BAB 2. APA INI HUKUMAN?

Setelah pengajian selesai. Ustadzah Dian kemudian mengenalkan Fiona dengan beberapa temannya.

Mulanya Fiona merasa malu. Namun, ustadzah Dian selalu berada di sisinya hingga membuatnya benar-benar merasa nyaman.

Saat ustadzah Dian sedang berbicara dengan beberapa wanita, Fiona memilih beranjak dari sana. Ia pergi ke taman dan duduk di tepi kolam ikan hias, kemudian ia beri makan yang tersedia di tepi kolam.

Fiona tampak termenung. Bayangan Teddy bersanding di pelaminan dengan wanita lain masih melekat jelas dari ingatannya.

"Ya Allah, apa maksud dari semua ini? Apakah ini hukuman atas tindakanku? Dulu, dia yang selalu mengejar ku, tapi aku selalu berusaha menjauhinya. Dan di saat aku ingin membalas perasaannya, Engkau malah menjauhkan dia dariku. Jika semua ini sudah menjadi kehendak-Mu, maka aku mohon, hilangkan lah perasaan yang sudah telanjur tumbuh di hatiku," gumamnya dalam hati.

"Assalamualaikum."

Sapaan salam seseorang membuat Fiona terhenyak dari lamunannya. Ia segera menoleh, yang kemudian langsung berdiri begitu melihat ternyata Damar, anak pemilik rumah yang datang menyapanya.

"Waalaikumsalam," balasnya.

"Maaf, kalau boleh tahu, kamu siapanya Ustadzah Dian, ya? Soalnya saya gak pernah lihat kamu," tanya lelaki itu yang penasaran sejak tadi. Ia kenal betul dengan keluarga ustadzah Dian, terutama anak-anaknya.

"Bukan siapa-siapa. Tapi Ustadzah Dian adalah orang yang sangat berjasa bagi saya. Beliau sudah banyak membimbing saya dari apa yang tidak saya ketahui. Dan Alhamdulillah, beliau sangat baik pada saya."

Damar tersenyum. Dari apa yang disampaikan gadis itu, ia menyimpulkan bahwa dia adalah salah satu santri di pondok ustadzah Dian. "Sudah lama kenal Ustadzah Dian?" tanyanya lagi.

"Baru beberapa bulan," jawab Fiona.

Lelaki itu mengangguk paham. "Oh ya, kenapa sendirian di sini, gak ikut gabung sama yang lainnya?" Ia melirik ke arah rombongan para wanita. Dimana terlihat sang mama tampak sedang berbincang-bincang dengan ustadzah Dian dan beberapa wanita seusia lainnya.

Disaat yang bersamaan, wanita paruh baya itu juga menatap ke arah putranya. Terbit senyum tipis di bibirnya melihat putranya sedang bersama gadis yang datang bersama ustadzah Dian.

"Gak apa-apa, pengen di sini aja," kata Fiona.

"Ya sudah, kalau begitu saya tinggal dulu, ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Ketika Damar beranjak pergi, sang mama segera menyusul. Wanita itu menarik lengan putranya dan membawanya menjauh dari keramaian.

"Ya ampun, Mama. Apa-apaan sih, main tarik-tarik aja!" kesal lelaki itu.

"Kalian tadi lagi ngobrolin apa?" tanya wanita itu tanpa menghiraukan raut kesal putranya.

Damar mengerutkan keningnya. Tidak paham dengan pertanyaan sang mama.

"Ya ampun, Damar. Tadi Mama lihat kamu nyamperin perempuan itu di Taman. Mama lihat kalian ngobrol, ngobrolin apa?" tanya wanita itu lagi dengan nada sedikit geram.

"Oh, santrinya Ustadzah Dian maksud Mama?"

"Iya, kalian lagi ngobrolin apa tadi?" tanya wanita itu tak sabar. Sebab apa yang dilihatnya tadi merupakan suatu momen yang langka. Ia tidak pernah melihat putranya bersama wanita apalagi mengobrol seperti tadi.

"Gak ngobrol apa-apa. Tadi aku cuma tanya dia siapanya Ustadzah Dian," jawab Damar.

"Kalian kenalan?"

"Enggak, tadi aku cuma tanya itu aja."

"Ya ampun, Damar. Gak bisa apa, basa-basi dikit. Nanya dia kerja apa kek, rumah dimana. Masa nyamperin dia cuma nahan siapanya Ustadzah Dian. Gak gentle banget sih kamu jadi laki." Wanita itu mendelik kesal pada putranya.

Damar mengulum senyum. Bisa-bisanya tadi ia lupa menanyakan siapa nama wanita itu. Tidak mungkin ia menghampirinya lagi hanya untuk menanyakan nama. "Mama tahu siapa namanya?" tanyanya kemudian.

"Bahkan namanya, kamu juga tadi gak tanya?" tanya sang mama.

Damar hanya bisa tersenyum sambil mengusap tengkuknya.

Wanita itu geleng-geleng kepala menatap putranya dengan mata yang sedikit melotot. "Namanya Fiona!" ujarnya ketus lalu pergi.

"Gimana mau punya menantu kalau anaknya aja begini," gerutunya.

Damar terkekeh mendengarnya. Setelah sang mama tak terlihat lag, ia bersandar di dinding sambil melipat kedua tangannya di dada.

"Fiona, nama yang cantik," gumamnya. Tanpa sadar ia tersenyum. Kalau boleh jujur, ia terpanah saat pertama kali bersitatap dengan gadis itu. Mata indahnya seakan memiliki sihir yang membuatnya ingin terus menatapnya. Untuk yang pertama kali, ia memiliki kekaguman terhadap lawan jenis.

*****

"Gak mampir dulu?" tanya ustadzah Dian seraya melepas seat belt.

"Udah sore. Saya langsung pulang ya, Ustadzah. Insya Allah, besok pagi saya kesini bantu-bantu ngajar ngaji santri baru," ujar Fiona.

"Masya Allah, terima kasih, Fio."

"Justru saya yang harusnya berterima kasih. Saya diterima dengan baik di pondok ini, dan ustadzah sudah banyak membimbing saya."

Ustadzah Dian tersenyum. "Ya udah, kamu hati-hati di jalan, ya."

Fiona mengangguk. Setelah ustadzah Dian turun dari mobilnya, ia pun bergegas pergi. Melajukan mobilnya dan kecepatan sedang sembari sesekali melirik spion di sampingnya. Ia ingat, dulu mobil Teddy sering mengikutinya. Saat ia berhenti, lelaki itu langsung turun menghampirinya. Namun, ia abaikan dan langsung pergi begitu saja.

Andai waktu dapat diulang, ia tidak akan secuek itu pada Teddy. Mungkin lelaki itu telah lelah mengejarnya yang tiada kepastian, hingga menyetujui perjodohan itu dan akhirnya menikahi wanita pilihan orang tuanya.

"Astagfirullah." Ia beristighfar sembari mengusap dada. Tak seharusnya ia memikirkan lelaki itu lagi. Sekarang Teddy telah menjadi milik wanita lain, dan ia tidak pantas untuk memikirkan maupun menyesali yang telah terjadi.

Ia menambahkan kecepatan mobilnya. Sesampainya di rumah, ia langsung menemui kedua orang tuanya yang sedang bersantai di gazebo.

"Assalamualaikum, Pa, Ma," ucapnya lalu mencium punggung tangan mama dan papanya.

"Waalaikumsalam, baru pulang, Nak?" tanya mama Kiara.

"Iya, Ma," jawab Fiona seraya duduk. Ia menatap kedua orang tuanya. "Ada yang mau aku bicarakan."

"Apa?"

"Aku berencana untuk tinggal di pondok. Apa Mama dan Papa tidak keberatan?" tanya Fiona.

Sepasang suami-istri itu saling melempar tatapan.

"Papa gak keberatan. Justru itu adalah sesuatu yang baik. Kamu bisa memperdalam pengetahuan kamu tentang Agama. Tapi, Nak, kamu juga harus memikirkan masa depan kamu. Usia kamu sudah sangat matang untuk menikah. Sampai kapan kamu akan seperti ini terus," ujar papa Denis.

Fiona terdiam sejenak. Apa yang dikatakan papanya benar, sampai kapan ia akan terus seperti ini. Adiknya saja sekarang telah memiliki dua anak.

"Jika suatu hari nanti, datang sebuah niatan baik kepada Papa dan Mama untukku. Jika itu baik menurut Papa, Insya Allah aku akan siap menerima," ucapnya kemudian. Sudah seharusnya ia berpikir dewasa. Ia sudah tidak memiliki harapan pada orang yang telah ia kecewakan. Tak ada salahnya, ia mencoba menjalin hubungan dengan pilihan orang tuanya. Mana tahu itu adalah yang terbaik untuknya.

Sepasang suami-istri itu tersenyum menatap putri sulungnya. Akhirnya, mereka mendengar juga apa yang mereka dambakan sejak lama.

Terpopuler

Comments

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

sebetulnya apa yang nanti akan Fiona alami makanya dia ko malah jadi istri k-2- si Teddy yah kira"🙄🙄🙄

2025-04-25

1

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

yah memang sih perasaan ga bisa dipaksakan, hanya kita sebagai perempuan tuh jangan terlalu tinggi juga tuk diraih, kalo kesempatan baik ada kan tinggal mohon sama Sang Pencipta

2025-04-25

1

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

apa dulu kira" triger yang membuat si Fiona hijrah yah sebetulnya,,,

2025-04-25

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. TIDAK ADA YANG SIA-SIA
2 BAB 2. APA INI HUKUMAN?
3 BAB 3. BELUM ADA YANG MENGKHITBAH?
4 BAB 4. AKHIRNYA MAU MEMBUKA HATI
5 BAB 5. MENJELANG PERNIKAHAN
6 BAB 6. KABAR KURANG BAIK
7 BAB 7. HISTEREKTOMI
8 BAB 8. RAHIM PENGGANTI
9 BAB 9. BERSEDIA
10 BAB 10. KENAPA TIDAK MENOLAK?
11 BAB 11. ISTRI KEDUA
12 BAB 12. MENUNAIKAN
13 BAB 13. TERPAKSA MENUTUPI
14 BAB 14. SALING MENYAKITI
15 BAB 15. PEMANDANGAN INDAH YANG MENYESAKKAN
16 BAB 16. MAAFKAN AKU
17 BAB 17. MEMILIKI TAPI TIDAK SELAMANYA
18 BAB 18. POSITIF
19 BAB 19. MENGHALANGI BERINTERAKSI
20 BAB 20. MULAI MENYADARI SESUATU
21 BAB 21. KAMU TIDAK SEDANG BERTANYA
22 BAB 22. TAKUT POSISINYA DIREBUT
23 BAB 23. TETAP DISINI SAJA
24 BAB 24. BELANJA PERLENGKAPAN BAYI
25 BAB 25. LANGKAH YANG SALAH
26 BAB 26. HARGAI HUBUNGAN INI!
27 BAB 27. TIDAK BISA DIANGGAP REMEH
28 BAB 28. MUSTAHIL
29 BAB 29. MANTAN PENJUAL DAN PEMBELI
30 BAB 30. KAMU TIDAK LAYAK
31 BAB 31. MENGINAP
32 BAB 32. PULANG BERSAMA
33 BAB 33. AKAN BERLAKU ADIL
34 BAB 34. KAMU MAU, KAN?
35 BAB 35. SEKALI LAGI HARUS MERELAKAN
36 BAB 36. MENYESAL
37 BAB 37. JANJI SAMA AKU
38 BAB 38. KAMU SENDIRI YANG MENGATAKAN
39 BAB 39. MASIH SANGAT MENCINTAIMU
40 BAB 40. SIAPA PEREMPUAN ITU?
41 BAB 41. FIONA...!
42 42. DUA PILIHAN YANG SULIT
43 BAB 43. ISTRIKU HANYA SEDANG TIDUR!
44 BAB 44. SELALU DI HATI
45 BAB 45. TIDAK BISA TERTOLONG
46 BAB 46. TUGAS PUTRIKU SUDAH SELESAI
47 BAB 47. MEISYA
48 BAB 48. MEMBUTUHKAN KAMU
49 BAB 49. PERPADUAN YANG SEMPURNA
50 BAB 50. 1 TAHUN
Episodes

Updated 50 Episodes

1
BAB 1. TIDAK ADA YANG SIA-SIA
2
BAB 2. APA INI HUKUMAN?
3
BAB 3. BELUM ADA YANG MENGKHITBAH?
4
BAB 4. AKHIRNYA MAU MEMBUKA HATI
5
BAB 5. MENJELANG PERNIKAHAN
6
BAB 6. KABAR KURANG BAIK
7
BAB 7. HISTEREKTOMI
8
BAB 8. RAHIM PENGGANTI
9
BAB 9. BERSEDIA
10
BAB 10. KENAPA TIDAK MENOLAK?
11
BAB 11. ISTRI KEDUA
12
BAB 12. MENUNAIKAN
13
BAB 13. TERPAKSA MENUTUPI
14
BAB 14. SALING MENYAKITI
15
BAB 15. PEMANDANGAN INDAH YANG MENYESAKKAN
16
BAB 16. MAAFKAN AKU
17
BAB 17. MEMILIKI TAPI TIDAK SELAMANYA
18
BAB 18. POSITIF
19
BAB 19. MENGHALANGI BERINTERAKSI
20
BAB 20. MULAI MENYADARI SESUATU
21
BAB 21. KAMU TIDAK SEDANG BERTANYA
22
BAB 22. TAKUT POSISINYA DIREBUT
23
BAB 23. TETAP DISINI SAJA
24
BAB 24. BELANJA PERLENGKAPAN BAYI
25
BAB 25. LANGKAH YANG SALAH
26
BAB 26. HARGAI HUBUNGAN INI!
27
BAB 27. TIDAK BISA DIANGGAP REMEH
28
BAB 28. MUSTAHIL
29
BAB 29. MANTAN PENJUAL DAN PEMBELI
30
BAB 30. KAMU TIDAK LAYAK
31
BAB 31. MENGINAP
32
BAB 32. PULANG BERSAMA
33
BAB 33. AKAN BERLAKU ADIL
34
BAB 34. KAMU MAU, KAN?
35
BAB 35. SEKALI LAGI HARUS MERELAKAN
36
BAB 36. MENYESAL
37
BAB 37. JANJI SAMA AKU
38
BAB 38. KAMU SENDIRI YANG MENGATAKAN
39
BAB 39. MASIH SANGAT MENCINTAIMU
40
BAB 40. SIAPA PEREMPUAN ITU?
41
BAB 41. FIONA...!
42
42. DUA PILIHAN YANG SULIT
43
BAB 43. ISTRIKU HANYA SEDANG TIDUR!
44
BAB 44. SELALU DI HATI
45
BAB 45. TIDAK BISA TERTOLONG
46
BAB 46. TUGAS PUTRIKU SUDAH SELESAI
47
BAB 47. MEISYA
48
BAB 48. MEMBUTUHKAN KAMU
49
BAB 49. PERPADUAN YANG SEMPURNA
50
BAB 50. 1 TAHUN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!