Hari Lamaran Nisha

"Nes, cepetan masaknya. Bentar lagi keluarga Fandi mau datang", suruh Bu Rumi sambil menata ruang tamu dengan terburu-buru.

"Iya ini tinggal bikin ayam asam manisnya, Bu", jawab Nesha sambil memotong bawang bombay yang akan dipakai.

"Duh.. Piring di lemari juga belum dikeluarin!" Seru Bu Rumi panik.

"Suruh Nisha aja, Bu. Dari tadi dia nggak ada bantuin. Dikamar terus padahal yang datang kan calon mertuanya", gerutu Nesha.

Klotak!

Bu Rumi melempar sapu ke lantai. Merasa kesal dengan protes yang dilayangkan Nesha. "Nisha itu capek. Kemarin dia lembur sampe jam lima", ucap Bu Rumi dengan nada sewot.

"Orang lembur sejam aja, Bu", protes Nesha. "Ini kan acara lamarannya. Masa dia nggak bantu apa-apa?", lanjutnya sambil menggoreng ayam.

"Kamu kalo ngomong enteng banget ya, Nes. Kamu nggak kasihan sama adikmu?" Bu Rumi semakin kesal dengan ucapan Nesha.

"Bu. Kenapa perlakuan ibu ke aku dan Nisha beda banget?" Nesha pun ikut kesal. Padahal dia pun juga capek kerja seharian. Tapi dia malah harus menyiapkan makanan untuk menyambut calon mertua beserta calon suami Nisha yang datang melamar.

"Sudah Nes, Bu.. Nggak usah ribut. Sini piringnya biar Bapak yang ngelap dan nata di meja", ucap Pak Edi yang selalu melerai perdebatan antara Ibu dan anak itu.

"Tau tuh si Nesha. Suka iri aja sama adiknya", ketus Bu Rumi sambil melirik Pak Edi yang mulai mengeluarkan piring-piring khusus dari lemari penyimpanan.

Nesha yang mendengar ibu yang selalu membela dan memanjakan anak bungsunya itu hanya menggeleng kepala. Pasalnya berdebat dengan Ibunya tak pernah ada habisnya.

Setelah semua masakan siap, Nesha segera membersihkan dapur dan mencuci semua peralatan yang kotor. Pak Edi dan Bu Rumi sudah bergantian keluar masuk kamar mandi.

"Nes, itu di cuci nanti saja kalau tamunya udah pulang. Kamu mandi dan siap-siap juga, gih", titah Pak Edi.

"Udah tinggal beresin ini dikit, Pak. Malu kalau nanti ada tamu lihat-lihat ada yang kotor", ucap Nesha sambil mengelap kompor. Semua peralatan kotor sudah bertengger di rak bersih.

"Ya udah, terserah kamu aja." Suara lembut Pak Edi selalu bisa menenangkan hati Nesha. Lalu beliau masuk ke kamar untuk bersiap.

"Widih.. Udah siap aja nih", seru Nisha yang baru nongol dari kamarnya.

Nesha hanya melirik Nisha yang sedang mengecek menu diatas meja makan. Kayak mandor aja, batin Nesha. Namun ia tak ingin mengungkapkan isi batinnya saat ini karena raganya sudah sangat lelah semenjak pagi berkutat di dapur. Ia memilih pergi mandi lalu bersiap.

Tak lama kemudian, terdengar mobil yang memasuki halaman rumah. Sebuah mobil fortuner hitam dan avanza merah terparkir berdampingan. Sontak membuat warga sekitar berkumpul karena ingin melihat siapa dan seperti apa calon menantu dan calon besan Pak Edi.

Melihat orang-orang yang berkumpul di depan rumah, membuat Bu Rumi semakin besar kepala dan merasa bangga saat menyambut calon besannya itu.

"Pasti mereka semua iri melihat calon besan dan menantuku yang kaya", batin Bu Rumi.

Dari mobil fortuner, keluar seorang pemuda tinggi sekitar 172cm dengan wajah tampan, Fandi, calon suami Nisha. Sedangkan dari avanza keluar seorang pria paruh baya berjas hitam rapi dan seorang wanita anggun menenteng tas yang terlihat mahal.

"Selamat datang, Pak Faris dan Bu Reni", sapa Pak Edi sambil menyalami mereka bergantian. "Silahkan masuk", Pak Edi mempersilahkan.

Bu Reni masuk rumah sambil netranya menyapu seluruh ruangan penuh dengan pemahaman.

Tak lama kemudian Nisha keluar dengan kebaya brokat biru dan rok batik yang senada dengan kemeja batik yang dikenakan Fandi. Wajahnya dirias sendiri dengan riasan yang kalem, karena memang Nisha pandai berias dan memiliki banyak perlengkapan make up. Ia duduk diantara Pak Edi dan Bu Rumi.

Nesha sendiri hanya memakai gamis polos sederhana warna merah muda. Duduk menunduk disamping Pak Edi.

"Wah nggak nyangka Fandi pinter banget pilih calon istri", puji Bu Reni, setelah melihat penampilan Nisha yang anggun dan cantik.

Mendengar pujian itu membuat wajah Nisha semakin merona dan tentunya semakin membuatnya besar kepala. Diliriknya Nesha dengan wajah penuh kemenangan.

Masing-masing keluarga kemudian saling memperkenalkan anggota keluarga lainnya. Dan mulai mengobrol santai perihal kehidupan sehari-hari.

"Nesha sama Nisha ini anak kembar? Kok nggak mirip, ya?" Celetuk Bu Reni.

"Mereka kakak beradik, Bu. Nesha kakak dari Nisha, mereka terpaut usia tiga tahun", jelas Pak Edi.

"Lho berarti Nisha melangkahi Nesha dong, Pak?" Bu Reni kembali melontarkan kejulitannya. "Waduh bisa bahaya, Pak, Bu. Nanti si Nesha takutnya jadi perawan tua", Bu Reni terkekeh.

Entah itu hanya sebuah candaan atau perkataan serius, Bu Reni sudah membuat Nesha geram. Pasalnya sedari masuk rumah tadi mulut Bu Reni dengan entengnya mengatakan hal-hal yang membuat tak enak hati. Seperti mengomentari rumahnya yang kecil dan sempit, sampai menyinggung perihal tentang dirinya yang akan menjadi perawan tua.

"Saya nggak khawatir, Bu. Karena jodoh itu urusan Allah ", jawab Nesha sambil meremas gamisnya.

"Kata Pak Edi kamu kerja di toko perlengkapan bayi, ya?" Tanya Bu Reni.

"Iya, Bu", jawab Nesha datar.

"Pastilah nanti pun kalau dapat jodoh yang nggak jauh beda profesinya sama kamu", celetuk Bu Reni sambil terkekeh kecil.

"Huuss... hentikan, Ma. Kita kesini mau bahas soal Fandi dan Nisha. Bukan ngurusin jodohnya Nesha," Tegur Pak Faris yang merasa tak enak dengan ucapan istrinya. "Maaf ya Pak Edi. Ucapan istri saya jangan dimasukkan ke hati", tutur Pak Faris.

Pak Edi tersenyum kikuk mendengar hinaan Bu Reni. Ingin sekali ia ikut menegur omongan yang menyakiti hati putri sulungnya itu. Namun mengingat bahwa acara hari ini sangat penting, maka ia lebih memilih tersenyum.

Bu Rumi hanya melirik dengan mimik wajah kecewa pada Nesha. Sedangkan Nisha tampak menahan tawa melihat kakaknya dipermalukan.

"Ehm! Kita balik ke pembicaraan awal. Bagaimana kalau pernikahan Nisha dan Fandi diadakan setelah hari raya?", tanya Pak Faris menatap kearah Pak Edi dan Bu Rumi.

"Berarti masih tahun depan, ya, Pak?", Tanya Pak Edi sedikit ragu.

"Iya, Pak. Sambil nunggu bisnis Fandi berkembang juga. Biar nanti kehidupan mereka setelah menikah bisa stabil ekonominya", jawab Bu Reni sambil menatap kearah Nisha dengan senyum. Lalu mengarahkan pandangan mengejek kearah Nesha yang diam menyimak.

"Ya sudah nggak apa-apa, Bu. Yang penting kan mereka sudah terikat. Itu sudah membuat kami lega. Iya, kan, Pak?" Bu Rumi menyenggol lengan Pak Edi. "Iya, Bu." Tampak wajah Pak Edi masih ragu dengan keputusan yang dibuat.

Setelah sepakat dengan ketentuan pernikahan, mereka menikmati makan siang bersama.

Nesha sibuk menjamu kedua orangtua Fandi. Sedangkan Nisha tampak bergurau dan bermesraan di ruang tamu. Dua sejoli itu tampak sangat lekat, padahal baru melaksanakan lamaran.

Terpopuler

Comments

Purnama Pasedu

Purnama Pasedu

Nisha jangan lewat batas pacarannya

2025-07-28

1

lihat semua
Episodes
1 Suasana pagi
2 Hari Lamaran Nisha
3 Nisha cari gara-gara
4 Ditabrak pria tampan
5 Mereka ke hotel?
6 Perawan tua
7 Ditarik Masuk Kamar Hotel
8 Digerebek
9 Persidangan
10 Ijab Qabul
11 Kakak Ipar
12 Makanan Mahal
13 Siapa Garvi?
14 Makan Sushi
15 Dilarang Masak
16 Dibelikan Skincare
17 Tidak Pulang
18 Nisha Hamil
19 Lempar Dollar
20 Malam Pertama
21 Kopi Asin ala Nisha
22 Beli Parfum Mewah
23 Sholat Subuh
24 Akibat Tampan
25 Ijin Pindah
26 Nisha kena Kasus
27 Mencari Solusi
28 Seperti Garvi
29 Ke Rumah Bu Haji
30 Sikap Fandi
31 Kejujuran Garvi
32 Sikap Santai Garvi
33 Perdebatan sengit
34 Nesha di visum
35 Di talak tiga
36 Rahasia
37 Permintaan Nisha
38 Pindah ke rumah Garvi
39 Berendam bersama
40 Percakapan
41 Nesha sakit
42 Menghindar terus
43 Galenna
44 Kekecewaan
45 Bertemu
46 Di Rumah Sakit
47 Hati Gelisah
48 Rencana Rahasia
49 Menemui Nesha
50 Bertemu Di Jalan
51 Nesha sakit lagi
52 Gosip
53 Sebuah kapal
54 Karma Nisha
55 Puskesmas
56 Koki dan asisten
57 Tentang tato
58 Kejujuran
59 Fania dehidrasi
60 Cerita haru
61 Perdebatan
62 Sate Suzanna
63 Baju Branded
64 Bertemu Pak Yosep
65 Rencana Galenna
66 Balas dendam
67 Berita gempar
68 Hukuman
69 Salah paham
70 Bu Rumi
71 Humaira
72 Humaira sakit
73 Mencari titik terang
74 Kebenaran terungkap
75 Promil
76 Makan seblak
77 Api unggun
78 Viral lagi
79 Hilang ingatan
80 Ulang Tahun Nesha
81 Di Swiss
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Suasana pagi
2
Hari Lamaran Nisha
3
Nisha cari gara-gara
4
Ditabrak pria tampan
5
Mereka ke hotel?
6
Perawan tua
7
Ditarik Masuk Kamar Hotel
8
Digerebek
9
Persidangan
10
Ijab Qabul
11
Kakak Ipar
12
Makanan Mahal
13
Siapa Garvi?
14
Makan Sushi
15
Dilarang Masak
16
Dibelikan Skincare
17
Tidak Pulang
18
Nisha Hamil
19
Lempar Dollar
20
Malam Pertama
21
Kopi Asin ala Nisha
22
Beli Parfum Mewah
23
Sholat Subuh
24
Akibat Tampan
25
Ijin Pindah
26
Nisha kena Kasus
27
Mencari Solusi
28
Seperti Garvi
29
Ke Rumah Bu Haji
30
Sikap Fandi
31
Kejujuran Garvi
32
Sikap Santai Garvi
33
Perdebatan sengit
34
Nesha di visum
35
Di talak tiga
36
Rahasia
37
Permintaan Nisha
38
Pindah ke rumah Garvi
39
Berendam bersama
40
Percakapan
41
Nesha sakit
42
Menghindar terus
43
Galenna
44
Kekecewaan
45
Bertemu
46
Di Rumah Sakit
47
Hati Gelisah
48
Rencana Rahasia
49
Menemui Nesha
50
Bertemu Di Jalan
51
Nesha sakit lagi
52
Gosip
53
Sebuah kapal
54
Karma Nisha
55
Puskesmas
56
Koki dan asisten
57
Tentang tato
58
Kejujuran
59
Fania dehidrasi
60
Cerita haru
61
Perdebatan
62
Sate Suzanna
63
Baju Branded
64
Bertemu Pak Yosep
65
Rencana Galenna
66
Balas dendam
67
Berita gempar
68
Hukuman
69
Salah paham
70
Bu Rumi
71
Humaira
72
Humaira sakit
73
Mencari titik terang
74
Kebenaran terungkap
75
Promil
76
Makan seblak
77
Api unggun
78
Viral lagi
79
Hilang ingatan
80
Ulang Tahun Nesha
81
Di Swiss

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!