"Eh, Ma. Mama sedang apa?" tanya Samuel sedikit canggung.
"Seharusnya aku yang bertanya, kau sedang apa? Mobil siapa itu? Kenapa kau keluar dari sana?" Bu Rosi mengerutkan alisnya menatap Samuel penuh dengan tanda tanya.
"Eh, anu. Mobil orang itu mogok di depan rumah, jadi barusan aku bermaksud membantunya." Untung saja dalam keadaan genting itu, Samuel dapat terpikirkan sebuah ide agar ibu mertuanya percaya.
"Begitukah? Awas saja jika kau berbohong." Bu Rosi melangkah maju menghampiri mobil tersebut, ia mengetuk jendela mobil beberapa kali.
"Iya, ada apa, Bu?" tanya Roy sambil memasang raut wajah polos.
"Benar apa yang dikatakan oleh pria itu? Mobil Anda sedang mogok?" Bu Rosi bertanya demi untuk memastikan bahwa Samuel tidak berbohong.
"Eh, iya, Bu. Benar, tadi mobil saya mogok, untung saja ada kakak itu yang membantu saya membetulkannya." Roy pun menatap pantulan tubuh Samuel melalui kaca spion, sambil tersenyum sedikit licik.
"Mobil mewah begini, memangnya masih bisa mogok juga?" Sambil mengelus body mobil dengan lembut. Jarang-jarang ia bisa menyentuh mobil semewah itu.
"Ya tentunya bisa, Bu. Mobil ini kan juga dibuat oleh manusia, tentu saja ada kekurangannya," jawab Roy lagi.
'Dasar bedebah satu ini, bukannya pergi malah diam meladeni ibu mertua, lihat saja bagaimana aku memberimu pelajaran,' batin Samuel merasa geram pada tingkah Roy.
"Ngomong-ngomong, harga mobil ini berapa?" bisik Bu Rosi penasaran.
"Memangnya kenapa, Bu?" Roy ikut berbisik.
"Ah, tidak. Saya hanya berharap bisa memilikinya juga." Bu Rosi pun tersenyum malu.
"Tidak mahal kok, Bu. Hanya Delapan Milliar saja." Roy pun tersenyum menatap kaca spion di mana terdapat pantulan wajah Samuel yang sedang kesal padanya.
Bu Rosi menelan salivanya dengan berat. 'Delapan milliar dibilang tidak mahal? Seberapa kaya orang ini sebenarnya?'
'Jika saja menantu Anda bersedia menggunakan hartanya, maka jangankan mobil ini, bahkan lima mobil saja ia sanggup memberikannya sekaligus,' batin Roy.
"Eem ... ngomong-ngomong, bukankah dia sudah membantu Anda membetulkan mobil, tidakkah Anda ingin memberikan sedikit royalti padanya? Hitung-hitung sebagai balas budi, di dunia ini kan tidak ada yang gratis," bujuk Bu Rosi licik.
Roy tertawa keras, dengan sengaja agar Samuel mendengarnya. "Iya juga, saya sampai lupa." Roy membuka dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratusan dan ia berikan pada Bu Rosi. "Ini ada imbalan, tolong berikan pada kakak itu." Roy pun tersenyum usil menatap Samuel.
'Anak sialan, dia ingin meledekku dengan uang itu, benar-benar harus diberi pelajaran.' Samuel tak tahan lagi, ia mengeluarkan ponsel lipatnya dan mengirim pesan untuk Roy.
(Pergi sekarang atau batas waktumu kupercepat hingga siang nanti)
Melihat pesan teks itu, wajah Roy berubah pucat, segera ia menyalakan mesin mobilnya dan berkata, "Bu, saya buru-buru, pergi dulu ya. Bye." Roy pun melarikan diri ketakutan.
Setelah kepergian Roy, Bu Rosi tampak begitu senang. "Haih, andai saja pria itu menantuku, pasti aku akan sangat senang dan bangga, aku juga bisa memamerkannya pada teman-teman lain," ucapnya sembari menatap beberapa uang pemberian Roy, lalu melewati Samuel dengan lirikan acuh tak acuh.
Samuel menghela napas kasar. Sudahlah, jika terus mengambil hati ucapan ibu mertuanya itu, bisa-bisa rambutnya rontok dan botak dalam sekejap.
Setelah menjemur pakaian, Samuel berniat untuk istirahat karena kepalanya masih sedikit pusing, tembok dapur itu menjadi sandaran kuat untuk punggungnya yang memiliki begitu banyak beban.
Dalam keheningan, mata Samuel yang tadinya tertutup, kini tiba-tiba terbuka ketika ponselnya bergetar, segera ia mengeluarkan ponsel jadulnya dari saku celana. Melihat nama yang tertera di sana, seketika mata Samuel membulat, sudah lama sekali asisten ayahnya itu tidak pernah menghubunginya. "Halo, Paman? Ada apa?" tanya Samuel langsung.
"Tuan Muda, ada berita bagus, sungguh sangat bagus. Mengenai pertambangan Anda, tim peneliti akhirnya menemukan terobosan baru dan pertama kalinya, penemuan baru ini mencakup sebuah unsur kegunaan yang mampu menghemat biaya tenaga listrik hingga bisa membuat masyarakat merasakan penghematan dalam tagihan listrik, setelah diuji beberapa kali, akhirnya saya dan tim sepakat untuk menambangnya beberapa puluh ton dan melakukan jual beli yang lagi-lagi menjadi sebuah terobosan harga yang begitu langka sepanjang sejarah. Setengah dari hasil penjualan tersebut baru saja saya transfer ke Anda, sementara setengahnya lagi, kami menggunakannya untuk modal baru, apa Anda keberatan, Tuan Muda?"
Mendengar berita itu, Samuel masih terdiam mengumpulkan napasnya, bagaimana ia tidak syok? Selama beberapa tahun pertambangan yang ia beli tidak pernah mengalami kemajuan dan bangkrut, kini akhirnya bisa menemukan titik kesuksesan yang tak terduga dalam bayangannya, bahkan masih ada penemuan baru dan terjual dengan harga tinggi.
"Tuan Muda, Anda masih di sana?" panggil Jimmy, asisten ayahnya dulu. Akibat ulahnya yang menghabiskan harta keluarga demi pertambangan itu, membuat orang tuanya juga diusir oleh keluarga besar, bahkan kedudukan ayahnya sebagai kepala keluarga juga dicabut begitu saja dan menjadi keluarga miskin yang tak memiliki sepeserpun dari kekayaan Adiguna.
"Ya, aku mendengarnya, Paman, apakah yang Paman katakan itu sungguhan? Dengan arti lain pertambangan kita kembali jaya lagi, begitu bukan?" Mata Samuel berbinar terang, sakit kepalanya pun tiba-tiba menghilang dalam sekajap.
"Benar. Selamat, Tuan Muda, akhirnya Anda bisa kembali menunjukkan pada keluarga besar bahwa apa yang Anda lakukan bukanlah sesuatu yang tidak berguna, bahkan jika pertambangan ini semakin dikembangkan, pendapatannya bisa melebihi pendapatan tahunan keluarga besar Adiguna. Jika mereka tahu, pasti mereka akan kembali membujuk Anda untuk kembali ke keluarga besar," ujar Jimmy.
"Ck, tidak semudah itu memintaku kembali, mereka sudah mengusir kami sekeluarga, mereka tak pantas mengharapkan kerja kerasku ini. Lalu bagaimana keadaan mama dan papa? Mereka baik-baik saja? Apa mereka tahu tentang berita ini?" Samuel berbicara dengan suara yang sepelan mungkin agar tidak ada yang tahu isi pembicaraan mereka, untuk saat ini dia tidak ingin langsung mengumumkan tentang identitasnya, ia juga tidak berniat untuk mengakui Adiguna sebagai marganya.
"Mereka baik-baik saja, Tuan Muda. Dan juga seperempat dari pendapatan kita, saya transfer ke tuan besar, mereka juga sudah tahu tentang berita ini. Karena tuan besar selalu ikut memantau perkembangannya setiap hari."
"Baguslah, kalau begitu aku tutup dulu, Paman. Ada apa-apa, langsung saja hubungi aku."
Setelah menutup sambungan telepon, Samuel melihat ada satu pesan masuk penerimaan sejumlah uang ke rekeningnya. pengirim atas nama Jimmy, dan berjumlah sekitar 100 Triliun. Lagi-lagi Samuel mengusap wajahnya, kali saja apa yang dia lihat adalah kesalahan, tapi mau dilihat berapa lama pun, jumlahnya tetap sama, benar-benar nyata membuat Samuel hampir terlonjak senang. Jumlah yang ia dapatkan sekarang bahkan melebihi jumlah yang ia keluarkan saat membeli pertambangan tersebut.
Setelah mendapatkan sejumlah uang yang cukup banyak, Samuel berniat untuk menyusul Yuna ke kantornya, ingin memberikan sebuah hadiah pada istrinya, agar semua teman-teman Yuna tidak selalu mencibir Yuna mengenai pernikahan mereka. Inilah saatnya memukul balik orang-orang yang pernah menghinanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Sri Juliani
asal jgn di buat samuelnya jadi org kaya mafia yg menantu sampah yg tak berguna thor...
2023-05-09
0
Agus Tinus
wow,, kpn ya.. 100 m
2023-03-06
0
Vita Zhao
Kak, aku suka dengan ceritanya😘😘😘
2022-11-01
0