Apartemen

“Gue kuliah empat tahun, balik ke rumah, buka bisnis, kerja setiap hari. Gue aja tinggal di apartemen kecil di atas kafe ini, mengerjakan semuanya sendirian. Tapi tetap aja ada orang yang benci sama gue cuma karena keluarga gue punya duit? Nauru ... mampus aja lo! Gue bahkan enggak pernah nge-judge dia. Dia enggak tahu apa-apa soal hidup gue. Kita bahkan enggak pernah ngobrol juga sebelumnya.”

“Lo benar banget, sih. Dia emang brengsek. Tapi serius, si brengsek ini cakep, ya?”

“Gue enggak peduli muka dia kayak gimana. Tetap aja brengsek. Lagian, gue juga hampir enggak merhatiin.”

Gue cuma berharap dia kapok buat nongol di tempat ini. Gue enggak butuh cowok kayak dia di kafe gue.

Gue putar badan, lihat Lokkie yang masih terbahak-bahak karena omongan gue barusan.

“Bahkan kalau gue ditutup matanya, kepala dia dibungkus karung, gue tetap tahu dia cakep.”

Gue mendesah, “Terserah, deh. Gue mau lanjut kerja.”

Hari ini lumayan ramai. Kafe lagi padat banget, dan gue harus mengerjakan banyak pesanan malam ini. Stok bahan malah hampir habis lebih cepat dari perkiraan.

“Tuh, kan, si jenius mulai muncul. Gelar lo tuh kelihatan banget sekarang,” kata Lokkie sambil tertawa, peluk gue sebentar, terus mencomot satu biskuit sebelum pergi.

Setelah beres-beres, gue naik ke apartemen di lantai atas. Kecil sih, cuma satu kamar, tapi desain dan dekorasinya gue pilih sendiri, sama seperti cafe. Dan gue suka banget semuanya.

Dari kecil, gue sudah sering dengar kakek sama Papa membicarakan properti. Tentang kerja keras, bangun sesuatu dari nol. Kakek gue orang politik, Papa punya perusahaan investasi. Jadi, dari dulu gue sudah dicekoki soal etos kerja.

Iya, gue sadar hidup gue enggak kayak orang lain. Gue punya trust fund yang lumayan, dan sebagian gue pakai buat beli gedung ini, buat bisnis sama tempat tinggal.

Di gedung ini masih ada satu unit toko lagi di sebelah kafe, tapi gue belum memutuskan mau diapakan. Pasar properti di Royale Blossom lagi naik banget, apalagi di pusat kota. Gue bakal tunggu, lihat perkembangan cafe. Kalau lancar, bisa gue ekspansi. Kalau enggak, ya gue sewain saja buat bisnis lain.

Aksen emas di pegangan lemari sama jendela besar bikin ruangan terang banget waktu siang hari. Kecil, tapi nyaman. Dan yang paling penting, ini punya gue.

Mama hampir kena serangan jantung waktu tahu gue tinggal di atas kafe. Papa Mama sempat menawarkan untuk membelikan rumah buat hadiah wisuda, tapi gue tolak. Gue ingin pakai duit dari trust fund gue sendiri dan bikin duit itu bekerja buat gue.

Teman-teman gue yang sama-sama dari keluarga tajir? Mereka habiskan berbulan-bulan pasca wisuda buat keliling Eropa.

Gue?

Gue di sini, mengurus rencana bisnis sama renovasi gedung. Gue memang bukan tipe cewek glamour.

Iya, gue suka barang bagus, suka barang mahal. Tapi gue juga kerja keras. Gue kerja part-time waktu kuliah, dan senang banget bisa punya duit sendiri.

Tapi orang-orang selalu mikir gue dapat semuanya cuma-cuma.

Waktu gue diterima di kampus paling top di negeri ini, banyak yang mencibir, bilang itu pasti karena koneksi kakek. Kalau mereka tahu gue dapet beasiswa full empat tahun, pasti dibilang sombong. Jadi ya, gue diam saja.

Tapi gue tahu seberapa keras gue belajar dari SMA. Dan itu terbawa sampai kuliah.

Gue ingin punya nama sendiri. Enggak mau terus di bawah bayang-bayang keluarga. Gue mau buktikan kalau gue pantas dapat semua ini.

Keluarga gue sudah banyak kena badai, dan gue cuma ingin bikin mereka bangga.

Backsplash keramik warna-warni bikin dapur kecil ini punya karakter. Kulkas biru muda yang imut banget pas buat ukuran ruangannya. Dapurnya gaya rustic, tempat gue makan tiap hari.

Di ruang tamu yang menyambung sama dapur, ada sofa putih, bantal empuk, selimut pink yang gue lempar di sandarannya. Biar makin terang dan lapang, gue pasang tirai roman putih. Kamar tidur sama kamar mandi juga punya vibe yang sama. Gue menyebutnya French Farmhouse.

Apartemen ini kecil, enggak ada halaman, tapi ini milik gue. 80 meter persegi cukup lah buat sekarang.

Gue jatuh ke sofa, buang napas panjang. Dalam hati, gue menghayal jadi cewek desa. Membayangkan kalau suatu hari gue punya peternakan, lengkap sama kuda-kuda. Tapi buat sekarang? Fokus gue cuma satu, kerja keras.

Tiba-tiba suara tawa dari jalan bikin gue menengok ke jendela. Nauru baru keluar dari Gym, menggandeng anak kecil umur lima-enam tahunan.

Bocah itu pakai jaket kulit, rambut disisir ke belakang, matanya menempel terus ke Nauru.

Terus, Nauru senyum.

Gue reflek tahan napas.

Ya Tuhan.

Cowok ini gila sih, seganteng itu.

Sayangnya, dia tetap brengsek.

Dan dia bisa senyum begitu ke anak kecil, berarti enggak benci-benci amat dong sama orang. Itu anaknya bukan, ya?

Bisa saja, sih. Gue saja sudah dua puluh dua tahun, dan kayaknya dia lebih tua satu atau dua tahun dari gue. Jadi siapa tahu, dia sudah punya keluarga yang gue enggak tahu.

Gue balik badan, rebahan di sofa saat HP gue bergetar. Chat masuk dari adik gue.

...📩...

^^^Caspian: Kangen lo. Gue udah balik ke kota, tapi jangan kasih tahu Papa Mama dulu. Makan bareng yuk?^^^

Mata gue langsung panas. Jari masih menempel di layar. Caspian dulu adik terbaik gue, terus dia berubah. Gue kangen banget.

Setelah beberapa kali dia masuk rehab gara-gara narkoba, gue sudah enggak mau naruh ekspektasi tinggi. Papa Mama sudah angkat tangan sejak kejadian setahun lalu.

Untung Kakek masih mau membayari rehab dia. Dan cuma gue dan kakek yang masih percaya, kita enggak boleh menyerah. Karena kalau semua meninggalkan dia, dia juga bakal meninggalkan dirinya sendiri.

Gue: Fix, gue juga kangen lo. Ketemu di Star Goose, gimana?

Star Goose itu restoran langganan kami dari kecil. Gue dan Caspian suka banget milkshake sama kentang gorengnya.

^^^Caspian: Gue enggak mau Mama Papa tahu gue di sini. Tapi gue pengen lihat tempat baru lo, bisnis sama apartemen lo. Itu alasan gue balik. Gue bangga sama lo. Gimana kalau kita take away aja?^^^

Gue langsung usap air mata yang turun. Setelah bertahun-tahun kehilangan adik gue, kadang masih ada momen kecil yang bikin dia terasa masih ada. Dan gue bersyukur buat itu.

Gue: Ide bagus. Sampai ketemu, ya.

Terpopuler

Comments

Yuliana Purnomo

Yuliana Purnomo

lanjuuuuttt Thor 🥰

2025-05-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!