Love In Time (Reinkarnasi Nona Miskin)
"Eh, lah ... "
"Kok goblok?"
"Goblok banget, anjirr!"
"Woylah, lakuin apa gitu kek, ditindas kayak begitu lo diem aja goblok sih kata gue!"
"Ini endingnya lo malah pilih mati? Emang ga becus jadi tokoh utama ya lo, Li Shuyi, woyyy!"
"Eh gila, si anyinggg malah hidup bahagia sama tuh nenek lampir lagi!"
Giovanna hanya bisa merotasikan bola matanya kali ini. Salahnya juga karena merekomendasikan drama animasi 3D itu kepada Selena. Seharusnya ia sudah tahu jika rekan satu timnya itu paling susah menahan emosi. Dia juga sangat mudah tersulut dan terbawa suasana.
Jika sudah begini, Giovanna hanya bisa menghela napasnya dalam-dalam. "Mulut lo kotor banget, monyet, di halte ini!"
"Tau sikon lah!"
"Yaa elo!" Selena menoleh dengan raut wajah yang sangat-sangat jengkel. "Lo kasih rekomendasi tuh yang keren dikit napa, jangan menye-menye begini, mana mcnya lemah banget."
"Lo tau sendiri gue suka mc tuh yang badass, hajar, lawan kalau lo benar!"
"Yayaya ... "
Celoteh Selena tidak terlalu didengar oleh Giovanna, dia juga sudah lelah seharian bekerja dan bus yang akan mereka tumpangi belum juga datang.
Diliriknya pada Selena, wanita pertengahan dua lima yang unik itu masih larut dengan layar ponsel yang menampilkan drama terbaru dari negeri tempat asal Panda.
Giovanna terkekeh saat kepalanya terlintas satu hal, "Ati-ati lo, Sel, masuk ke dunia Li Shuyi baru tau rasa lo!"
Selena mendelik.
"Van, ini 2025 yang mutakhir, orang-orang pada lomba-lomba bikin teknologi mau pindah dari bumi, bikin matahari artificial, bikin kloning manusia." cerocos Selena dengan ekpresi wajah yang sangat mendukung opininya.
"Ini ... elo pake segala ngarang manusia abad 20 masuk ke dalam cerita fiksi, kayak novel-novel, mana ada?!"
"Ya siapa tau ... " Giovanna mengendikkan bahu sambil tertawa. "Kalau lo jadi Li Shuyi, emang lo bisa apa?"
"Bisa banyak!"
"Apa aja?!"
Selena meletakkan kembali ponselnya, menyimpannya dengan rapi di dalam saku kemeja. Prioritasnya kini adalah menjawab pertanyaan Giovanna yang absurd, tapi memilih menjawab juga bagian dari keabsurdan itu sendiri.
Masih dengan mimik wajah serius, Selena mulai memikirkan segala kemungkinan dalam otaknya. "Pertama, gue gak akan nikah sama Huan Ziyu!"
"Okeeey ... " Giovanna mengangguk-angguk. "Kedua?"
"Kedua ... gue bakal pergi dari Jiangzhou ke Beizhou, pindah dari lingkungan yang toxic dan gak sehat adalah satu hal terpenting!"
"Well, make sense sih."
Giovanna tersenyum tipis, memiliki Selena sebagai sahabat yang selalu mementingkan mental health memang sangat membantu. "Yang ketiga ... "
"Gue bakalan buka toko perhiasan di Beizhou." Selena menaik-turunkan alisnya. "Keren gak? Sesuai passion gue lah ya!"
"Nikahnya gimana?"
"Nikah? Emang perlu?"
"Eh, itu bus!"
Selena segera bangkit dengan antusias, jika tidak mendahulukan diri maka ada orang lain yang akan mendahului dirinya. Apalagi jam pulang kantor seperti ini sangatlah rawan.
Derit rem bus yang menggesek aspal terdengar nyaring.
Selena bergerak untuk mendekati pintu masuk, tapi kepalanya tiba-tiba berdenyut hebat.
Tik.
Tik.
Tik.
Piiiiiiiiiiiiiiiippp ...
Pening yang luar biasa ini membuat Selena oleng, ia mencari pegangan pada apapun yang bisa diraih. Sambil memegangi kepala yang seperti hendak pecah, pandangan Selena kian mengabur. Sesaat setelah darah segar mengucur melewati lubang hidung, Selena jatuh tak sadarkan diri."
"Sel?"
"Selena?"
"Selena?!"
...****************...
"Aduh!"
"Kepala gue mau pecah rasanya."
Masih sibuk dengan nyeri di kepala yang berangsur-angsur reda. Wanita pertengahan dua lima itu memaksakan diri untuk duduk.
Belum pernah selama hidupnya terjadi sakit kepala yang rasanya begitu hebat hingga dia berpikir untuk membenturkan kepalanya ke aspal. Seingatnya tidak ada riwayat penyakit serius yang diderita, lalu bagaimana bisa dan dari mana sakit kepala ini muncul, aneh sekali.
Tapi syukurlah, sekarang semuanya telah membaik. Hanya beberapa rasa gatal di punggungnya dan aroma obat-obatan menyengat yang sangat tradisional.
Saat membuka mata lebih lebar.
Pemandangan yang pertama kali dilihatnya sungguh mencengangkan.
"Aaaaaaaaaaakkkkhhhh!"
Brak!
"Nona?!"
"Nona?!"
"Nona Li, ada apa?"
Belum selesai dengan satu keterkejutan, muncul lagi keterkejutan yang lain. Masih dengan jari telunjuk yang menunjuk pada sebuah cermin, kini dia harus bertemu dengan orang-orang yang asing baginya.
Tiga orang itu dilihat dari sisi mana pun tetap aneh, terlebih pakaiannya yang terbuat dari serat rami kasar, dan desainnya sangat kuno.
Kening mengerut dalam hingga nyaris menyatukan alis. Wanita itu bersuara, "Kalian siapa?"
"Nona, anda melupakan kami?"
"Lupa? Memangnya aku mengenal kalian?"
Salah satu dari mereka, seorang gadis muda dengan kulit pucat, mengangguk. "Kami adalah pelayan kediaman, saya Tong'er, nona ingat?"
Pertanyaan Tong'er mendapat gelengan.
"Ini Bibi Cui, dan ini Jinshi, nona juga tidak ingat?"
Tong'er memperkenalkan dua orang yang datang bersamanya, satu wanita paruh baya dengan wajah bulat, satu lagi laki-laki kurus dan tinggi bergigi rapi.
Tong'er ...
Bibi Cui ...
Jinshi ...
Familiar sekali, persis sama dengan nama-nama yang belakangan ini ia hafalkan. Animasi 3D itu tidak mungkin benar, kan? Tidak mungkin nyata, kan? Tidak-tidak, ini pasti tidak benar.
Kembali ke cermin.
"Itu!"
"Itu!"
"Siapa yang ada di dalam cermin itu?"
"Siapa dia? Kenapa aku menghadap kesana dan wajahku jadi berbeda?!"
Tong'er, Bibi Cui dan Jinshi mengarahkan pandangan mereka ke arah yang sama. Cermin berbentuk lingkaran yang menampilkan wajah sang cantik sang nona.
Ketiganya saling tatap sebelum akhirnya meraih cermin itu untuk didekatkan kepada sang nona.
Dilihat semakin dekat pun hanya ada gambar seseorang yang asing, cantik dan matanya sangat indah. Saat jari-jemari meraba pipi, mulus dan lembut sekali, seperti tidak pernah ada bekas jerawat disana. Setiap gerakan wanita itu, wanita dalam cermin juga mengikuti.
"Ini ... "
"Siapa yang ada di dalam cermin ini?" tanyanya menggebu, "Siapa dia?"
"Apakah ... apakah ini aku?"
Tidak ada jawaban lain selain anggukan dari tiga orang yang mengaku sebagai pelayan kediaman itu.
"Benar."
"Itu memang anda nona!" jawab Jinshi sambil menganggukan kepalanya dua kali, mencoba meyakinkan sang nona jika itu adalah dirinya sendiri. "Nona tidak mungkin melupakan diri anda bukan?"
"Bukannya lupa, tapi ini memang bukan aku." jawabnya sang nona serius, "Kulitku mana mungkin seputih ini, halus pula, dan wajahku harusnya ada bekas jerawat di kening. Bayangkan saja aku sudah perawatan gila-gilaan dan tidak pernah mendapatkan hasil. Ini, ini, ini mana mungkin wajahku."
"Tapi, itu anda, nona!"
"Li Shuyi, putri Tuan Li Chengdu dari Jiangzhou."
Jedarrr!
Untuk sesaat tadi rasanya jantungnya hendak jatuh sampai ke perut. Pendengarannya tidak mungkin salah, kan, "Apa? Kau bilang apa?"
"Li Shuyi."
"Li Shuyi?"
"Iya, nona."
"Kau bilang Li Shuyi?"
Bibi Cui mengangguk, "Benar, kau adalah Li Shuyi, nona kami yang cantik dan baik hati."
Li ...
Shu ...
Yi ...
Tiga kata yang harusnya ia tahu pasti siapa.
Tidak! Ini tidak mungkin! Sangat mustahil untuk terjadi bukan?
Omong kosong Giovanna jelas tidak akan terjadi begitu saja secara ajaib. Bahkan keajaiban macam apa yang bisa terjadi pada manusia abad 20 masuk ke dalam animasi 3D. Ayolah, ini bukan dunia novel dimana dia manusia fana akan masuk ke dalam cerita novel dan menggantikan tokoh utama untuk melanjutkan hidup melawan tokoh-tokoh jahat di dalam cerita itu, hidup bahagia, dan menikah dengan pangeran.
Cerita tamat.
Klise, sangat menyebalkan.
Tapi sepertinya, itulah yang terjadi sekarang.
Selena menjadi Li Shuyi, Li Shuyi, Li Shuyi, sekali lagi LI SHUYIII!
Gila, ini gila dan tak masuk akal.
Wanita pertengahan dua lima yang mendiami raga Li Shuyi itu masih enggan menerima. Dia meraih cermin itu dan menatapnya cukup lama, membuat gerakan yang hanya bisa ditirukan oleh bayangan cermin asli, dan bukan AI.
"Tidak!"
"Tidak! Ini tidak mungkin!"
Gadis itu mengalami lonjakan emosi berlebihan yang membuatnya kian tantrum. "Mana mungkin ini terjadi, tidak mungkin, tidak, aaaaaarrrggghhh!"
"Aaaaarrrrggghhh!"
"Aaaaaarrrggghhh!"
"Aaaaaarrrggghhh!"
Ketiga pelayan panik dengan tingkah sang nona, mereka bingung saat nonanya berteriak keras, meraung dan menjambak rambutnya sendiri.
Selena, yang berada dalam tubuh Li Shuyi, tiba-tiba bangkit meskipun sempat oleng dan kehilangan keseimbangan. Dia berlari tanpa alas kaki keluar dari kamarnya, dan benar saja, rumah kuno dan sederhana itu memiliki pohon murbei setinggi tiga meter di halaman, dan sama persis dengan penggambaran versi animasi 3D.
Wanita itu jatuh terduduk.
Tidak mungkin.
Bagaimana mungkin dia masuk ke dalam Animasi 3D berjudul Love In Time, dan menjadi tokoh utama yang selalu ia maki-maki karena lemah, bernama Li Shuyi.
"Tidak!"
"Ini tidak mungkin!"
Baru saja hendak meratapi nasib karena menjadi Li Shuyi, dia segera menoleh ke arah kanan, tepatnya di pintu masuk kediaman itu.
Jika alurnya tudak berubah, pasti setelah ini Keluarga Huan Ziyu mengembalikan mahar yang telah dikirim untuk menikahkan Li Shuyi dengan Huan Ziyu, tapi ditolak dan memberikan imbalan kepada keluarganya yang telah menahan pahitnya rasa malu.
Sial!
Setelah ini ada seorang pelayan yang mulutnya ingin ia robek karena terus menghina Keluarga Li.
Dia harus bertindak!
Wanita itu bangkit dengan tekad menggebu menuju pintu masuk, disana ada dua orang laki-laki yang sedang mendebat seorang pelayan, utusan Keluarga Huan. Satu laki-laki berpakaian seperti pelayan, dan satu lagi seperti tuan, tapi pakaiannya sangat sederhana.
"Ini mahar yang kalian kirimkan ke Kediaman Huan." ucap pelayan Keluarga Huan itu. Dengan ekspresi wajah mengejek, ia melanjutkan. "Jumlahnya sedikit sekali, apakah benar ini bisa dikatakan sebagai mahar? Terlalu kecil dan miskin."
"Mengapa kalian bermimpi menikahi tuan muda kami?"
"Sangat tidak pantas, tidak tahu diri!"
"Tuan dan nyonyaku tidak sudi menginjakkan kaki ke rumah kalian yang kotor ini." Ucapnya lagi masih dengan culas. "Ck, terpaksa aku yang menggantikan."
"Cih, dasar bangawan miskin!"
Plakk!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments