Jessy membantu pelayan menata makanan di meja, sambil menunggu Chris turun dari lantai dua dimana kamarnya berada.
Setelah menunggu beberapa saat dia melihat Chris datang dengan penampilannya yang paripurna, stelan kerjanya sudah rapi, hanya saja belum tersemat dasi di leher pria itu.
Jessy mengeryit saat Chris menyodorkan dasi beserta tie clip kearahnya, dan mengisyaratkan untuk memakaikannya di lehernya.
"Baiklah, aku mengerti." Chris masih sibuk dengan ponsel di telinganya yang membuatnya tak bisa mengenakan dasinya sendiri.
Jessy menghela nafasnya lalu mendekat untuk menaikan kerah kemeja Chris, lalu melingkarkan dasi tersebut dan membuat simpul.
"Tidak, tidak. Aku yang akan meninjaunya sendiri. Siapkan saja penerbangannya hari ini juga, Mike." Chris menarik sudut bibirnya saat Jessy fokus pada simpul dasinya.
"Ya." Chris mematikan teleponnya, tepat saat Jessy selesai dengan dasinya. Asistennya itu bahkan menyematkan tie clip, lalu mengelus permukaan dasi agar lebih rapi.
Jessy akan mundur saat tugasnya selesai, namun tangannya di dada Chris tertahan oleh pria itu. "Kamu mencuri kesempatan?"
Jessy mengerutkan keningnya. "Mencuri kesempatan?" tanyanya dengan bingung.
"Ayolah Jessy, aku sudah sering bertemu wanita. Dan aku yakin kamu juga penasaran dengan ini." Tangan Jessy masih tertahan di tubuh pria itu, dan menyentuh tepat di dada berototnya. "Baiklah, aku beri kamu kesempatan untuk menikmatinya."
Jessy mengerjapkan matanya saat merasa gumpalan daging berbentuk bulat tersebut.
Jessy menarik tangannya dengan segera, lalu menaikan sebelah alisnya. "Maaf, Tuan. Kau baik- baik saja?"
"Tentu saja aku, baik." Chris mengeryit.
"Saya rasa anda sakit, sejak tadi bersikap aneh?" Jessy menaikan tangannya menyentuh dahi Chris.
"Apa!" Chris kehilangan kata- kata. Jika biasanya para gadis akan langsung mengerti dengan isyaratnya membuka diri, agar mereka berani mendekat lebih jauh, dan menggodanya. Tapi, Jessy? Gadis ini justru bilang dia sakit?
"Tapi tidak panas," gumamnya.
....
Seperti biasa saat tiba di kantor, Mike menyambut Chris di depan pintu.
Pria itu menunduk hormat lalu berkata. "Tuan Charles dan Tuan Jordy menunggu di dalam, Tuan."
"Mau apa mereka?" Charles dan Jordy adalah sepupu Chris.
"Mereka tidak mengatakannya, Tuan." Chris menghela nafasnya lalu menoleh pada Jessy.
"Hari kita akan pergi ke luar Negeri," ucap Chris.
"Baik, Tuan. Saya akan persiapkan." Jessy menundukkan wajahnya. Chris menatap Jessy sekali lagi sebelum masuk. Kenapa Jessy tak juga menatapnya, padahal saat di mobil dia lagi- lagi memperlakukannya selayaknya pria. Dia bahkan rela menyetir lalu membukakan pintu untuk Jessy.
Tapi, tetap saja Jessy tidak menunjukkan sinyal ketertarikan padanya.
Saat memasuki ruangannya Chris benar-benar menemukan Charles dan Jordy di ruangannya. "Hey. Kenapa kau menekuk wajahmu seperti itu?" tanya Charles, saat melihat wajah Chris nampak kesal.
Chris berdecak. Dengan melepas kancing jasnya Chris mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.
"Jangan bilang kau sudah bosan dengan pacar barumu. Siapa namanya ..." Charles nampak berpikir.
"Apa gunanya kita mengingatnya. Aku rasa dia sendiri tak ingat nama pacarnya," ucap Jordy. Dan keduanya tertawa.
"Lagipula untuk apa aku ingat, sebentar lagi juga akan berganti."
"Woah..." Charles bertepuk tangan. "Kau memang brengsek yang mengagumkan. Aku rasa memang tidak ada yang bisa lepas dari pesonamu," ujarnya.
"Seharusnya begitu, kan?" Chris mengerutkan keningnya.
Chris mengusap dagunya. "Selama ini tidak ada yang bisa menolak pesonaku." lanjutnya.
Charles dan Jordy saling menatap. "Kenapa, ada yang menolakmu?" celetuk Jordy. Lalu keduanya tertawa.
"Tidak mungkin kan?" Namun saat melihat Chris hanya diam Charles dan Jordy menghentikan tawa mereka.
"Sungguh?"
"Benarkah?" ucap keduanya berbarengan.
Chris berdecak. "Tidak, aku bahkan belum mengerahkan kemampuanku." Benar ini bahkan belum satu hari dia menggoda Jessy. Meski biasanya dia juga tak membutuhkan waktu lama. Tapi Jessy berbeda. Mungkin karena gadis itu tak memiliki pacar, hingga dia tidak peka dengan semua petunjuknya.
Charles dan Jordy kembali saling pandang. "Aku baru tahu ada juga yang menolakmu."
Benar, belum pernah ada yang menolaknya. Tapi, sejak awal Jessy memang tak pernah menggodanya. Bahkan Mike pun mengatakan hanya Jessy asisten yang tak tergoda ketampanannya.
Chris yang selalu mendapatkan gadis manapun tentu saja merasa tertantang. Apalagi saat Jessy kukuh ingin mengundurkan diri setelah dia menaikan gajinya tiga kali lipat. Dalam benak Chris terlintas, kenapa tidak dia jerat saja Jessy dengan pesonanya, agar dia tak mengundurkan diri. Namun bukannya menggoda setelah tergoda seperti wanita lain. Jessy justru menganggapnya sakit karena bertingkah tak seperti biasanya.
"Hm, aku penasaran, siapa wanita itu? Pasti dia gadis diatas rata- rata."
Chris berdecak, Jessy bahkan kalah jika di bandingkan dengan pacar- pacarnya. Apalagi penampilannya dan kacamata besarnya. Tapi Chris tak bisa mengaku kalah begitu saja, kan? "Kalian tidak punya kerjaan lain? Pergi sana aku mau kerja!" ucapnya kesal.
"Kami memang sedang senggang, makanya mengunjungimu, mungkin saja kau membutuhkan bantuan kami."
"Aku tidak butuh. Sana pergi!"
"Hei, selain sepupu, kita ini sahabat sejak kecil. Harus saling mendukung," ucap Charles.
"Ck, aku tahu kalian datang karena ada maunya."
Charles dan Jordy saling melirik, lalu tersenyum. "Jika kau membantu kami sekarang. Kami akan membantumu mendapatkan gadis yang kau incar itu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Anonymous
pokoknya buat karakter jessy seterong y thor...ga gampang di dekati...ga menye2.../Chuckle/
2025-05-14
0
mbu ne
beneran bantuin, atau bakalan jadi saingannya Chris nih ? 🤔
2025-04-30
0
Bunda Hilal
😜😜😜😜
2025-05-22
0