Kenzo memandang gadis didepannya. Merasa terjebak dengan kata-katanya sendiri.
"Baiklah.... lagipula aku tidak suka berlama tinggal ditempat ini," jawab pemuda itu kesal. Ia merasa ucapannya saat ini tidak sinkron dengan kata hatinya.
Sang gadis tidak menggubris jawaban kesal dari sang pemuda, ia sudah selesai membalurkan ramuan tersebut ke sekujur tubuh sang pria bagian depan.
Sekilas Kenzo melirik gadis dingin dihadapannya, ada sesuatu yang tampak menarik perhatiannya, dibalik penutup wajah sang gadis, terlihat diarea pelipis matanya seperti sisik ular, namun tidak begitu jelas.
"Mengapa kulit wajahnya tampak bersisik, apakah ia tidak pernah mandi dan tidak pernah ke salon? Ah, sungguh malang sekali nasibnya," guman Kenzo dengan lirih.
"Setidaknya ia harus pakai lotion atau juga pelembab wajah agar kulitnya terus mulus," pemuda itu terus bergumam dalam hatinya.
Namun sisik itu tampak hanya dibagian kulit wajah bagian kirinya saja, sedangkan kulit tangan dan punggung telapak kakinya tampak bersih dan halus.
"Jangan mengasihaniku, tetapi kasihanilah dirimu yang harus terbuang dijurang ini yang dilakukan oleh orang-orang yang akan merebut bisnismu," ucap Adhisti dengan nada sinis.
Deeeegh...
Seketika Kenzo tercengang. Bagaimana mungkin wanita itu dapat menebak apa yang sedang ia katakan didalam hatinya, bahkan wanita itu dapat mengetahui apa yang terjadi padanya, siapa gadis itu sebenarnya?
"Mengapa kamu dapat mengetahui semuanya? Siapa kamu sebenarnya?" Cecar Kenzo semakin penasaran.
Adhistii hanya tersenyum mencibir. "Jangan terlalu berisik, balikkan punggungmu, aku ingin membalurkan obat ini untuk luka luarmu," titah gadis tersebut.
Kenzo mendengus kesal. Lalu menuruti perintah sang gadis yang memintanya untuk tengkurap.
Perlahan gadis itu membalurkan semua ramuan herbal itu keseluruh tubuh Kenzo dengan sapuan yang begitu sangat lembut.
Perlahan rasa panas yang berasal dari ramuan itu menjalar ke seluruh kulitnya. Ia merasakan rileks dan mengantuk.
Perlahan ia tidak dapat lagi menahan rasa kantuknya dan tertidur, bersamaan dengan selesainya Adhisti yang menyelesaikan baluran ramuannya.
Gadis misterius itu menatap sang pemuda yang sudah tertidur sembari mendengkur dengan tatapan yang sangat hangat, berbeda dengan sikapnya saat pemuda itu terbangun.
Perlahan ia melangkah pergi meninggalkan gubuk menuju hutan rimbun. Ia berniat berburu dan akan memasak untuk makan pemuda itu.
Gadis itu membawa busur ditangannya. Ia bersiap untuk mendapatkan seekor rusa sebagai hidangan makan siang dan malam mereka.
Entah mengapa ia merasa begitu peduli kepada pemuda yang sangat malang tersebut.
Ia merasakan getaran di dalam dadanya begitu sangat berbeda saat pertama kali menatap sang pemuda. Meskipun Kenzo bersikap menyebalkan, namun ia tahu jika pemuda itu memiliki sikap yang perduli.
Adhisti berjalan mengendap menuju semak belukar, ia sudah hafal dengan jalan yang selalu dilintasi oleh para rusa dan kawanannya, sebab hutan ini adalah kawasannya.
Kretaaaaak...
Terdengar sebuah patahan ranting yang disebabkan oleh sebuah injakan kaki. Adhisti telah bersiaga untuk membidik.
Benar saja, seekor anak rusa muda sedang terpisah dari rombongannya dan kini berusaha mencari pakan sendirian.
Rusa itu tampak kurang waspada, dan...
Wuuuuusssh...
Ssssstt...
Suara desingan anak panah melesat kencang mengenai anak rusa yang sedang merumput dengan cekatan.
Jleeeeb....
Anak panah menancap tepat diperut rusa, lalu hewan herbivora tersebut tersungkur ditanah, dengan menyisakan suara erangan kesakitan dan tubuh yang menggelepar
Adhisti melompat, lalu dengan cepat menyembelih hewan tersebut hingga tewas dan tak bergerak lagi.
Gadis itu menguliti anak rusa, lalu menyisakan dagingnya saja.
Kemudian ia menentengnya menuju anak sungai, untuk mencuci daging rusa yang telah ia bersihkan.
Setelah menyelesaikan perburuannya. Sang gadis kembali menuju ke gubuk tua untuk segera memasak daging tersebut.
Ia berjalan dibawah teriknya mentari. Tampak savana terbentang luas, begitu mengagumkan alam yang masih terjaga kelestariannya.
Kulitnya yang putih terlihat berkilau saat mentari memindainya. Rambutnya tergerai bergelombang, dan membuat ia semakin terlihat menarik.
Sesampainya digubuk tua, ia meletakkan daging tersebut diatas daun pisang yang telah diambilnya dibelakang gubuk reot tersebut.
Kemudian ia menuju tungku api, lalu mengambil ranting-ranting kering pepohonan, dan menciptakan api dari ujung kuku jemari tangannya.
Perlahan ia membuat perapian. Dan mendidihkan air didalam sebuah kendi yang terbuat dari tanah liat.
Adhisti merebus air tersebut. Sembari menunggu mendidih, ia mencoba meracik bumbu yang ia dapatkan dari belakang rumah dan tumbuh dengan subur.
Ia mencampurkan semua bumbu yang hanya dicincang saja olehnya ke dalam kendi air tersebut.
Perlahan ia mulai memasukkan daging rusa yang telah ia cincang dan dibersihkan kedalam air mendidih yang telah diberinya racikan bumbu.
Aroma harum daging rusa muda itu menyebar ke seluruh ruangan gubuk yang berukuran sangat kecil itu.
Perlahan, Kenzo mengendus aroma segar tersebut melalui indera penciumannya. Pemuda itu menggerakkan ujung hidungnya untuk terus meyakinkan aroma gurih tersebut.
Ia merasakan lapar seketika, meskipun matanya masih terpejam.
"Aroma apa ini? Sangat begitu enak dan gurih, cari sampai dapat," ucapnya, dengan mata masih tertutup.
Ia menggeliatkan tubuhnya. Ia merasakan bukan soup daging itu saja yang beraroma segar, tetapi tubuhnya juga terasa segar setelah diberi ramuan herbal oleh sang gadis, sayangnya ia belum juga dapat mengetahui siapa nama gadis itu.
Pemuda itu menggosok kedua matanya. Lalu beranjak bangkit dari ranjang tidurnya, dan berjalan menuju dapur yang berjarak sangat dekat dengan langkah yang ringan.
Saat berada diambang pintu yang hampir tersentuh atapnya karena sangat rendah, ia berdiri mematung menatap sang gadis.
Ia melihat sang gadis duduk diatas potongan kayu yang berbentuk bulat. Ia sedang mengaduk-aduk masakan yang ada didalam kendi tersebut.
"Heeemm... sepertinya enak," ucap Kenzo yang sudah berdiri tegak dibelakang Adhisti, sembari memperhatikan isi dalam kendi tersebut.
Akan tetapi, gadis itu masih dengan mode diamnya.
Kemudian ia mematikan api yang tadi tampak membumbung, dan kini meninggalkan baranya saja.
Perlahan gadis itu mengambil tempurung kelapa yang berukuran besar, lalu menyendokkan sup panas dengan asap yang masih mengepul.
Kemudian ia mengambil sebuah sendok yang juga terbuat dari tempurung kelapa yang telah dipahat hingga menjadi kecil menyerupai sendok, lalu memberikannya kepada Kenzo, tanpa berkata apapun.
"Makanlah, agar tenagamu kembali pulih. Setelah itu, segeralah pergi tinggalkan hutan ini, sebelum matahari meninggi," ucap Adhisti dengan nada dinginnya.
Ia juga membuka tudung saji yang terbuat dari anyaman bambu dan mengambil dua bonggol jagung rebus dan menyerahkannya pada sang pemuda.
Kenzo meraih soup daging rusa dan juga jagung rebus tersebut, dan menyantapnya, ia sudah sangat begitu lapar.
"Apakah, Kau mengusirku?" tanya Kenzo, sembari menyeruput kuah soupnya. Menurutnya rasa soup itu lumayan enak, dan iya menggigit bulir jagung untuk asupan karbohidratnya.
"Hutan ini sangat berbahaya untukmu, maka cepat tinggalkan dengan segera, ada banyak bahaya sedang mengincarmu, sebab penghuni hutan ini tidak menerima kehadiran orang asing," jawab Adhisti, yang juga menyeruput kuah soup dan mengunyah potongan kecil daging rusa tersebut.
Seketika Kenzo tercengang. Ia menatap pada gadis itu dengan tatapan penuh makna.
"Maksudmu, penghuni yang mana? Bukankah dihutan ini hanya ada dirimu dan diriku saja?" cecar Pemuda itu dengan rasa penasaran bercampur geli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Yuli a
dikasih garam Nggak itu masaknya ya... dikasih bumbu-bumbu doang kalo nggak ada garam ya hambar..😙
2025-04-24
5
Yuli a
banyak lah Kenzo... ada singa, ada ular, ada macan, ada the myth juga pastinya ..
2025-04-24
4
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
ya elah kenzo kan g tau yaaa ada mkluk astral lain hadehhh kenzo2 klo kau tau bhwa wanita yg menyelamtkan mu adalah salah satunya
2025-04-25
1