiknya kau diam saja, jangan pernah angkat bicara selama pertemuan berlangsung, kau hanya akan membuatku malu di depan mereka," sahut Bu Rosi dengan berbisik pelan saat Samuel kembali duduk di tempatnya.
"Eh, Kak Yuna, astaga apa aku salah lihat? Kalungmu, kalungmu itu apakah bintang lumut asli?" tegur Yuni dengan antusias dan terkejut.
Mendengar sebutan bintang lumut, semua orang menoleh pada Yuni. Ya, hanya mendengar namanya saja mampu membuat orang-orang di sekitar terkejut, yang berada di kalangan atas, siapa yang tidak tahu tentang kalung bintang lumut, apalagi di kalangan para wanita, kalung ini sedang heboh-hebohnya menjadi perbincangan hangat karena desainer perancang kalung tersebut meninggal dunia di hari pertama kalung itu diresmikan menjadi kalung terbaik dan termahal sepanjang sejarah di negara itu sendiri.
Meninggalnya desainer tersebut, menjadikan kalung itu sebuah barang istimewa bahkan hingga naik harga berkali-kali lipat dari harga awal. Dan stoknya pun terbatas, hanya ada tiga di negara tersebut, semua orang berburu untuk mendapatkannya, tapi tetap saja mereka tidak mampu untuk memiliki kalung tersebut mengingat harganya yang tak begitu lazim di dompet. Kalung itu juga bisa saja membawa sebuah status baru bagi penggunanya, siapa pun yang memakainya, tentu akan dianggap sebagai orang yang terpandang bahkan tak akan ada yang berani untuk menyinggung pengguna kalung bintang lumut.
"Apa yang kau katakan barusan?" Marlin masih tak berkedip menatap Yuni.
"Kakakku memakainya," ujar Yuni yang juga sedikit syok.
Marlin bangkit dan menghampiri Yuna, memperhatikan kalung itu dengan seksama. "Apa ini asli?" tanyanya.
Yuna menggeleng bingung. "A-aku tidak tahu."
"Rendra, keluargamu memiliki toko aksesoris, kau tentu bisa membedakan keaslian kalung bintang lumut, kan?" Marlin berpindah menatap Rendra yang berdiri di samping Yuni.
"Ya, ayahku pernah mengatakan bahwa liontin bintang lumut itu akan tembus cahaya jika ia asli, jika diketuk palu, ia tidak akan hancur meski liontinnya sangat kecil, bisa dicoba jika memang kalian penasaran mengenai kalung itu," ujar Rendra santai, lagian ia yakin, apa yang dikenakan Yuna pasti hanya barang tiruan, kalung semahal itu, bahkan dirinya saja tak sanggup membelinya, bagaimana mungkin Yuna yang bekerja di perusahaan kecil mampu membelinya, sangat mustahil.
"Yuna, bisakah kamu lepas kalung itu sebentar?" pinta Rendra.
"Tidak, kami memiliki hak untuk menolak," timpal Samuel.
"Kenapa? Apa kalung itu palsu? Oh, atau jangan-jangan kau sendiri yang memberikannya?" Rendra tersenyum sinis.
"Yuna, dari mana kamu mendapatkan kalung itu?" tanya Bu Rosi berbisik.
Yuna diam saja sambil menatap Samuel khawatir, jika tahu keadaannya akan seperti ini, ia tidak akan mengenakan kalung itu di acara keluarga.
"Yuna, berikan saja, lagi pula jika memang kalung itu asli, tidak akan ada juga yang terjadi, kalungmu tidak akan rusak," sahut Nyonya Santoso.
Mendengar perintah dari neneknya, Yuna semakin tak bisa membantah, apalagi semua orang ikut memandanginya membuat ia sendiri tersudut.
Yuna membuka kalungnya dan memberikannya pada Rendra. Rendra pun menguji kalung itu menggunakan laser putih, ia sendiri terkejut bukan main ketika melihat liontin tersebut tembus cahaya.
"Bagaimana?" tanya Marlin tak sabaran.
"T-tembus cahaya," jawabnya tergagap.
"Tidak-tidak, itu tidak bisa langsung dinyatakan asli, bagaimana jika kita pukul dengan palu?" Marlin kembali mengusulkan.
"Tidak, aku tidak mau, itu hadiah pemberian Samuel, kalian tidak boleh merusaknya, aku tidak peduli apakah itu palsu ataukah asli, aku hanya ingin kalung itu tetap utuh, tolong jangan lakukan." Yuna memohon dengan histeris, hadiah pertama dari suaminya, bagaiman mungkin ia rela menyaksikannya hancur begitu saja di tangan orang-orang yang tak bertanggung jawab.
Namun, sia-sia saja Yuna membantah, mereka tetap memukul kalung tersebut. Dan tidak ada yang terjadi, Rendra bahkan memukulnya berkali-kali berusaha untuk membuat kalung itu hancur, tetapi tetap saja tidak berhasil, kalung itu memiliki ketahanan yang sungguh di luar akal sehat.
Seketika semua orang mengarahkan pandangan pada Samuel, seakan berniat untuk mendakwanya dengan berbagai pertanyaan yang sudah dapat ditebak oleh Samuel sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sri Juliani
thor,saran gue jangan lama2 untuk menutup identitas samuel,kalau tidak bacaan ini akan sangat membosankan dan di tinggalkan pembacanya...
2023-05-09
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Gak tau aja kalian, Samuel itu manusia ajaib
2021-12-26
0
lala
lanjut thot
2021-10-05
1