Semua pekerjaan rumah telah selesai, kini waktunya Samuel keluar melakukan sesuatu yang dia inginkan.
"Mama, aku pulang!" Baru saja mau keluar, kini Samuel kembali berhadapan dengan Yuni, adik iparnya.
Yuni pulang bersama seorang pria yang tak lain adalah kekasih yang paling ia banggakan.
"Eh, ada Kakak ipar, mau kemana tuh? Aku baru juga pulang, malah mau pergi, nanti saja perginya, suguhin Rendra kopi terlebih dahulu," tukas Yuni yang menghentikan langkah Samuel.
"Aku ada urusan, terburu-buru jadi tidak bisa, kamu saja, dia kan pacar kamu," jawab Samuel.
"Oh, tidak bisa. Justru karena dia pacarku, makanya aku harus menemani dia. Bukankah pekerjaan ini memang seharusnya dilakukan olehmu? Atas dasar apa mau menyuruhku seenaknya? Aku tidak mau tahu, buatin kopi sekarang atau aku aduin ke Mama," ancam Yuni sambil melotot.
Samuel mengepalkan tangan dan menggertakkan gigi begitu geram, menatap tajam ke arah mereka berdua, seketika aura pembunuh terpancar di wajahnya, tetapi dengan segera ia mengendalikan diri agar tak kelepasan.
"Wih, lihat dia, Sayang. Sepertinya dia tidak senang dengan perintahmu, ternyata seorang sampah bisa kesal juga," ledek Rendra sambil tersenyum puas.
"Sudahlah, sampah tetap saja sampah, mau marah bagaimana pun juga tidak akan ada gunanya, tidak akan merubah kedudukannya dari seorang sampah, palingan juga naik satu tingkat, menjadi seorang gelandangan." Lalu mereka berdua tertawa begitu keras, sangat puas karena bisa terus-terusan menghina Samuel.
"Ck, aku sangat prihatin sama kakak iparmu ini, namanya saja yang keren, tapi ternyata hanya seorang gelandangan yang cuma bisa menumpang makan." Benar-benar tak ada hentinya. Semenjak baru pertama kali datang ke rumah itu, Rendra selalu saja melontarkan kata-kata yang tidak sopan, tentunya sangat tidak enak masuk di telinga Samuel, tapi untung saja Samuel terlahir sebagai keturunan bangsawan, mengendalikan diri dari kemarahan sudah sangat sering ia lakukan, ini juga salah satu sebuah latihan dalam keluarga besar Adiguna.
"Apa kalian sudah selesai bicara? Bolehkah aku bertanya? Apakah hidup kalian cukup bahagia akhir-akhir ini? Kurasa kalian perlu pergi bersenang-senang dengan berlibur ke mana saja, jika penyakit bawaan kalian ini tidak segera ditangani, takutnya akan berkepanjangan, itu sangat berbahaya." Samuel balik meledek.
"Kau, berani-beraninya mengatai kami seperti itu." Yuni tampak begitu geram hampir ingin memukul Samuel. Namun, setelah mengucapkan hal itu, Samuel langsung pergi ke dapur tanpa memedulikan tanggapan Yuni.
"Sialan, awas saja kau." Yuni melepaskan pukulannya di udara, wajahnya ikut memerah karena kesal.
"Sudahlah, orang seperti dia tidak perlu diambil pusing, lagian juga dia tidak punya apa-apa untuk bisa dibanggakan." Rendra mencoba untuk menenangkan. Dan itu berhasil, Yuni pun mengajak kekasihnya untuk duduk di ruang tamu sembari menunggu ibunya keluar.
"Eh, anak kesayangan Mama sudah pulang, pergi ke mana saja hari ini, Sayang?" Bu Rosi yang baru saja keluar dari berbelanja, seketika mendekat dengan senang melihat putri bungsunya pulang bersama kekasihnya yang terbilang cukup kaya. Karena kedua orang tua Rendra memiliki bisnis sebuah toko aksesoris wanita yang berasal dari brand-brand ternama, tentunya juga dengan harga yang tak murah.
"Mama, pantas saja dari tadi dipanggil tidak datang, ternyata habis dari luar juga, Mama dari mana?" tanya Yuni sambil berdiri memeluk orang tua kesayangannya. Karena hanya Bu Rosi yang selalu memanjakan hidupnya dengan memberikan apa yang dia inginkan.
"Ini, biasa. Mama dari pusat perbelanjaan, beli kebutuhan rumah sekaligus shopping." Bu Rosi pun tersenyum.
"Oh, gitu. Oh iya, tadi Yuni habis jalan-jalan ke toko aksesorisnya Rendra. Yuni melihat ada banyak sekali perhiasan mewah, di dalam toko tersebut benar-benar berkilau sepanjang mata memandang, lain kali Mama harus ke sana juga untuk melihat-lihat, dijamin tidak akan meyesal deh." Yuni hampir berjingkrak-jingkrak gembira ketika mengingat dirinya saat berada di dalam toko itu, serasa ingin membawa pulang semua perhiasan yang ada di sana.
Bu Rosi juga tak kalah heboh, setelah diceritakan oleh Yuni, hasrat ingin ke sana pun tiba-tiba meningkat, penasaran apakah toko itu sebagus yang dikatakan oleh anaknya.
"Rendra pasti akan membawa Tante ke sana juga lain kali, kan?" Bu Rosi berpindah melirik Rendra, dengan senyum penuh maksud.
"Em ... iya, Tante. Pasti, saya pasti akan membawa Anda lain kali," jawab Rendra sopan.
"Oh iya, Ma. Coba tebak apa yang kubawa pulang?" sahut Yuni.
"Apa?" Bu Rosi tampak begitu penasaran.
"Tadaa ... perhiasan edisi terbatas untuk Mama, ini termasuk sebuah kalung liontin giok ungu yang yang sangat langka, harganya bisa mencapai 300 Juta untuk satu buah kalung, Mama pasti akan menjadi pemeran utama di kalangan teman-teman arisan Mama itu, bagaimana, suka tidak?" tukas Yuni sambil memindahkan kalung itu ke tangan ibunya.
Bu Rosi seketika terbelelak lebar dengan mulut yang ternganga, tak menyangka masih ada kejutan yang tak terduga untuknya. "Wah! Serius? Ini benar-benar untuk Mama?"
"Tentu saja, Rendra yang berikan, dia sangat baik sampai rela rugi hingga ratusan juta untuk menyenangkan Mama, Rendra pasti akan menjadi menantu yang paling Mama banggakan, tidak seperti suaminya kakak, si Samuel itu, sudah miskin, menyusahkan lagi, benar-benar malu memiliki anggota seperti dia," sindir Yuni sambil melirik ke arah Samuel yang datang mendekati mereka dengan membawa secangkir kopi untuk Rendra.
"Hanya sebuah kalung palsu saja begitu bangga," cibir Samuel dengan suara pelan.
"Heh, apa katamu tadi? Coba ulangi sekali lagi." Rendra langsung menegur.
"Jika tidak tuli, seharusnya kau bisa mendengar ucapanku barusan." Samuel dengan santainya menjawab.
Rendra semakin tak terima, kau mau cari gara-gara, hah? Mau kuremukkan tubuhmu?" Rendra seketika mencekal pergelangan tangan Samuel dengan keras, wajahnya semakin memerah.
Samuel menatapnya dengan raut wajah kasihan, lalu ia menyunggingkan bibir tersenyum sinis, kopi yang masih panas itu seketika ia siramkan ke tubuh Rendra, membuat pria itu seketika memekik kepanasan.
"Aargh, sialan!" umpatnya dengan tersungut.
"Samuel, apa yang kamu lakukan? Ma, jangan diam saja dong, Samuel sudah sangat keterlaluan," teriak Yuni tak terima.
"Heh, kau. Apa-apaan kau ini? Kau tidak punya otak hingga tak bisa berpikir, hah?" Bu Rosi akhirnya marah besar dan melotot tajam pada Samuel.
"Dia sendiri yang menyentuhku duluan, aku tidak suka tubuhku disentuh oleh siapa pun, apalagi orang rendahan seperti dia." Samuel dengan santai menjawab.
"Apa kau bilang? Rendahan, Kaulah orang rendahan itu, Samuel. Kau punya apa sampai berani mengatakan orang sekelas Rendra sebagai orang rendahan? Kau sudah gila atau tidak ingin hidup lagi?" bentak Bu Rosi semakin marah.
"Dia laki-laki, dia tidak akan mati hanya karena air yang bersuhu rendah itu. Hei, kau. Jika kau merasa sebagai lelaki sejati, jangan sampai menangis hanya karena luka bakar sekecil biji jagung itu, memalukan." Samuel pun berdecih geli saat menatap Rendra, tak peduli bagaimana marahnya Bu Rosi, ia pergi begitu saja usai membuat keributan, membiarkan mereka menanggung akibatnya karena telah bermain-main dengan sang raja pembantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Alya Yuni
Lki trllu goblok msa gk bisa lwan ya thor
2024-01-17
0
Selvan
bagus kayanya nih ceritanya
2022-03-10
1
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦a͒r͒r͒o͒w͒ 🏹
Samuel dilawan
2021-12-25
2