"Apa? Ampun? Dia minta ampun, Roy. Kau mau kasih dia ampun?" Samuel menyeringai.
"Cih, ampun? Memangnya di klan kita ada yang namanya ampun, Bos?" Roy terkekeh geli.
"Kalau begitu dia kuberikan padamu, sikat habis semuanya, tapi ingat, jangan sampai mati." Samuel menendang tubuh Bara tepat ke hadapan Roy.
"Siap, Bos. Dengan senang hati. Anda tenang saja, biarkan dia menjadi urusan saya, Anda pasti lelah sekarang, istirahatlah, Bos."
"Tidak sekarang, aku masih ada urusan dengan para bajingan kecil ini." Sembari menatap kelima pria di hadapannya termasuk Zoni.
"Oh, baiklah, Bos. Kalau begitu aku pergi urus pria yang satu ini."
"Hei, kalian. Bawa dia ke penjara bawah tanah!" seru Roy pada dua pasukan yang berdiri tidak jauh darinya.
"Kalian semua dengarkan aku, aku tidak akan memberi kalian hukum yang berat asal kalian mengabulkan tiga keinginanku. Bagaimana, kalian setuju?" ujar Samuel.
Mereka masih diam, tidak berani mengatakan apa pun.
"Jawab, setuju tidak?" bentak Samuel dengan suara yang lantang.
"S-setuju, Bos. Kami setuju." Mereka menjawab dengan serentak.
"Bagus."
"Untuk permintaan pertama, aku ingin kalian menyerahkan aset milik klan kalian masing-masing setengah, itu merupakan sebuah kompensasi padaku karena kalian berani datang ke sini dan membuat keributan, mengacaukan suasana hatiku. Permintaan kedua, aku ingin setengah dari pasukan kalian pindah ke klan naga merah, sebagai balasan karena kalian berani menghianatiku setelah apa yang kulakukan selama ini untuk melindungi klan kecil kalian itu. Sementara permintaan ketiga, aku ingin kalian bersumpah untuk tidak menyerang klan naga merah lagi, jika kalian berani melakukannya, maka jangan salahkan aku jika tak sungkan-sungkan pada kalian semua, paham?" pungkas Samuel dengan wajah yang memerah, begitu geram pada mereka yang berani berhianat demi kepentingan masing-masing.
"P-paham, Bos. Kami setuju," jawab mereka terbata.
"Bagus. Kalian semua, bawa mereka ke tahanan, biarkan Roy yang memberi mereka pelajaran!" seru Samuel pada para pasukannya.
~~
Keesokan hari.
"Maaf, aku terlambat lagi," ucap Samuel pelan sembari mendaratkan bibirnya ke puncak kepala Yuna. Membuat wanita cantik ini seketika terbangun dari tidurnya.
"Sam? Kau baru kembali?" tanya Yuna dengan mata yang masih menyipit.
"Ya, maafkan aku karena kemarin tidak menemanimu."
Yuna menggeleng pelan. "Tidak apa-apa, kau sudah sarapan? Biar kusiapkan jika belum." Yuna bergegas ingin bangkit, tapi Samuel menahannya.
"Tidak perlu, aku sudah sarapan. Duduklah di sini, ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu." Dan Yuna pun kembali duduk di samping Samuel.
"Ini, aku ada hadiah kecil untukmu, mungkin tak seberapa, semoga kau menyukainya." Sembari menyerahkan sebuah kotak kecil persegi berwarna hitam pada Yuna.
"Ini apa?" Yuna tersenyum kecil, tak biasanya Samuel memberikannya hadiah. Ia pun membukanya, terlihat sebuah kalung putih berliontin kristal hijau lumut berbentuk bintang.
"Sebuah kalung? Cantik sekali, kamu mendapatkannya dari mana?" tanya Yuna tersenyum gembira.
"Tidak penting di mana aku mendapatkannya, itu adalah hadiah pertama dariku selama dua tahun kita menikah, maaf baru bisa berikan sekarang, kau menyukainya?" Samuel ikut senang melihat istrinya tersenyum.
"Tentu saja aku senang, terimakasih, ya. Ini akan kupakai saat kita berangkat ke acara pertemuan keluarga nanti," jawab Yuna.
"Pertemuan keluarga? Kapan?" tanya Samuel dengan alis yang mengerut.
"Hari ini, memangnya Mama tidak memberitahumu sebelumnya?"
Samuel menggeleng. "Tidak, Mama tidak memberitahuku apa-apa."
"Baiklah, tidak apa-apa, sekarang kamu bergegaslah mandi, nanti kita berangkat bersama-sama." Dengan seulas senyum sambil menepuk pundak Samuel dengan lembut.
"Kamu mau ke mana?" tanya Samuel ketika melihat Yuna ingin keluar.
"Aku akan mandi di kamar mandi bawah, kamu pakailah kamar mandi di sini, setidaknya kita bisa hemat waktu agar bisa pergi lebih cepat."
"Tidak apa, biar aku saja yang mandi di bawah, kamu pakailah kamar mandi di sini." Samuel pun beranjak pergi.
"Hei, Samuel. Dari mana saja kamu? Semalaman tidak pulang kamu kira di sini kamu seorang bos bisa pulang kapan saja? Kamu lupa bahwa masih ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan?" bentak ibu mertuanya dengan melotot ketika menemui Samuel ingin masuk ke kamar mandi.
"Maaf, Ma. Kemarin ada urusan mendadak, jadi aku tidak bisa pulang," jawab Samuel sopan.
"Urusan mendadak kepalamu! Sok sibuk seperti orang berduit saja. Urusan apa? Apa urusan itu menghasilkan uang?" Masih dengan mata yang melotot memarahi menantunya.
"Iya, saya dapat sedikit uang dari membantu teman. Ini, saya berikan pada Mama saja." Samuel mengeluarkan dompetnya dan memberikan sepuluh lembar uang seratusan pada mertuanya.
Seketika mata Bu Rosi tampak berbinar melihat uang di tangan Samuel, dengan cekatan ia merampas uang itu dan tersenyum ramah. "Nah, begitu dong kalau jadi menantu, setiap pulang harusnya begini, bawa uang dan jangan mengecewakan, kalau begini kan Mama tidak perlu harus memintamu mengerjakan pekerjaan rumah setiap hari. Ya sudah, kamu pergilah mandi, sarapan pagi ini biar Mama yang kerjakan, jika kau dan Yuna sudah siap, turunlah untuk makan, kita berangkat ke rumah besar keluarga nanti bersama-sama, oke?" Bu Rosi mendorong tubuh Samuel dengan lembut masuk ke kamar mandi, sembari terus tersenyum. Samuel hanya bisa tersenyum kecut melihat tingkah ibu mertuanya itu, ia hanya akan dianggap baik jika pulang membawa uang. Benar, di dunia ini, memangnya siapa yang tidak perlu uang? Sementara semua keperluan saja dibeli menggunakan uang.
~~
"Kalian sudah siap? Ayo, kita berangkat?" Bu Rosi menyapa dengan penuh keramahan ketika melihat Yuna dan Samuel turun dari atas.
"Tumben Mama bersikap ramah begitu. Yuna, kamu memberi Mama uang lagi?" tanya suami Bu Rosi.
Yuna mengendikkan bahu ikut heran. "Tidak, Pa."
"Haish, kalian berdua ini, memangnya kenapa jika Mama bersikap baik pada anak dan menantu Mama sendiri, memangnya salah? Tidak salah kan, Yuna?" protes Bu Rosi masih dengan wajah yang tersenyum.
"Iya, tidak salah kok, Ma. Semoga saja sikap Mama selalu seperti ini setiap hari," jawab Yuna.
"Kalau soal itu, tergantung pada Samuel sendiri, ia tentunya tahu bagaimana bisa membuat sikap Mama menjadi ramah. Ya kan, Sam?" Bu Rosi melirik ke arah Samuel.
"Iya, Ma. Sam tahu kok."
Setibanya mereka di rumah besar keluarga Santoso, mereka disambut oleh sepupu Yuna bernama Marlin, cucu kesayangan Kakek Santoso.
"Wah-wah, ada keluarga terhormat yang datang, selama dua tahun tidak pernah datang di acara pertemuan keluarga, kenapa sekarang tiba-tiba datang? Apa karena pertemuan kali ini Kakek ingin memberi hadiah lantas kalian ingin datang? Atau ... kedatangan kali ini, hanya ingin makan gratis saja?" cibirnya dengan tersenyum meledek.
"Tutup mulutmu anak tengik! Beraninya kau bicara tidak sopan pada orang tua!" bentak Bu Rosi tak terima. Sementara anggota keluarga yang lain hanya menatap mereka penuh hina dan tawa.
"Ops, salah ya? Coba kutanya, maksud kalian datang ke sini untuk apa?"
"Kami mendapat undangan dari Kakek Santoso, jadi minggirlah sekarang juga, kau tidak pantas menghalangi jalan kami," timpal Samuel sembari memperlihatkan surat undangan di depan mata Marlin.
Seketika mata Marlin melotot dan wajahnya berubah merah, tak percaya setelah dua tahun berlalu, ternyata Samuel berani membentaknya secara langsung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Yan Trk
👍
2022-06-03
0
(y06s amar)
🦾🦾🦾🦾🦾🦾🦾🦾🦾🦾🦾👊👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻😊
2021-12-29
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Gitu dong Samuel.. Sekali2 tampakkan taringnya napa, masa hanya diam saat ditindas,
Padahal soal harta, tak ada yang mengalahkan mu di keluarga istrimu ini.
2021-12-26
1