BAB 3. BELUM ADA YANG MENGKHITBAH?

"Pantas saja kamu mau tinggal di Pondok. Di sini ternyata suasananya adem, tentram dan menenangkan," ucap mama Kiara begitu sampai di pondok. Ia dan suaminya memutuskan untuk mengantarkan putrinya yang ingin tinggal di pondok yang tak seberapa besar itu. Namun, suasananya benar-benar terasa tentram dan menenangkan.

"Baru di depan gerbang, loh, Ma, udah adem gitu ya suasananya. Apalagi kalau Mama udah masuk ke dalam, yakin deh, Mama juga pasti akan mau tinggal di sini," ujar Fiona sembari mengulum senyum.

"Jangan! Mama jangan ikut-ikutan Fio mau tinggal di sini. Nanti Papa tidur sama siapa kalau gak ada Mama," sahut papa Denis dengan cepat.

"Ah Papa," mama Kiara tersenyum malu-malu melihat reaksi suaminya. "Walaupun di sini suasananya nyaman, tentram dan menenangkan. Tapi tetap gak bakal senyaman bahu Papa buat bersandar."

Fiona hanya dapat tersenyum melihat keromantisan kedua orang tuanya. Semoga kelak, ia dan pendampingan hidupnya juga akan hidup rukun seperti papa dan mamanya.

Kedatangan mereka disambut hangat oleh ustadzah Dian. Mulanya wanita itu cukup heran melihat Fiona datang bersama kedua orang tuanya dengan membawa koper besar. Sebab, kemarin Fiona bilang hanya ingin membantunya mengajar santri baru untuk belajar ngaji. Dan ia sangat senang ketika Fiona mengutarakan niatnya yang ingin tinggal di pondok.

"Masya Allah. Saya senang sekali kalau Nak Fiona mau tinggal di sini. Semoga betah dan mendapatkan ilmu yang bermanfaat."

"Ustadzah, titip anak kami, dan mohon bimbingannya agar dia bisa menjadi muslimah yang taat. Insya Allah, kami akan menjemputnya apabila telah datang hilal jodohnya," ujar papa Denis.

Fiona tersenyum mendengarnya. Kali ini ia sudah benar-benar memantapkan hati untuk menikah. Bila suatu hari datang seorang lelaki yang ingin meminangnya, ia akan siap menerimanya.

Kedua orangtua Fiona pun berpamitan setelah cukup lama berbincang-bincang.

Fiona mengantar mama dan papanya sampai ke depan gerbang. Setelah mobil kedua orang tuanya itu tak terlihat lagi, ia pun l

masuk dan langsung menuju mushola. Ustadzah Dian sudah berada di sana dengan beberapa santri baru untuk belajar mengaji. Ia pun turut membantu.

"Ustadzah, ustadzah," panggil seorang anak perempuan sambil berlari pelan, membuat ustadzah Dian dan Fiona serentak menoleh.

"Iya, Nak. Kenapa?" tanya ustadzah Dian.

"Ustadzah, ada kakak kakak ganteng bawa makan. Banyak banget," ucap anak perempuan itu, tampak heboh.

Ustadzah Dian dan Fiona saling melirik sambil terkekeh pelan.

"Terus, sekarang kakak kakak ganteng itu ada di mana?" tanya ustadzah Dian.

"Lagi ngobrol sama Ustadz Hilman di depan," jawab anak perempuan itu.

Ustadzah Dian tampak mengangguk, kemudian menatap santri-santri barunya. "Kita ngajinya sampai disini dulu ya. Nanti sore setelah Azhar kita lanjut lagi. Sekarang, semuanya berkumpul di depan," titahnya.

"Iya, Ustadzah."

Ustadzah Dian pun segera beranjak. Ia turut mengajak Fiona ke depan. Memang sudah biasa ada yang mengantar makanan untuk anak-anak pondok.

Melihat kedatangan ustadzah Dian dan Fiona. Lelaki yang sedang mengobrol dengan ustadz Hilman itupun menyapanya.

"Assalamualaikum, Ustadzah," ucapnya sambil melirik sekilas pada gadis di samping ustadzah Dian.

"Waalaikumsalam. Jadi, Nak Damar rupanya kakak kakak ganteng itu," ucap ustadzah Dian sambil melirik anak perempuan yang tadi memberitahunya.

Anak perempuan itu tampak tersenyum malu-malu dan langsung bersembunyi di balik temannya.

Damar terkekeh pelan dibuatnya.

Makanan pun dibagikan ketika semua anak-anak telah berkumpul.

Fiona turut membantu. Melihat keceriaan di wajah anak-anak itu membuat perasaannya menghangat. Menciptakan sebuah keinginan yang semakin kuat untuk memiliki pendamping hidup. Memulai hidup baru, dan memiliki anak seperti adiknya.

Ketika tatapannya tertuju pada Damar yang ternyata juga sedang menatapnya, ia langsung membuang pandangan dan memilih fokus untuk membagikan makanan pada anak-anak.

"Fiona, mau kemana?" tanya ustadzah Dian, saat Fiona hendak pergi.

"Mau ke kamar mandi sebentar, Ustadzah."

Damar terus menatap langkah gadis itu. Ustadzah Dian yang melihatnya, langsung mendekati lelaki itu sambil berdehem pelan.

Damar seketika salah tingkah. Tersenyum malu-malu sambil mengusap tengkuknya.

"Hem, ustadzah jadi curiga, nih. Jangan-jangan kamu kesini cuma alasan ya, buat...." Ia menjeda kalimatnya sambil melirik ke arah Fiona yang sudah cukup jauh.

Damar mengulum senyum. Saat tahu sang mama akan mengirim makanan ke pondok, ia langsung menawarkan diri untuk mengantarnya langsung, yang tentunya itu menjadi kesempatan untuknya bisa melihat gadis yang bernama Fiona itu.

"Sepertinya, do'a Mama kamu yang kepengen cepat punya menantu akan segera terkabul, nih," gurau ustadzah Dian.

"Kalau boleh tahu. Apakah Fiona itu sudah ada yang mengkhitbah atau belum ya, Ustadzah?" Damar memberanikan diri untuk bertanya. Sejak pertemuannya kemarin, ia dibuat penasaran dengan wanita itu.

Ustadzah Dian tersenyum. Sudah ia duga, Damar sepertinya jatuh hati pada Fiona.

"Fiona memutuskan untuk tinggal di pondok mulai hari ini. Tadi pagi, kedua orang tuanya yang mengantar. Dan mereka bilang, akan menjemput Fiona lagi ketika hilal jodohnya sudah datang."

"Jadi artinya, Fiona belum ada yang mengkhitbah?" tanya Damar memastikan.

"Iya," jawab ustadzah Dian yang membuat Damar tersenyum.

"Kalau kamu memang ada niatan, jangan ditunda-tunda. Bukankah niat baik itu harus disegerakan."

"Insya Allah, ustadzah. Kalau begitu, saya pamit. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Sesampainya di rumah, Damar langsung mengutarakan niatnya tersebut yang membuat sang mama sangat senang. Sudah lama wanita itu menunggu kabar baik ini, dan akhirnya putranya telah menjatuhkan pilihan pada seorang gadis.

"Siapa perempuan itu, Damar?" tanyanya antusias.

"Fiona, Ma," jawab Damar."

"Fiona?" Wanita itu tampak berpikir. Ketika teringat pada seseorang, ia seketika tersenyum lebar. "Oh, perempuan yang kemarin datang sama ustadzah Dian itu, ya?"

Damar hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Hem, jangan-jangan kamu tiba-tiba mau anter makanan ke pondok cuma alasan mau ketemu dia, ya?" tebak sang mama.

Lagi, Damar hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Dasar kamu itu." Wanita itu memukul pelan lengan putranya. Namun, tak dapat dipungkiri ia sangat senang putranya telah menemukan tambatan hatinya.

"Tapi, Ma. Bagaimana kalau Fiona gak mau sama aku?" Ekspresi wajah Damar seketika berubah. Tiba-tiba saja ia memiliki keraguan itu mengingat ia belum lama kenal dengan Fiona. Lebih tepatnya mereka memang belum pernah berkenalan secara langsung. Ia hanya jatuh hati pada gadis itu saat pertama kali melihatnya.

"Kamu jangan patah semangat dulu. Ya, gak ada salahnya kita coba dulu. Siapa tahu kan, ini memang jodohnya kamu." Wanita itu mengusap lembut lengan putranya.

Damar mengukir senyum yang nampak dipaksakan. Ia berharap, niat baiknya akan disambut baik oleh Fiona.

"Sekarang, Mama mau telepon ustadzah Dian dulu." Wanita itu beranjak menuju kamar dengan perasaan yang bahagia.

Terpopuler

Comments

Dwi Rustiana

Dwi Rustiana

ditunggu kelanjutannya Mak nur 🤭🤭🤭

2025-04-25

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

etapi nanti apa yang bikin lamaran si Damar bisa batal yah akhirnya, jadi penasaran

2025-04-25

0

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

kebetulan yang membahagiakan yah Mar, pas kamu datang mengantar makanan dari mama kamu, pas si Fiona baru datang tuk menetap di sana

2025-04-25

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. TIDAK ADA YANG SIA-SIA
2 BAB 2. APA INI HUKUMAN?
3 BAB 3. BELUM ADA YANG MENGKHITBAH?
4 BAB 4. AKHIRNYA MAU MEMBUKA HATI
5 BAB 5. MENJELANG PERNIKAHAN
6 BAB 6. KABAR KURANG BAIK
7 BAB 7. HISTEREKTOMI
8 BAB 8. RAHIM PENGGANTI
9 BAB 9. BERSEDIA
10 BAB 10. KENAPA TIDAK MENOLAK?
11 BAB 11. ISTRI KEDUA
12 BAB 12. MENUNAIKAN
13 BAB 13. TERPAKSA MENUTUPI
14 BAB 14. SALING MENYAKITI
15 BAB 15. PEMANDANGAN INDAH YANG MENYESAKKAN
16 BAB 16. MAAFKAN AKU
17 BAB 17. MEMILIKI TAPI TIDAK SELAMANYA
18 BAB 18. POSITIF
19 BAB 19. MENGHALANGI BERINTERAKSI
20 BAB 20. MULAI MENYADARI SESUATU
21 BAB 21. KAMU TIDAK SEDANG BERTANYA
22 BAB 22. TAKUT POSISINYA DIREBUT
23 BAB 23. TETAP DISINI SAJA
24 BAB 24. BELANJA PERLENGKAPAN BAYI
25 BAB 25. LANGKAH YANG SALAH
26 BAB 26. HARGAI HUBUNGAN INI!
27 BAB 27. TIDAK BISA DIANGGAP REMEH
28 BAB 28. MUSTAHIL
29 BAB 29. MANTAN PENJUAL DAN PEMBELI
30 BAB 30. KAMU TIDAK LAYAK
31 BAB 31. MENGINAP
32 BAB 32. PULANG BERSAMA
33 BAB 33. AKAN BERLAKU ADIL
34 BAB 34. KAMU MAU, KAN?
35 BAB 35. SEKALI LAGI HARUS MERELAKAN
36 BAB 36. MENYESAL
37 BAB 37. JANJI SAMA AKU
38 BAB 38. KAMU SENDIRI YANG MENGATAKAN
39 BAB 39. MASIH SANGAT MENCINTAIMU
40 BAB 40. SIAPA PEREMPUAN ITU?
41 BAB 41. FIONA...!
42 42. DUA PILIHAN YANG SULIT
43 BAB 43. ISTRIKU HANYA SEDANG TIDUR!
44 BAB 44. SELALU DI HATI
45 BAB 45. TIDAK BISA TERTOLONG
46 BAB 46. TUGAS PUTRIKU SUDAH SELESAI
47 BAB 47. MEISYA
48 BAB 48. MEMBUTUHKAN KAMU
49 BAB 49. PERPADUAN YANG SEMPURNA
50 BAB 50. 1 TAHUN
Episodes

Updated 50 Episodes

1
BAB 1. TIDAK ADA YANG SIA-SIA
2
BAB 2. APA INI HUKUMAN?
3
BAB 3. BELUM ADA YANG MENGKHITBAH?
4
BAB 4. AKHIRNYA MAU MEMBUKA HATI
5
BAB 5. MENJELANG PERNIKAHAN
6
BAB 6. KABAR KURANG BAIK
7
BAB 7. HISTEREKTOMI
8
BAB 8. RAHIM PENGGANTI
9
BAB 9. BERSEDIA
10
BAB 10. KENAPA TIDAK MENOLAK?
11
BAB 11. ISTRI KEDUA
12
BAB 12. MENUNAIKAN
13
BAB 13. TERPAKSA MENUTUPI
14
BAB 14. SALING MENYAKITI
15
BAB 15. PEMANDANGAN INDAH YANG MENYESAKKAN
16
BAB 16. MAAFKAN AKU
17
BAB 17. MEMILIKI TAPI TIDAK SELAMANYA
18
BAB 18. POSITIF
19
BAB 19. MENGHALANGI BERINTERAKSI
20
BAB 20. MULAI MENYADARI SESUATU
21
BAB 21. KAMU TIDAK SEDANG BERTANYA
22
BAB 22. TAKUT POSISINYA DIREBUT
23
BAB 23. TETAP DISINI SAJA
24
BAB 24. BELANJA PERLENGKAPAN BAYI
25
BAB 25. LANGKAH YANG SALAH
26
BAB 26. HARGAI HUBUNGAN INI!
27
BAB 27. TIDAK BISA DIANGGAP REMEH
28
BAB 28. MUSTAHIL
29
BAB 29. MANTAN PENJUAL DAN PEMBELI
30
BAB 30. KAMU TIDAK LAYAK
31
BAB 31. MENGINAP
32
BAB 32. PULANG BERSAMA
33
BAB 33. AKAN BERLAKU ADIL
34
BAB 34. KAMU MAU, KAN?
35
BAB 35. SEKALI LAGI HARUS MERELAKAN
36
BAB 36. MENYESAL
37
BAB 37. JANJI SAMA AKU
38
BAB 38. KAMU SENDIRI YANG MENGATAKAN
39
BAB 39. MASIH SANGAT MENCINTAIMU
40
BAB 40. SIAPA PEREMPUAN ITU?
41
BAB 41. FIONA...!
42
42. DUA PILIHAN YANG SULIT
43
BAB 43. ISTRIKU HANYA SEDANG TIDUR!
44
BAB 44. SELALU DI HATI
45
BAB 45. TIDAK BISA TERTOLONG
46
BAB 46. TUGAS PUTRIKU SUDAH SELESAI
47
BAB 47. MEISYA
48
BAB 48. MEMBUTUHKAN KAMU
49
BAB 49. PERPADUAN YANG SEMPURNA
50
BAB 50. 1 TAHUN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!