bab 3

Mereka melanjutkan perjalanan lebih jauh ke dalam hutan sheshan itu.

Lien Hua banyak menemukan tanaman herbal yang berguna untuk wajah dan tubuhnya, serta berbagai macam sayuran liar yang bagus untuk di konsumsi.

Dengan tanaman herbal itu, Lien Hua berencana untuk membuat ramuan kecantikan untuk dirinya dan Nina.

Lien Hua ingin membuat ' kejutan' kepada orang-orang yang menghujat dirinya, terutama kejutan untuk ibu suri lak-nat itu !

Lien Hua sangat yakin, jika raga yang dia tempati itu tidak buruk rupa! Ada yang merasa iri terhadap raga ini. Sehingga membuatnya sangat buruk dengan masukan racun!

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, mereka melihat sebuah sungai yang sangat jernih.

TAP !

TAP !

TAP !

Lien Hua pun segera berjalan untuk mendekat sungai itu, untuk mandi di dalam sana.

Tidak berapa lama kemudian, Lien Hua segera melompat kedalam sungai itu dan menyelam sangat lama.

Lien Hua tidak terlihat, dan itu membuat Nina merasa cemas. Apakah ada sesuatu yang terjadi di bawah sana ? Kenapa majikannya tidak muncul kembali?

Apakah majikannya terluka dan pingsan kembali di dalam sungai itu ?

Semua pikiran - pikiran itu berlalu lalang dalam benak Nina. Dia takut majikannya terluka, dan dia tidak bisa menyelamatkannya.

"ya, Dewa ! Apa yang terjadi dengan yang mulia di bawah sana? Apakah dia baik-baik saja? Tolong hamba ya Dewa! Selamatkan majikan hamba yang baik hati itu...." ujar Nina dalam hati

Tiba-tiba............

BYUUURR !

"HAAAAH.........!

"yang mulia....!" teriak Nina histeris sambil berlari menuju ke arah Lien Hua.

Lien Hua yang tiba-tiba terlihat sambil membawa ikan besar dan kepiting itu menoleh, kenapa Nina berteriak histeris begitu?

"kenapa kamu teriak-teriak begitu, Nina ?!" ujar Lien Hua dengan nada kesal

"yang Mulia......hu.....hu.....hu....? Bukannya menjawab, Nina malah terisak semakin keras.

Dengan terpaksa, Lien Hua naik ke atas dan berjalan menghampiri pelayannya untuk menenangkannya.

"nina ini......huh! benar-benar cengeng! Bentar - bentar nangis, kaya anak kecil!" keluh Lien Hua dalam hati .

"sudahlah, Nina! Apa kamu tidak sayang dengan air mata-mu itu? Kalau habis bagaimana? Tidak ada yang jual air mata, loh! Apa kamu mau menjadi buta, hah?!" ujar Lien Hua menghibur pelayannya.

"yang mulia.....hu....hu.....hu! Nina hanya takut yang mulia terluka kembali di dalam sungai itu ! Nina takut kepala yang mulia terhantuk batu disana dan melupakan Nina kembali....hu.....hu....hu ! jika yang mulia terluka kembali, bagaimana dengan Nina? Hu hu hu....." ujar Nina sambil terisak.

"sudah.....sudah....maafkan aku, ya?! Sekarang kita bersiap untuk pulang. Lihatlah aku mendapatkan ikan besar dan kepiting untuk kita makan hari ini!" ujar Lien Hua pada Nina .

Lien Hua menunjukkan hasil menyelamnya pada Nina, dan itu membuat Nina kembali ceria dan bersemangat.

"hahahahahha! Ayo, yang mulia! Kita pulang dan makan enak hari ini.......hahahahaha!" sahut Nina sambil tertawa .

"haisssh! Dasar aneh.....tadi nangis, sekarang tertawa! CK.....CK....CK...! Gadis labil..." keluh Lien Hua dalam hati.

TAP !

TAP !

TAP !

Mereka berjalan dengan suasana hati yang ceria, menuju gubug pengasingan mereka .

Nina dengan bersemangat langsung menyiapkan tungku seadanya, untuk mengolah hasil tangkapan majikannya. Sedangkan Lien Hua berjalan masuk kedalam kamar untuk pakaiannya yang basah.

Nina dengan sigap mengeluarkan semua yang ada di dalam kantong besar, dan memisahkannya satu persatu barang yang ada di dalamnya.

BRUUUK !

SRAK!

SRAK!

Mata Nina membeliak kaget, saat melihat berbagai tanaman, bunga dan beberapa jamur di dalamnya

"untuk apa yang mulia permaisuri mengambil semua ini?" pikir Nina bertanya-tanya.

Ada juga tanaman berbentuk seperti lidah yang berduri tajam di pinggiran nya .

TAP !

TAP !

TAP !

Lien Hua berjalan keluar kamar, dan langsung menuju ke arah pelayan pribadinya yang masih terpaku di depan bahan-bahan herbal yang dia ambil tadi .

"kenapa kamu melihat bahan-tanaman itu seperti itu, Nina?" tanya Lien Hua pada pelayannya.

"Ehh..."

Nina terlonjak kaget saat mendengar suara majikannya.

"I-ini, yang mulia.... Bukankah ini semua tanaman tidak berguna? Kenapa yang mulia mengambilnya?" tanya Nina penasaran.

Lien Hua pun terbahak saat mendengar pertanyaan Nina.

"hahahaahahaahaha....!"

" itu bukanlah sampah , Nina! Sebagian dari tanaman itu adalah sayuran yang bisa di makan dan sebagian lagi adalah herbal untuk membuat ramuan berkhasiat bagi wajah dan tubuh!" jawab Lien Hua setelah dia menghentikan tawanya

"sudah....sudah! Segera cuci semua bahan tersebut dan di iris, saya yang akan memasaknya nanti." titah Lien Hua pada Nina

dulu saat masih di dunia modern Amira sangat menyukai memasak, karena menurutnya masakan sendiri jauh lebih sehat dan pastinya enak .

"baik , yang mulia......"

Nina segera melaksanakan titah majikannya sekalian dia membersihkan ikan serta kepiting yang Lien Hua dapat tadi .

Dengan cekatan Lien Hua mengolah semua bahan-bahan tersebut menjadi sebuah hidangan yang lezat untuk mereka makan.

Aroma dari ikan yang di rebus itu pun menyeruak ke udara membuat perut mereka langsung bernyanyi riang..

Kruyuk!!

Kruyuk!!!

"Hahahahahaha...."

mereka sontak tertawa, ketika mendengar perut mereka bernyanyi berbarengan.

TRAK!!

Lien Hua segera meletakan panci dari tanah liat itu ke atas meja seadanya, yang terbuat dari batang pohon besar.

" loh, mana alat makanmu, Nina?" tanya Lien Hua pada pelayannya.

Nina menjawab dengan canggung.... "alat makan hamba masih berada di belakang, yang mulia...."

"ambil dan bawa kesini, Nina! Kita makan bersama!" titah Lien Hua pada pelayannya.

"Haaaahhhh?!"

Nina terpana saat mendengar perintah majikannya.

"sejak kapan permaisuri mau makan bersama pelayannya? Sikap permaisuri semakin aneh, sejak dia terbangun dari komanya..." pikir Nina dalam benaknya.

"jangan bengong cepat ambil alat makanmu, Nina! Saya sudah lapar!" seru Lien Hua tegas.

Tanpa banyak tanya Nina langsung berlari ke belakang untuk mengambil alat makannya. Saat kembali Lien Hua langsung menaruh ikan berukuran besar itu ke dalam mangkuk Nina .

"Ayo makan!"

tidak lama kemudian, mereka makan dengan lahap semua makanan itu, karena beberapa hari ini keduanya hanya makan bubur encer tanpa aroma. Di tambah dengan buah-buahan yang mereka dapat tadi , hari ini mereka makan dengan sempurna .

" lalu, daun dan tanaman , ini untuk apa, yang mulia?" tanya Nina setelah mereka selesai makan.

Nina menunjuk semua bahan herbal yang ada di sana.

"ih, itu adalah bahan herbal untuk membuat wajah dan tubuh kita menjadi lebih cantik dan sehat, Nina! Itu adalah bahan herbal perawatan tubuh!" jawab Lien Hua gamblang.

Walaupun masih merasa heran, Nina hanya menganggukkan kepala tanda mengerti.

"sejak kapan permaisuri paham tentang herbal? Kapan dia belajarnya?" monolog Nina dalam hati .

"Ada apa, Nina? Apakah ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Lien Hua.

"A-a-anu , yang mulia.......ka-kapan anda belajar tentang herbal dan cara meregangkan otot seperti tadi pagi? Dan kapan yang mulia tahu tentang tehnik beladiri?" tanya Nina sambil menundukkan kepalanya .

Jujur saja, Nina merasa jika 'Aura' majikannya terasa sangat berbeda sekarang. Aura yang sekarang terasa sangat.... Agung! Beda dengan Aura sebelumnya yang terkesan....penakut.

" oh, itu karena selama saya koma di alam bawah sadar saya, saya bertemu seorang master yang mengajari saya segalanya! Karena itu saya tertidur sangat lama...." jawab Lien Hua seadanya.

Tidak mungkin jika Lien Hua menjawab bahwa dia adalah "jiwa" dari masa depan yang tersesat ke tubuh ini ini bukan?.

Amira Agatha sudah menerima takdirnya di zaman kuno ini, dan bertekad untuk merubah nasib si permaisuri Lien Hua menjadi lebih baik, dan menyingkirkan 'parasit' di sekitarnya yang sudah membuat raga Lien Hua menderita.

"sudahlah, Nina sekarang kamu tumbuk bahan herbal disana, kecuali tanaman yang berbentuk lidah itu...." titah Lien Hua pada pelayannya.

"Baik, yang mulia...."

TUK !

TUK !

TUK !

Terdengar suara tumbukan yang terbuat dari batu itu sedang bekerja menghaluskan bahan -bahan herbal Lien Hua .

Sedangkan Lien Hua , dia sedang mengerok perlahan tanaman lidah buaya itu untuk campuran herbal nanti.

"tumbuk sampai benar-benar halus herbal - herbal itu, Nina! Jangan sampai masih ada yang kasar!" titah Lien Hua.

"Baik, yang mulia..."

Setelah bahan-bahan itu halus, Lien Hua segera mengambil ramuan itu dan menaruhnya di dalam mangkuk.

SRAK !

SRAK !

Lalu dia mencampurkan dengan kerokan halus lidah buaya, me-re-masnya perlahan, dan membubuhkannya ke atas wajah.

"tunggu apalagi Nina? Cepat lakukan hal yang sama dengan saya ke atas wajahmu," titah Lien Hua pada pelayannya.

"Baik, yang mulia..."

Tanpa banyak tanya, Nina melakukan hal serupa dengan apa yang di lakukan oleh majikannya.

Nina merasakan jika ramuan herbal itu terasa dingin dan nyaman diwajahnya.

"Hm, benar..... Seperti itu, Nina! sekarang kita tidur dulu, sambil menunggu herbal ini mengering di wajah kita..." ujar Lien Hua dengan mata terpejam.

Tidak lama kemudian, Lien Hua dan Nina sudah terbang ke alam mimpi..

Terpopuler

Comments

Kuririn

Kuririn

Nggak sabar lanjutinya.

2025-04-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!