Pindah

“Tapi aku nggak bisa punya anak.” Kalimat itu terlontar dari bibir Silvia tak lama setelah Aleandra mengutarakan niatnya untuk mempersunting perempuan yang telah dipacarinya sejak bangku kuliah. Dan kini, setelah bertahun-tahun meyakinkan diri akhirnya dia memiliki keberanian untuk melakukan hal tersebut.

Seluruh keluarga sudah setuju dengan hubungan mereka, dan kedua orang tua telah saling mengenal. Sehingga tak ada hambatan berarti bagi keduanya untuk melanjutkan ke jenjang pernikahan. Ibunya bahkan begitu menyukai Silvia yang cantik, berkharisma, elegan dan memiliki karir cemerlang seperti dirinya.

Mereka merupakan partner dalam urusan pekerjaan. Aleandra yang seorang manager sedangkan Silvia adalah supervisior di sebuah perusahaan retail terbesar di Indonesia. Keduanya adalah andalan yang menjadikan bisnis pemiliknya berkembang begitu pesat sehingga bisa menguasai sebagian besar pasar di negara ini.

“Bukankah aku sudah mengatakannya kepadamu kalau aku memang tidak bisa punya anak? Sejak awal aku sudah terbuka dan aku pikir kamu mengerti.”

Aleandra tertegun. Dia masih tak habis fikir mengapa sang kekasih tetap pada pendiriannya.

“Mas, sepertinya kita tidak bisa meneruskan ini jika tidak sepakat dari awal. Aku takut ini malah meperburuk hubungan kita di masa depan. Jadi sebaiknya —”

“Tidak!” Pria itu cepat-cepat menjawab. Tidak mungkin hubungan yang sudah terjalin lebih dari lima tahun kandas hanya karena hal konyol seperti ini. Dirinya begitu mencintai Silvia dan rasanya tidak akan mungkin bisa hidup tanpanya. Sedangkan soal anak, bisa dipikirkan lagi nanti.

“Tapi, Mas … aku mengerti tujuanmu ingin berumah tangga. Untuk membangun keluarga dan meneruskan keturunan, kan? Lagipula keluargamu sudah pasti mengharapkan itu juga. Sedangkan aku tidak sepakat soal itu. Aku takut tidak bisa mendidik anak ku dan membahagiakannya kelak. Terlebih, aku takut malah akan membuatnya menderita. Hidup di zaman sekarang sangatlah sulit, Jadi sebaiknya kita ….”

Aleandra menggelengkan kepala kemudian meraih tangan Silvia. Dia menggenggamnya dengan erat dan akan berusaha meyakinkan jika itu bukanlah hal besar.

Ya, dirinya memang tau ada trauma tersendiri yang membuat sang kekasih memiliki pemahaman seperti itu. Dia tau sekali.

Silvia lahir dari keluarga berantakan dan dia dengan susah payah bangkit. Kedua orang tuanya bercerai dan masing-masing dari mereka kembali menikah dengan orang lain. Membangun keluarga baru tanpa memperhatikannya sama sekali. Dia bahkan selama bertahun-tahun harus hidup berpindah-pindah dari rumah satu ke rumah lain. Sempat tinggal bergantian dengan ibu dan ayah bersama saudara tiri, tetapi akhirnya tinggal di panti asuhan. Bukan karena mereka tak mampu, tapi karena tuntutan dari pasangan masing-masing yang tidak menghendaki kehadirannya sebagai anak bawaan. Mereka pikir, Silvia menambah beban dan membuat hubungan tidak harmonis karena sering berselisih paham dengan anak yang mereka bawa.

Hidupnya cukup sulit di masa lalu dan perempuan itu harus berjuang keras. Bahkan untuk urusan makan dan sekolah pun dia harus menunggu kemurahan hati ibu dan ayah tirinya untuk memberinya sedikit biaya. 

Dan yang lebih parah adalah ketika menginjak masuk bangku SMA, segala hal terputus begitu saja. Kedua orang tuanya menolak memberi lagi biaya dengan alasan sudah tidak sanggup sehingga dirinya harus bekerja mencari uang di usia se belia itu. Meski setelahnya Silvia berhasil dengan beasiswa hingga lulus kuliah. Tapi ketakutan soal pernikahan dan berkeluarga menjadi beban tersendiri dalam pikirannya.

“Anak bukan hal utama. Aku mencintaimu, maka segalanya akan kita jalani bersama. Bahkan tanpa keturunan pun aku rela asal itu bersamamu.” Aleandra menegaskan.

“Lalu bagaimana dengan keluargamu? Kelak kita akan dipandandang rendah karena tidak mau punya anak, karena mungkin saja bagi mereka hal itu sangat penting.”

“Aku yang akan bicara. Lagipula papa dan mama cukup terbuka. Jadi sepertinya bukan hal yang sulit untuk memberi mereka pengertian.”

“Kamu yakin, Mas?”

“Ya.”

Silvia tersenyum. Sejak dulu Aleandra memang semanis itu. Tak ada lelaki sebaik dia yang bisa menerima diri apa adanya. Segala hal selalu menjadi alasan baginya untuk tetap tinggal dan membersamainya menjalani hidup. Maka, tak ada lagi yang dia pikirkan selain menerima pinangan pria itu. Dengan segala keyakinan bahwa hidupnya akan semakin baik dan membahagiakan.

Kemudian setelah segala pembicaraan panjang lebar dan penjelasan mendetail pada keluarga, dilangsungkanlah pernikahan itu dalam suasana membahagiakan. Terutama keluarga Aleandra paham dan menyerahkan segala keputusan pada mereka tentang apapun yang akan dijalani. Termasuk pilihan hidup berbeda Silvia untuk rumah tangganya. Meski pada awalnya sempat ditentang, tapi dirinya bisa membuat keluarganya menerima hal itu. Tapi tak apa, karena semua orang pantas bahagia dengan caranya sendiri, bukan?

***

Kedua mata Aleandra terbuka setelah merasakan guncangan pada tubuhnya, dan sosok pria paruh baya yang merupakan sopir orang tuanya lah yang mendominasi pandangan saat dia tersadar. Rupanya rasa lelah lahir batin membuatnya tertidur selama dalam perjalanan, hingga akhirnya mereka tiba di depan sebuah villa yang akan menjadi tempat tinggalnya mulai sekarang.

“Sudah sampai, Mas.” Pak Pardi mengeluarkan koper dari bagasi sementara Aleandra bangkit sambil mengusap wajahnya.

Matahari sudah condong ke barat tanda sore menjelang. Dan suasana di tempat itu terasa cukup sepi.

Aleandra menatap bangunan bertingkat dua tersebut. Rumah besar bergaya eropa yang terletak di perbukitan di Bandung Barat. Berdiri sendiri di antara perkebunan sayur dan hutan pinus, yang udaranya terasa sejuk cenderung dingin. Tapi dari sini terlihat jelas kota Bandung di bawahnya yang jaraknya tidak terlalu jauh.

“Nggak jauh beda dengan di Kertosari, Pak. Cuma disini nggak ada kebun teh. Kenapa sih mama sukanya beli aset di gunung?” Dia misuh-misuh karena villa milik ibunya tersebut berada di pelosok, bukan kota seperti keinginannya.

“Namanya juga villa, Mas. Ya di gunung lah. Kalau di kota ya komplek.” Pak Pardi melenggang mendahuluinya masuk ke dalam.

“Maksudnya rumah yang di kota gitu lho, bukan di kampung seperti ini.”

“Gunung, Mas.”

“Iya, sama aja. Gunungnya ada di kampung.”

“Kata ibu biar pikiran tenang.”

Aleandra mendengus. Kembali dia menatap ruangan luas dengan langit-langit yang tinggi. Satu tangga sepertinya mengarah ke lantai dua di mana kamarnya berada, dan jendela-jendela besar menghiasi sehingga tempat itu terlihat megah.

“Art mungkin datangnya besok pagi, Mas. Tapi tadi dia sudah beres-beres. Saya lihat semuanya bersih, jadi Mas bisa langsung istirahat.” Pak Pardi meletakkan koper-koper di dekat lemari. “Bajunya mau saya yang bereskan, Mas?” tawarnya setelah dia selesai.

“Nggak usah, biar si mbak saja besok. Kasihan Bapak cape nganterin saya.”

“Ya nggak apa-apa, kan sudah biasa.”

“Besok saja.”

“Ya sudah kalau begitu. Mas mau makan atau gimana? Biar saya pesankan nanti sama si mbak nya.”

“Nggak usah, Pak. Nanti saja saya order online. Di sini bisa, kan?”

“Oh, bisa bisa. Kampung-kampung begini juga deket kok ke kota. Tinggal turun. Semuanya juga serba online. Terus ke tempat kerja Mas juga nggak jauh-jauh amat lah, tinggal belok kiri, lurus dikit, sampai deh.”

“Ya ya ya, baiklah.” Aleandra menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur. Lalu tanpa menunggu lama dia segera terlelap. Sepertinya rasa lelah belum mereda sehingga dengan mudah dia kembali tertidur.

“Ckckck. Mas Ale, Mas Ale.” Pak Pardi berdecak sambil menggelengkan kepala, kemudian dia keluar dari kamar sang majikan.

*

*

Like nya dong yang kenceng.

Eh, ritualnya masih sama nggak sih? Komen vote dan gift. Aku lupa, hahahaha.

Terpopuler

Comments

Ratu Tety Haryati

Ratu Tety Haryati

Gapapa pindah ke gunung cari suasana baru

2025-05-10

2

Fajarina

Fajarina

dr gunung semua berawal ale ale eaaaa 🤣🤣

2025-06-03

1

Rose Dee

Rose Dee

lanjuuutt mak

2025-05-16

1

lihat semua
Episodes
1 1. Hal Menyakitkan
2 Pindah
3 Seorang Janda
4 Asyla Dan Aleandra
5 Percakapan
6 Sebuah Batasan
7 Lamaran Dan Sebuah Kewajiban
8 Sebuah Pilihan
9 Perasaan Yang Aneh
10 Sebuah Pernikahan
11 Akad
12 Akad Kedua
13 Asyla Dan Alendra
14 Pembayaran Hutang
15 Perasaan Alendra
16 Pesawat Kertas
17 Pesawat Kertas 2
18 Pergi Belanja
19 Asyla Dan Tirta
20 Rumah Sakit
21 Tentang Asyla
22 Rasa Yang Hadir
23 Gigitan Tirta
24 Ponsel Dan Rencana Tahun Baru
25 Dunia Alendra
26 Malam Tahun Baru
27 Malam Tahun Baru 2
28 Perasaan Alendra
29 Keadaan Asyla
30 Keadaan Asyla 2
31 Sebuah Perkara
32 Dua Sejoli
33 Dua Sejoli 2
34 Ajakan Menikah
35 Gejolak Rasa
36 Gejolak Rasa 2
37 Asyla Dan Alendra
38 Sebuah Penyelidikan
39 Status Baru
40 Nikah Siri
41 Malam Pertama
42 Milik Alendra
43 Pindah Kamar
44 Siang Art, Malam Teman Bobok
45 Alendra Dan Kecemburuannya
46 Mandi
47 Janji Alendra
48 Janji Alendra 2
49 Kecemburuan Asyla
50 Sebuah Niat
51 Percakapan
52 Tamu
53 Sebuah Percakapan
54 Villa
55 Sebuah Kejelasan
56 Status
57 Kedatangan Keluarga
58 Percakapan Tak Biasa
59 Sebuah Rencana
60 Kabar Buruk
61 Kecurigaan Resta
62 Kecirigaan Resta 2
63 Mbak Hani
64 Di Kertosari
65 Kertosari 2
66 Keadaan Alendra
67 Keadaan Alendra 2
68 Kabar
69 Pulang
Episodes

Updated 69 Episodes

1
1. Hal Menyakitkan
2
Pindah
3
Seorang Janda
4
Asyla Dan Aleandra
5
Percakapan
6
Sebuah Batasan
7
Lamaran Dan Sebuah Kewajiban
8
Sebuah Pilihan
9
Perasaan Yang Aneh
10
Sebuah Pernikahan
11
Akad
12
Akad Kedua
13
Asyla Dan Alendra
14
Pembayaran Hutang
15
Perasaan Alendra
16
Pesawat Kertas
17
Pesawat Kertas 2
18
Pergi Belanja
19
Asyla Dan Tirta
20
Rumah Sakit
21
Tentang Asyla
22
Rasa Yang Hadir
23
Gigitan Tirta
24
Ponsel Dan Rencana Tahun Baru
25
Dunia Alendra
26
Malam Tahun Baru
27
Malam Tahun Baru 2
28
Perasaan Alendra
29
Keadaan Asyla
30
Keadaan Asyla 2
31
Sebuah Perkara
32
Dua Sejoli
33
Dua Sejoli 2
34
Ajakan Menikah
35
Gejolak Rasa
36
Gejolak Rasa 2
37
Asyla Dan Alendra
38
Sebuah Penyelidikan
39
Status Baru
40
Nikah Siri
41
Malam Pertama
42
Milik Alendra
43
Pindah Kamar
44
Siang Art, Malam Teman Bobok
45
Alendra Dan Kecemburuannya
46
Mandi
47
Janji Alendra
48
Janji Alendra 2
49
Kecemburuan Asyla
50
Sebuah Niat
51
Percakapan
52
Tamu
53
Sebuah Percakapan
54
Villa
55
Sebuah Kejelasan
56
Status
57
Kedatangan Keluarga
58
Percakapan Tak Biasa
59
Sebuah Rencana
60
Kabar Buruk
61
Kecurigaan Resta
62
Kecirigaan Resta 2
63
Mbak Hani
64
Di Kertosari
65
Kertosari 2
66
Keadaan Alendra
67
Keadaan Alendra 2
68
Kabar
69
Pulang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!