Peperangan Dimulai

"Bos, ini minuman Anda." Roy masuk ke ruangan, tapi malah tak menemukan Samuel di sana.

"Lho, pergi ke mana? Jangan bilang bos kabur pulang ke rumahnya? Bagaimana mungkin? Matilah, tamat sudah riwayatku, jika dia tidak di markas, banteng hitam itu pasti sangat senang." Roy tampak panik mencari Samuel ke beberapa ruangan.

"Hei, kalian. Lihat ketua tidak?" tanya Roy pada para bawahannya yang sedang berlatih menembak.

"Tidak, Tuan."

"Ck, apa benar-benar sudah pergi?" gumam Roy sambil terus mencari.

Duar!

Terdengar ledakan kembang api pertanda bahwa pihak musuh telah tiba, Roy semakin panik, jika hanya ada klan banteng hitam yang datang, ia mungkin tidak akan sepanik itu, tapi jika mereka datang bersama beberapa klan lainnya, maka naga merah sudah pasti akan lenyap.

"Bos, Anda kenapa harus meninggalkan markas secepat ini? Setidaknya tunggulah sampai mereka berhenti mengganggu. Apakah klan kita benar-benar akan musnah?" Roy berlari menuju ke ruang senjata, diambilnya sebuah senjata api dan keluar dari markas.

"Semuanya, siapkan senjata kalian, musuh sudah hampir tiba, siapkan formasi yang pernah diajarkan oleh ketua, jangan pernah gentar, senjata kalian harus tetap diatas selama darah masih tersisa, bergerak sekarang!" teriak Roy memerintahkan.

"Siap!" Semua pasukan berlari keluar dan melakukan formasi untuk menahan serangan musuh.

Roy menghela napas berat, ia mengencangkan sarung tangannya dan melakukan pemanasan fisik selama beberapa detik, kali ini hanya bisa bergantung pada diri sendiri, jika ia tidak cukup kuat, maka ia bisa saja kehilangan semua anggotanya.

Roy kini telah berdiri di baris tengah, di mana tempat itu seharusnya adalah milik Samuel, Roy mengencangkan posisinya dengan senjata yang siap ditangan.

"Bos, jika kami tidak dapat bertahan kali ini, anggaplah kami telah berkorban untuk klan yang sudah Anda dirikan, dengan ini Anda akan melihat sampai mana kesetiaan kami menunggu kepulanganmu ke tengah-tengah kami." Roy memejamkan mata sejenak, teringat semua pengorbanan yang pernah dicapai olehnya dan Samuel, saat klan itu belum menjadi apa-apa, hingga akhirnya kini ia lagi-lagi berhadapan dengan satu masalah yang mungkin akan mengantarkannya pada kehancuran.

Kini klan banteng hitam telah berada di depan mata, Zoni dan Bara asistennya, berada di baris depan. Roy dapat melihat mereka membawa klan lain yang tidak sedikit jumlahnya.

"Hei, Roy. Bagaimana kabarmu setelah pemimpin meninggalkan kalian? Bagaimana rasanya menjadi sebuah klan yang tidak berguna? Kau memang bukan lawan yang mudah bagiku, tapi jika aku membawa yang lain, apakah masih sesulit itu menghancurkanmu?" Zoni tertawa terbahak-bahak, begitu puas akhirnya ia bisa meledek klan naga merah yang sempat menjadi klan yang ditakuti.

Roy menggertakkan gigi begitu geram. "Pengecut, berani main keroyokan. Dan siapa bilang ketua kami tidak di sini, bahkan dia sendirilah yang mengirim hadiah itu untukmu," cibir Roy sambil tersenyum sinis.

Wajah Zoni seketika memucat, ia menoleh ke kiri dan kanan mencari keberadaan Samuel, sampai Bara menegurnya, "Bos, jangan percayakan dia, paling hanya ingin menakuti Anda saja, jika memang si pembantai lentur itu ada di sini, sudah pasti sekarang dia yang memimpin pasukannya. Sekarang bahkan posisi yang seharusnya ia tempati digantikan oleh Roy, itu artinya memang dia tidak lagi menjadi ketua klan, Anda tidak perlu khawatir soal itu."

Mendengar ucapan Roy, Zoni seketika kembali percaya diri dan mencongkakkan badannya. "Roy ... Roy, aku tak habis pikir denganmu, hanya karena kau takut pada kami, kau bahkan sampai dengan rela berucap omong kosong, persetan dengan kebohonganmu itu, kami di sini, datang untuk menawarkan kalian untuk bergabung ke klan kami, jika kalian menerima, kami tidak akan menyerang, tapi jika menolak, maka maaf, kami terpaksa menghancurkan kalian sampai ke akar-akarnya." Lalu ia tertawa terbahak-bahak disusul dengan rekan yang lain.

"Cuih, bergabung dengan kalian? Bahkan jika permintaanmu hanya ada di dalam mimpi, aku pun tak sudi menerimanya, lebih baik mati mengenaskan ketimbang menurunkan harga diri klan, kami klan naga merah, meski ketua kami tidak di sini, tetap akan kami pertahankan sampai tarikan napas yang terakhir, jadi lebih baik jangan banyak omong kosong, serang saja sekarang jika kalian memang memiliki nyali," cibir Roy merasa jijik melihat wajah munafik mereka.

Selama ini beberapa klan memang sangat mengharapkan pasukan naga merah. Karena kekuatan bertempur mereka tidak bisa diragukan dan dianggap enteng, apalagi ada sebuah formasi peperangan yang diturunkan oleh Samuel, sampai sekarang bahkan formasi tersebut masih belum ada yang bisa menandingi, setiap kali mereka berperang dan melakukan formasi tersebut, sudah bisa dipastikan siapa yang akan menang dan siapa yang akan mati, kali ini Zoni masih berharap untuk bisa bernegosiasi dengan Roy, akan sangat menguntungkan baginya jika Roy menyetujui usulan itu , meski sekarang ia membawa beberapa klan lain dengan jumlah yang tidak sedikit, tapi ia masih ragu apakah berhasil menang dari mereka, tapi tak menyangka ternyata Roy menolaknya, jika sudah seperti ini, maka mau tidak mau juga harus berperang meneguhkan senjata.

"Lebih baik kau pikirkan sekali lagi, kau tidak akan dirugikan meski masuk ke klan kami, bahkan kami bisa memberimu kehidupan yang lebih layak." Zoni masih membujuk.

"Hah? Kehidupan yang lebih layak? Kehidupan layak seperti apa yang ingin kau janjikan? Kami di sini tidak kekuranga harta, tidak ada tempat yang paling layak ketimbang di klan naga merah, bahkan jika andai kata aku mengajak para pasukanmu untuk memilih antara klanmu dan klan kami, tidak bisa dipastikan mereka bisa setia, 80% dari mereka pasti berpikir bahwa klan naga merah adalah yang terbaik, tentunya mereka juga pasti tertarik untuk bergabung dan meninggalkanmu." Roy terkekeh puas melihat wajah Zoni yang merah padam karena ucapannya.

Zoni menggeram sambil mengepalkan tangan, detik itu juga ia memberi perintah untuk menyerang, semuanya telah siap siaga dan mengambil tempat masing-masing untuk berlindung dan melepas peluru pada pihak lawan.

Kini hanya tinggal suara desingan peluru yang terdengar sangat bergemuruh, peluh di dahi bercucuran deras, semuanya fokus dalam melindungi diri.

"Sial, bisa-bisanya aku lupa membawa peluru cadangan. Ck, tak berguna." Roy menghempaskan senjatanya ke tanah begitu kesal, sembari menyeka keringat dan terus mengawasi pihak lawan, para pasukannya semua sibuk menyerang dan bertahan.

"Apa yang harus kulakukan sekarang? Zoni si keparat itu tampaknya selalu. menargetkan tembakannya ke arahku, aku tidak bisa mencuri waktu untuk mengambil senjata." Roy mengakui bahwa ia terlalu ceroboh karena tadi terburu-buru hingga salah memilih senjata, sekarang bahkan ia hanya bisa berlindung di sebuah drum minyak tanpa bisa berbuat apa-apa, sementara tembakan peluru terus berdatangan ke arahnya.

Dalam keterpasrahan itu, tiba-tiba saja ada yang melempar senjata kesayangannya di depan mata.

"Di kehidupan dunia mafia, kita tidak hanya dituntut pada seberapa besar kekuatan, tapi juga akal sehat dan hati yang tenang, Aku tidak akan mengampunimu jika sampai kau melakukan hal seceroboh ini lagi." Terdengar suara pria yang bagaikan magnet sehingga membuat Roy seperti tak tahan untuk tidak menoleh.

"B-bos? Itu sungguh Anda?" Hidung Roy seketika mengembang dengan mata yang berbinar dan berkaca-kaca, kini Samuel tengah berdiri dengan santai di balik tembok.

Terpopuler

Comments

bahtiar ilmi ilmi

bahtiar ilmi ilmi

syuka 💮💮💮💮💮

2023-02-13

1

Selvan

Selvan

keren

2022-03-10

0

Adiwaluyo

Adiwaluyo

seruuu

2021-11-01

0

lihat semua
Episodes
1 Samuel sang Bos Mafia
2 Keberhasilan Tak Terduga
3 Jangan Bermain Dengan Raja Pembantai
4 Kena Batunya
5 Rangga Bangkrut
6 Masih Tak Percaya
7 Samuel Kembali ke Klan
8 Hadiah dari Klan Naga Merah
9 Peperangan Dimulai
10 Samuel Menampakkan Diri
11 Hadiah Pertama Untuk Yuna
12 Pertemuan Keluarga
13 Kalung Bintang Lumut
14 Menutup Identitas
15 Rencana Peluncuran Awal
16 Bertemu Lagi
17 Samuel Jadi Seorang Bos
18 Tuduhan Rangga
19 Cek 100 Juta
20 Makan Malam Sekeluarga
21 Ketemu Marlin
22 Mengikuti Rendra
23 Rendra Ketahuan
24 Samuel Sang Ketua Mafia
25 Buat Dia Tak Bisa Berjalan.
26 Berita Tragis Mengenai Rendra
27 Menjenguk Rendra
28 Membuat Rangga Paham Siapa Dirinya
29 Rendra Mengadu Pada Ayahnya
30 Perubahan Sikap Mertua
31 Kelicikan Tuan Daniel
32 Pertarungan Dimulai
33 Bangkrut Dalam Semalam
34 Tamu Tak Diundang
35 Datang di Waktu Yang Salah
36 Numpang Tenar
37 Perdebatan Mengenai Klan Mafia
38 Pengajuan Kerjasama
39 Mencapai Kesepakatan
40 Menolak Mentah-Mentah
41 Keputusan Terbaik
42 Tak Dilayani
43 Membungkam Dengan Pembuktian
44 Terkagum-kagum
45 Mengatakan yang Sebenarnya
46 Sudah Waktunya
47 Masih Meremehkan
48 Permintaan Sang Ayah
49 Gemetar
50 Semakin Takut
51 Kekuatan Yang Kokoh
52 Wanita Menjijikkan
53 Si Pembantai Lentur Telah Kembali
54 Pelajaran Untuk Mereka
55 Bertengkar
56 Terluka
57 Terkepung
58 Tamat
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Samuel sang Bos Mafia
2
Keberhasilan Tak Terduga
3
Jangan Bermain Dengan Raja Pembantai
4
Kena Batunya
5
Rangga Bangkrut
6
Masih Tak Percaya
7
Samuel Kembali ke Klan
8
Hadiah dari Klan Naga Merah
9
Peperangan Dimulai
10
Samuel Menampakkan Diri
11
Hadiah Pertama Untuk Yuna
12
Pertemuan Keluarga
13
Kalung Bintang Lumut
14
Menutup Identitas
15
Rencana Peluncuran Awal
16
Bertemu Lagi
17
Samuel Jadi Seorang Bos
18
Tuduhan Rangga
19
Cek 100 Juta
20
Makan Malam Sekeluarga
21
Ketemu Marlin
22
Mengikuti Rendra
23
Rendra Ketahuan
24
Samuel Sang Ketua Mafia
25
Buat Dia Tak Bisa Berjalan.
26
Berita Tragis Mengenai Rendra
27
Menjenguk Rendra
28
Membuat Rangga Paham Siapa Dirinya
29
Rendra Mengadu Pada Ayahnya
30
Perubahan Sikap Mertua
31
Kelicikan Tuan Daniel
32
Pertarungan Dimulai
33
Bangkrut Dalam Semalam
34
Tamu Tak Diundang
35
Datang di Waktu Yang Salah
36
Numpang Tenar
37
Perdebatan Mengenai Klan Mafia
38
Pengajuan Kerjasama
39
Mencapai Kesepakatan
40
Menolak Mentah-Mentah
41
Keputusan Terbaik
42
Tak Dilayani
43
Membungkam Dengan Pembuktian
44
Terkagum-kagum
45
Mengatakan yang Sebenarnya
46
Sudah Waktunya
47
Masih Meremehkan
48
Permintaan Sang Ayah
49
Gemetar
50
Semakin Takut
51
Kekuatan Yang Kokoh
52
Wanita Menjijikkan
53
Si Pembantai Lentur Telah Kembali
54
Pelajaran Untuk Mereka
55
Bertengkar
56
Terluka
57
Terkepung
58
Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!