Markas Klan Banteng Hitam.
"Ketua, klan naga merah memberi sebuah hadiah sebagai bentuk perdamaian, apakah ingin menerimanya atau mengembalikannya pada mereka?" Seorang pasukan banteng hitam datang menghadap pemimpin menyampaikan berita hadiah tersebut.
"Cih, dasar klan naga merah tak berguna, lihatlah bagaimana penakutnya mereka ketika si pembantai lentur itu tidak ada, mereka ingin menjilat seperti anjing yang mengharapkan makanan, mereka pikir dengan memberikan hadiah aku akan mengurungkan niat untuk menyerang? Hm, tidak semudah itu, Roy." Zoni, sang pemimpin banteng hitam menyeringai sinis merasa puas, belum bergerak saja, klan naga merah tampak sudah menyerah dengan adanya hadiah tersebut.
"Bos, lebih baik kembalikan saja hadiah mereka, kita tidak kekurangan harta di klan ini, untuk apa menerima hadiah dari klan yang telah ditinggal pergi oleh pemimpin, seperti anak yang sudah dibuang begitu saja, kita tak butuh semua itu," sahut kaki tangannya Zoni bernama Bara.
"Tunggu, jangan terburu-buru mengembalikannya, meski kita tak membutuhkan hadiah apa pun dari mereka, tapi tak ada salahnya memberikan sedikit muka pada mereka atas niat baik ini, mari kita lihat hadiah apa yang bisa mereka berikan untuk menyogokku." Sembari lmenyesap sebatang rokok dengan gaya angkuhnya.
"Tunggu apa lagi? Cepat bawa hadiah itu ke sini!" titah Bara kepada anak buahnya.
B-baik, Tuan." ia segera pergi melaksanakan perintah.
"Bos, apakah Anda serius ingin menerima hadiah mereka?" tanya Bara sekali lagi.
"Kalau itu tergantung dengan seberapa besar ketulusan mereka, jika tidak melihat isi hadiahnya, kita tidak akan tahu sebagaimana takutnya mereka pada kita, klan banteng hitam." Zoni masih terlihat begitu santai.
Beberapa menit kemudian, hadiah pun di bawa ke hadapan Zoni, mereka membuka hadiah tersebut untuk memperlihatkannya. Setelah hadiah terbuka, mereka semua terbelalak lebar tak percaya, seorang pria yang diikat tali penuh luka dan darah, berada di dalam peti tersebut, Zoni seketika bangkit dari tempatnya menghempaskan rokok di tangan begitu geram, kepalan tangannya begitu kuat hingga semua urat-urat di tubuhnya bermunculan, tak bisa diukur seberapa marahnya ia sekarang.
"T-tolong," lirih pria yang ada di dalam peti tersebut.
"Bos, sepertinya dia orang yang pernah memberi informasi ke kita mengenai rahasia klan naga merah, sepertinya mereka menyadari ada penghianat di dalam klan. Apa yang harus kita lakukan sekarang?" ujar Bara yang ikut panik melihat reaksi bosnya.
"Ini adalah sebuah penghinaan untuk kita, aku tidak akan membiarkan mereka hidup dengan tenang, akan kubuat markas mereka hancur tanpa sisa, akan kulenyapkan klan mereka, naga merah tidak akan pernah lagi ada di dalam dunia mafia, mereka semua harus mati, terutama Roy si brengsek itu. Berani-beraninya dia bermain-main denganku. Bara, kumpulkan semua pasukan, tepat pukul 12:00 nanti, kita serang markas mereka, perintahkan pada pasukan untuk membawa senjata tajam sebagai cadangan ketika mereka kahabisan peluru, lakukan sekarang!" titah Zoni begitu geram, tangannya kini benar-benar gatal ingin menghancurkan klan naga merah.
"Baik, Bos." Bara pun segera keluar melaksanakan perintah.
"Tunggu apa lagi kalian? Bawa peti ini jauh-jauh dari pandanganku!" bentak Zoni dengan berteriak kesal.
"B-baik, Ketua." Empat orang itu pun mengangkat peti tersebut menjauh dari Zoni.
Markas Klan Naga Merah.
"Bos, ide Anda benar-benar cemerlang, aku yakin si Zoni itu sekarang pasti sedang marah besar melihat hadiah indah dari kita, aku jadi penasaran apakah wajahnya akan berubah menjadi babi gendut?" Roy tampak begitu puas dan senang telah mengerjai banteng hitam, dengan adanya Samuel di sana, meski klan banteng hitam akan menyerang, dia juga tidak akan takut sama sekali."
Samuel kini duduk dengan tenang sambil memejamkan mata. "Itu adalah akibat yang harus mereka hadapi ketika mulai berani menantang naga merah milikku, mereka benar-benar tidak ada hormatnya sama sekali, akan kucatat siapa saja yang berani menentang naga merah, jika ada klan lain yang datang bersama banteng hitam, akan kucap mereka sebagai musuh, tidak akan ada kata ampun bagi Zoni jika ia berani bersekutu dengan klan lain untuk menghancurkan naga merahku." Kalimat Samuel benar-benar mampu membuat Roy bergidik, setiap kata yang diucapkan olehnya, tidak terlepas dari sebuah tekanan, siapa pun yang mendengarnya, akan ikut ketakutan dan tak akan berani bermain-main dengan sang pembantai lentur ini.
"Iya, Bos. Kuyakin mereka akan lari terbirit-birit setelah melihat anda kembali ke klan. Terimakasih, Bos. Kukira Anda tidak akan peduli lagi pada kami, ternyata Anda masih mau datang ke sini untuk membantu."
"Jika kau tidak merengek-rengek seperti anak kecil, aku tidak akan datang. Lihatlah betapa buruknya pelayananmu, sejak pertama kali aku tiba, bahkan sampai sekarang pun kau bahkan tidak menyediakanku makan dan minuman, begini caramu berterimakasih, hm?" Samuel menatap Roy menuntut. Roy seketika menggaruk kepalanya canggung, benar juga, dia sampai lupa menyenangkan hati bosnya dan sibuk pada rasa puasnya karena berhasil mengerjai banteng hitam, ia pun segera bangkit dari bangku dan berkata, "Maafkan aku, Bos. Aku benar-benar lupa, biar kulakukan sekarang, Anda bersantailah sebentar, aku akan menyiapkan apa pun yang Anda suka, sebentar ya, Bos." Roy segera berjalan cepat meninggalkan Samuel.
Samuel menghela napas kasar menatap langit-langit ruangan tersebut. Lalu ia teringat pada Yuna istrinya, malam ini mungkin ia tak bisa pulang ke rumah, istrinya itu pasti sedang mencarinya. Segera ia keluarkan ponsel lipat yang buruk rupa itu, tapi sayangnya sudah kehabisan batrai sehingga ia tak dapat menelepon istrinya memberi kabar.
"Sudahlah, akan kujelaskan saat pulang nanti." Samuel menyimpan ponselnya dan kembali bersantai.
Mengingat bahwa banteng hitam mungkin akan datang menyerang markasnya, ia pun membuka mata dan bangkit. Perlahan ia berjalan menuju ke sebuah ruang rahasia di mana semua senjata miliknya disimpan di dalam sana.
Samuel memasukkan kode sandi, lalu pintu pun terbuka. Ruangan itu hanya diterangi oleh lampu kuning yang tidak begitu terang, juga sudah berdebu karena selama dua tahun ia tidak pernah memasuki ruangan tersebut dan membersihkannya. Ruangan rahasia miliknya, tidak ada yang boleh memasuki bahkan Roy sekali pun, hanya dialah yang boleh masuk ke sana. Karena di sana terdapat beberapa senjata rahasia yang orang lain tidak memilikinya.
Samuel menyentuh sebuah cambuk kesayangannya yang sering ia gunakan pada para penjahat yang melakukan kesalahan.
Lalu Samuel kembali berjalan beberapa langkah tepat pada sebuah meja berlaci, satu laci pun ia buka dan di sana ada sebuah senjata rahasia yang ia buat sendiri, teknik akupuntur yang ia kuasai dari ayahnya, ia pergunakan selama menjadi ketua mafia, sebuah jarum yang mirip seperti jarum akupuntur, bedanya ia terlihat lebih kecil, kegunaan senjata tersebut bisa melumpuhkan. Lawannya tidak akan bergerak selama ia tidak mencabut jarum tersebut. Mencabut jarum tersebut dari tubuh seseorang pun membutuhkan tekhnik di mana hanya dia yang tahu, jika dicabut asal-asalan,korban tersebut akan lumpuh permanen bahkan mati.
Samuel meraih jarum tersebut, itu adalah sebuah hadiah darinya untuk banteng hitam jika berani memberontak, kini ia hanya tinggal menunggu waktu kapan pihak lawan datang ke markas, ia ingin melihat, sejauh mana mereka bisa bertahan setelah ia menggunakan jarum tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
(y06s amar)
jangan bertele2 ceritanya, apa LG sama keluarga istri Samuel Thor, jd mirip novel cina👊
2021-12-29
1
Adiwaluyo
mantap
2021-11-01
0