Eps 3— Surga?

Chen Huang berhasil menyeret tubuh orang tuanya ke tempat yang lebih aman, sebuah gubuk kecil di pinggiran desa yang hampir runtuh akibat getaran pertempuran. Keringat bercucuran di wajahnya, nafasnya memburu, dan tangannya gemetar saat ia menurunkan tubuh ibunya dengan hati-hati. Ayahnya terbaring lemah di samping.

"Ibu… Ayah… bertahanlah. Aku akan mencari bantuan!" serunya, suaranya dipenuhi keputusasaan.

Namun, ibunya, dengan senyum lembut yang tampak penuh rasa sakit, menggelengkan kepalanya. "Huang'er… tidak perlu… Ibu dan Ayah sudah… cukup… melihatmu tumbuh sejauh ini…" suaranya melemah, tetapi masih berusaha terdengar tenang.

"Tidak! Jangan bicara seperti itu!" Chen Huang menggenggam tangan ibunya erat. "Kalian akan baik-baik saja! Aku… aku akan menemukan tabib, aku bersumpah!"

Ayahnya, dengan napas yang berat, mencoba mengangkat tangan untuk menyentuh bahu Chen Huang. "Huang'er… dunia ini… memang kejam… Kau harus menjadi kuat… lebih kuat dari siapa pun… untuk bertahan…"

Kata-kata terakhir itu mengiris hati Chen Huang seperti belati. Ia mengguncang tubuh ayahnya, mencoba membangunkannya, tetapi pandangan ayahnya perlahan menjadi kosong.

"Tidak… Tidak! Ayah! Ayah!!" teriak Chen Huang, tetapi tidak ada jawaban.

Ia berbalik ke arah ibunya, tetapi hanya mendapati senyumnya yang lembut dan air mata yang mengalir di pipi wanita itu sebelum ia menghembuskan napas terakhirnya.

"Ibu… Jangan tinggalkan aku… Ibu!!!"

Chen Huang jatuh berlutut di antara tubuh kedua orang tuanya. Air matanya mengalir tanpa henti, membasahi tanah yang dingin. Ia menggenggam tangan mereka, yang kini terasa begitu dingin.

“Kenapa…” gumamnya dengan suara bergetar. “Kenapa surga begitu kejam? Apa yang telah kami lakukan sehingga pantas menerima ini?!”

Ia memandang ke langit, yang dipenuhi kilatan cahaya dari pertempuran para praktisi beladiri. Mereka yang memiliki kekuatan besar, mereka yang seharusnya melindungi, justru menjadi penyebab kehancuran.

Marah, sedih, dan frustasi bercampur menjadi satu. Ia memukul tanah dengan sekuat tenaga, darah mengalir dari buku-buku jarinya.

“Aku benci kalian semua!” teriaknya kepada dunia yang tidak pernah peduli. “Aku benci kekuatan kalian yang hanya membawa kehancuran! Jika ini takdir yang diberikan surga… maka aku akan menentangnya!”

Malam itu, Chen Huang duduk sendirian di samping tubuh kedua orang tuanya, memeluk mereka hingga fajar tiba. Air matanya telah mengering, digantikan oleh tatapan kosong yang penuh dengan kebencian terhadap kelemahannya sendiri.

“Jika aku kuat… Jika aku memiliki kekuatan seperti mereka… Ayah dan Ibu pasti masih hidup…” gumamnya pelan, namun setiap kata mengandung tekad yang tajam.

Ia mengubur kedua orang tuanya di bawah pohon bunga matahari terbesar di desa, tempat yang selama ini menjadi favorit keluarganya. Setelah menancapkan batu sederhana sebagai penanda, ia bersumpah di hadapan makam mereka.

“Aku bersumpah… Aku akan menjadi kuat. Aku akan melampaui siapa pun di dunia ini. Dan aku akan memastikan tidak ada orang lain yang bisa merenggut nyawa orang-orang yang aku cintai lagi.”

...

Desa Bunga Matahari telah berubah menjadi tempat yang sunyi dan menyeramkan. Rumah-rumah yang dulunya dipenuhi tawa kini hanya menyisakan reruntuhan. Bunga-bunga matahari yang pernah menjadi kebanggaan desa layu tanpa perawatan, seolah ikut berduka atas kehancuran yang terjadi.

Chen Huang, setelah mengubur kedua orang tuanya, mendirikan sebuah gubuk sederhana di pinggir desa, menggunakan kayu dan puing-puing rumah yang tersisa. Meski rasa kehilangan dan kesepian terus menghantuinya, ia memutuskan untuk tetap tinggal.

“Di sinilah aku akan bertahan. Di sinilah aku akan memulai segalanya,” gumamnya, menatap langit yang hanya diterangi sinar bulan.

Ia menghabiskan hari-harinya dengan bertahan hidup, berburu di hutan sekitar, dan malamnya diisi dengan mempelajari gerakan dasar ilmu bela diri dari buku-buku usang yang ia temukan di perpustakaan kecil desa.

Namun malam itu, sesuatu yang tidak terduga terjadi.

Chen Huang hampir terlelap ketika suara teriakan memecah keheningan malam.

“Kakek! Kakek Jin! Di mana kau?!”

Suara itu berasal dari seorang gadis. Chen Huang segera bangkit, mengambil tongkat kayu yang biasa ia gunakan untuk berjaga, dan berjalan keluar dari gubuknya. Di bawah sinar bulan, ia melihat seorang gadis muda berdiri di reruntuhan tengah desa. Wajahnya cantik, dengan rambut panjang yang tergerai. Ia terlihat kebingungan, memanggil-manggil seseorang dengan nada putus asa.

“Kakek! Kakek Jin! Tolong jawab aku!”

Chen Huang berjalan mendekat, dan gadis itu langsung menoleh dengan wajah penuh harap.

“Kau siapa?” tanya Chen Huang, suaranya dingin namun tidak berniat mengancam.

“Aku… aku mencari kakekku, Kakek Jin,” jawab gadis itu cepat. “Kau melihatnya? Dia tinggal di sini, di desa ini…”

Chen Huang membeku mendengar nama itu. Ia mengenal Kakek Jin—orang tua yang ramah dan sering memberikan nasihat bijak kepada anak-anak desa, termasuk dirinya. Namun, Chen Huang juga tahu bahwa Kakek Jin kemungkinan besar tidak selamat dari ledakan besar yang menghancurkan desa seminggu lalu.

Chen Huang menatap gadis itu, yang kini menunggu jawaban dengan cemas. Ia tidak tahu bagaimana menyampaikan kebenaran yang menyakitkan.

“Aku… aku kenal Kakek Jin,” ujar Chen Huang akhirnya, suaranya lirih. “Dia… dia ada di desa saat pertempuran itu terjadi. Ledakan besar… menghancurkan segalanya. Aku tidak tahu apakah dia bisa selamat.”

Wajah gadis itu berubah pucat. Ia mundur selangkah, hampir kehilangan keseimbangan. “Tidak… tidak mungkin… Kakek Jin… Dia tidak mungkin…”

Melihat gadis itu hampir jatuh, Chen Huang buru-buru menahan bahunya. “Tenang. Aku tidak mengatakan ini untuk membuatmu putus asa. Tapi… kau harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk.”

Gadis itu menutup wajahnya dengan tangan, air matanya mulai mengalir. “Kakek adalah satu-satunya keluargaku… Jika dia tidak ada lagi… Aku benar-benar sendirian…”

Chen Huang terdiam, hatinya ikut terasa berat melihat kesedihan gadis itu. Ia tahu betul rasa kehilangan yang mendalam, karena baru saja mengalaminya sendiri.

“Jika kau mau,” kata Chen Huang akhirnya, mencoba menawarkan sedikit penghiburan, “kau bisa tinggal di sini untuk malam ini. Aku punya gubuk kecil di pinggir desa. Setidaknya, kau bisa istirahat dan kita cari cara untuk memastikan keberadaan Kakek Jin besok.”

Gadis itu menatapnya dengan mata basah, lalu mengangguk pelan. “Terima kasih…”

Chen Huang memimpin gadis itu ke gubuknya, mencoba memberinya sedikit kenyamanan di tengah kehancuran dan kesedihan yang mereka alami bersama.

Terpopuler

Comments

Laaaaanjuuuut

2025-05-08

0

angin kelana

angin kelana

lanjut up..

2025-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 Eps 1— Chen Huang
2 Eps 2— Praktisi Beladiri
3 Eps 3— Surga?
4 Eps 4— Orang-orang Baik
5 Eps 5— Fondasi
6 Eps 6— Ginseng
7 Eps 7— Kota Jinan
8 Eps 8 — Kultivasi Dasar
9 Eps 9 — Mandi
10 Eps 10 — Mandiri
11 Eps 11— 2 Tahun Penuh Perjuangan
12 Eps 12— Kota Chengdu
13 Eps 13— Ujian Pertama
14 Eps 14— Hasil
15 Eps 15 — Kera Abu-Abu
16 Eps 16 — Ning Xue
17 Eps 17 — Ujian Pertarungan
18 Eps 18 — Akar Spiritual
19 Eps 19— Shen Lu
20 Eps 20 — Kegemparan
21 Eps 21 — Arena
22 Eps — 22 Giliran Chen Huang dan Ning Xue
23 Eps 23 — Ketegangan Di Aula
24 Eps 24 — Festival
25 Eps — 25 Guru Ling
26 Eps 26 — Perpustakaan Akademi Xin
27 Eps 27 — Batu Spiritual
28 Eps 28 — Menerobos
29 Eps 29 — Penguasaan Teknik
30 Eps 30 — Variasi
31 Eps 31— Misi Pertama
32 Eps 32 — Ular Api Merah
33 Eps 33 — Pria Berjubah Merah
34 Eps 34 — Hadiah Misi
35 Eps 35 — Kantong Penyimpanan
36 Eps 36 — Sebulan Penuh Berlatih
37 Eps 37 — Hari Pertama Pertarungan Peringkat
38 Eps 38 — Zhang Meng
39 Eps 39 — Babak 8 Besar
40 Eps 40 — Semifinal
41 Eps 41 — Sang Pemenang
42 Eps 42 — Penyerapan Pil Merak Api
43 Eps 43 — Kekuatan Baru
44 Eps 44 — Pegunungan Taring Naga
45 Eps 45 — Rumput Akar Roh
46 Eps 46 — Gua Misterius
47 Eps 47 — Pedang Api Penghakiman
48 Eps 48 — Pertarungan Di Kaki Gunung
49 Eps 49 — Bertahan Hidup
50 Eps 50 — Malam Yang Tenang
51 Eps 51 — Kedatangan Patriark Klan Zhang
52 Eps 52 — Interogasi
53 Eps 53 — Puncak Gunung Qin
54 Eps 54 — Sahabat
55 Eps 55 — Belajar Hal Baru
56 Eps 56 — Makam Raja-Raja
57 Eps 57 — Keberangkatan
58 Eps 58 — Lembah Tengkorak
59 Eps 59 — Rintangan Pertama
60 Eps 60 — Sekte Darah Naga
61 Eps 61 — Ular Tanduk Giok Ungu
62 Eps 62 — Penyelamat
63 Eps 63 — Pintu Masuk
64 Eps 64 — Api Nirwana
65 Eps 65 — Iblis Wanita
66 Eps 66 — Han Qian
67 Eps 67 — Harta
68 Eps 68
69 Eps 69 — Naga Kehampaan
70 Eps 70 — Teknik Pedang Langit Hampa
71 Eps 71 — Api Surgawi
72 Eps 72 — Tongkat Giok Naga
73 Eps 73 — Diskusi
74 Eps 74 — Keputusan Chen Huang
75 Eps 75 — Gunung Bayangan
76 Eps 76 — Pecahnya Perang
77 Eps 77 — Dominasi Chen Huang
78 Eps 78 — Teratai Matahari Membakar Surga
79 Eps 79 — Dendam Yang Berlanjut
80 Eps 80 — Bahaya Yang Tidak Diketahui
81 Eps 81 — Tinju 8 Penjuru
82 Eps 82 — Cincin Penyimpanan
83 Eps 83 — Pil Tingkat 4
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Eps 1— Chen Huang
2
Eps 2— Praktisi Beladiri
3
Eps 3— Surga?
4
Eps 4— Orang-orang Baik
5
Eps 5— Fondasi
6
Eps 6— Ginseng
7
Eps 7— Kota Jinan
8
Eps 8 — Kultivasi Dasar
9
Eps 9 — Mandi
10
Eps 10 — Mandiri
11
Eps 11— 2 Tahun Penuh Perjuangan
12
Eps 12— Kota Chengdu
13
Eps 13— Ujian Pertama
14
Eps 14— Hasil
15
Eps 15 — Kera Abu-Abu
16
Eps 16 — Ning Xue
17
Eps 17 — Ujian Pertarungan
18
Eps 18 — Akar Spiritual
19
Eps 19— Shen Lu
20
Eps 20 — Kegemparan
21
Eps 21 — Arena
22
Eps — 22 Giliran Chen Huang dan Ning Xue
23
Eps 23 — Ketegangan Di Aula
24
Eps 24 — Festival
25
Eps — 25 Guru Ling
26
Eps 26 — Perpustakaan Akademi Xin
27
Eps 27 — Batu Spiritual
28
Eps 28 — Menerobos
29
Eps 29 — Penguasaan Teknik
30
Eps 30 — Variasi
31
Eps 31— Misi Pertama
32
Eps 32 — Ular Api Merah
33
Eps 33 — Pria Berjubah Merah
34
Eps 34 — Hadiah Misi
35
Eps 35 — Kantong Penyimpanan
36
Eps 36 — Sebulan Penuh Berlatih
37
Eps 37 — Hari Pertama Pertarungan Peringkat
38
Eps 38 — Zhang Meng
39
Eps 39 — Babak 8 Besar
40
Eps 40 — Semifinal
41
Eps 41 — Sang Pemenang
42
Eps 42 — Penyerapan Pil Merak Api
43
Eps 43 — Kekuatan Baru
44
Eps 44 — Pegunungan Taring Naga
45
Eps 45 — Rumput Akar Roh
46
Eps 46 — Gua Misterius
47
Eps 47 — Pedang Api Penghakiman
48
Eps 48 — Pertarungan Di Kaki Gunung
49
Eps 49 — Bertahan Hidup
50
Eps 50 — Malam Yang Tenang
51
Eps 51 — Kedatangan Patriark Klan Zhang
52
Eps 52 — Interogasi
53
Eps 53 — Puncak Gunung Qin
54
Eps 54 — Sahabat
55
Eps 55 — Belajar Hal Baru
56
Eps 56 — Makam Raja-Raja
57
Eps 57 — Keberangkatan
58
Eps 58 — Lembah Tengkorak
59
Eps 59 — Rintangan Pertama
60
Eps 60 — Sekte Darah Naga
61
Eps 61 — Ular Tanduk Giok Ungu
62
Eps 62 — Penyelamat
63
Eps 63 — Pintu Masuk
64
Eps 64 — Api Nirwana
65
Eps 65 — Iblis Wanita
66
Eps 66 — Han Qian
67
Eps 67 — Harta
68
Eps 68
69
Eps 69 — Naga Kehampaan
70
Eps 70 — Teknik Pedang Langit Hampa
71
Eps 71 — Api Surgawi
72
Eps 72 — Tongkat Giok Naga
73
Eps 73 — Diskusi
74
Eps 74 — Keputusan Chen Huang
75
Eps 75 — Gunung Bayangan
76
Eps 76 — Pecahnya Perang
77
Eps 77 — Dominasi Chen Huang
78
Eps 78 — Teratai Matahari Membakar Surga
79
Eps 79 — Dendam Yang Berlanjut
80
Eps 80 — Bahaya Yang Tidak Diketahui
81
Eps 81 — Tinju 8 Penjuru
82
Eps 82 — Cincin Penyimpanan
83
Eps 83 — Pil Tingkat 4

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!