Makan Malam Yang Panas

Malam mulai turun, dan udara di dalam mansion Frost terasa dingin seperti biasanya. Di dalam kamar yang luas dan bergaya klasik, seorang gadis muda dengan rambut panjang yang baru dikeringkan sedang berdiri di depan cermin.

Perban di kepalanya telah dilepas. Wajahnya cantik, tenang, dan penuh pesona meski kedua matanya kosong, tak bisa melihat.

Namun, yang berdiri di sana bukan lagi Kaira Frost yang dulu. Jiwa Nova Spire, ahli medis dan racun yang ditakuti dunia gelap, kini menghuni tubuh itu.

Nova menarik napas pelan, mengenakan dress satin warna biru lembut yang menggantung pas di tubuhnya. Buta bukanlah kelemahan untuknya. Bagi Nova, dunia terasa lebih jelas sekarang. Setiap suara, langkah, bahkan aroma—semuanya terbaca sempurna oleh indranya yang terlatih.

Tok!

Tok!

Tok!

Terdengar ketukan di pintu.

Nova atau Kaira berjalan perlahan menuju pintu. Langkahnya stabil dan tenang, meski tak memakai perban dan tak bisa melihat. Ia membuka pintu.

Seorang pelayan muda berdiri di ambang, menyilangkan tangan dan memutar bola matanya sebelum berkata malas, "Nona diminta turun untuk makan malam. Kalau tidak lapar juga tak masalah."

Nada suaranya jelas terdengar sinis. Bahkan sebelum Kaira sempat membuka mulut, pelayan itu sudah membalikkan badan dan berjalan pergi.

Kaira menoleh pelan, tatapan kosongnya menatap arah kepergian pelayan itu. Ia mendengus dingin, "Orang-orang di rumah ini memang tak pernah tahu batas."

Kaira berbalik, mengambil tongkat buta miliknya yang bersandar di dekat meja rias. Nova sebenarnya tak butuh alat itu, tapi ia tahu ada mata-mata yang memperhatikannya.

"Biar mereka terus percaya aku tak berdaya." gumamnya sambil tersenyum tipis.

Dengan tongkat di tangan, ia berjalan keluar kamar, menyusuri lorong panjang mansion yang remang-remang.

Lampu dinding bergaya vintage menyala tenang, memantulkan bayangan samar sosoknya di dinding. Ia tahu, di sudut langit-langit lorong itu ada CCTV kecil yang tersembunyi. Nova pura-pura meraba dinding sesekali, seperti orang buta pada umumnya.

Sampai di depan lift, ia menekan tombol dengan tenang. Pintu lift terbuka, dan ia masuk. Cermin di dalam lift memantulkan sosoknya yang anggun dan misterius.

Lift turun pelan.

Kaira berdiri diam, wajahnya tanpa ekspresi. Namun dalam pikirannya, Nova sedang menyusun ulang strategi. Ia tahu, makan malam kali ini bukan sekadar acara keluarga biasa. Bisa jadi ini panggung lain untuk mempermalukannya… atau mengujinya.

Ting!

Pintu lift terbuka. Kaira keluar, menapaki lantai marmer putih yang dingin dengan langkah pelan namun pasti.

Langkah kaki Kaira terdengar tenang di sepanjang lorong menuju ruang makan. Suara dentingan peralatan makan dan percakapan ringan langsung terdengar di telinga Kaira.

Namun sebelum Kaira sempat membuka suara, pelayan yang tadi mengetuk kamarnya justru lebih dulu melapor dengan nada penuh kepura-puraan.

"Tuan Muda, Nyonya Kaira bilang tidak lapar. Bahkan beliau tidak membuka pintu saat saya mengetuk."

Suasana meja makan seketika tegang.

Leonel yang duduk di ujung meja belum sempat membuka mulut, ketika suara Kaira terdengar tenang namun dingin menusuk.

"Pecat pelayan itu."

Semua orang di ruangan itu langsung terdiam. Pelayan yang berdiri di samping pintu menegang dan menoleh dengan mata membelalak.

"N—nyonya?" ucapnya tak percaya.

Kaira berdiri tegak, tetap menundukkan wajahnya ke arah suara pelayan itu, namun suaranya tegas dan menusuk seperti sembilu.

"Di rumah ini, pelayan macam apa yang meninggalkan majikannya bahkan sebelum bicara selesai? Kau bukan hanya kasar, tapi juga pembohong."

Pelayan itu panik, matanya melirik ke Leonel seolah mencari perlindungan. Tapi Leonel hanya diam sambil menatap Kaira.

Maura yang duduk di samping ibunya langsung angkat bicara, mencoba menyelamatkan suasana.

"Kak Kaira, mungkin dia tidak bermaksud begitu. Pelayan juga manusia, mungkin—"

Namun sebelum Maura bisa menyelesaikan kalimatnya, Kaira memotong dengan suara yang manis tapi tajam bagaikan belati.

"Maura, kenapa kamu masih di sini?"

Semua kembali diam. Maura tercengang.

"Tadi pagi aku sudah bilang kamu boleh pulang ke mansion Dorry. Atau kamu butuh surat perintah resmi dariku sebagai nyonya rumah?"

Natalia dan Magenta saling pandang, sementara Selina—ibu Leonel—hanya mengamati dalam diam, bibirnya melengkung kecil, entah mengejek atau menyukai pertunjukan ini.

Maura mencoba tersenyum gugup, "Aku hanya … aku pikir kak Kaira butuh aku disini. Dan soal pagi tadi Kak Kaira pasti hanya—"

"Hanya apa? Hanya bercanda, begitu?!" sela Kaira dengan wajah mengejek. "Heh! Selain bodoh, kau juga ternyata tidak tahu diri ya?"

Maura membeku. Wajahnya memerah karena malu dan murka, tapi ia tidak bisa membantah. Semua mata kini tertuju padanya.

Kaira tersenyum tipis, melangkah ke kursinya lalu duduk tanpa bantuan siapapun.

"Oh, dan soal pelayan itu," lanjut Kaira tanpa menoleh, "Mulai malam ini, dia tak perlu muncul lagi di hadapanku."

Leonel akhirnya angkat bicara, suaranya dingin namun mengandung tekanan. "Kalau kau bertindak semena-mena, kau akan menciptakan musuh, Kaira."

Kaira menoleh pelan ke arah suara suaminya, wajahnya tenang.

"Lalu lebih baik aku diam dan membiarkan orang-orang rendahan mempermainkan posisiku sebagai istrimu? Maaf, aku bukan Kaira Frost yang lama."

Meja makan itu kembali sunyi. Hanya terdengar dentingan pelan dari sendok yang mengenai piring, entah dari siapa.

Yang pasti ketegangan masih menyelimuti ruang makan megah bergaya klasik itu. Aroma sup dan hidangan mahal tak mampu menutupi bau permusuhan yang kini mengental di udara.

Natalie, dengan wajah menegang, akhirnya tak tahan dan angkat suara.

"Benar-benar berhati hitam kau ini, Kaira." Suaranya terdengar getir. "Tak sopan, tak tahu berterima kasih. Maura selama ini peduli padamu, dan kau malah mengusirnya seperti anjing jalanan."

Magenta, wanita paruh baya dengan perhiasan mencolok di lehernya, mengangguk cepat menimpali, "Ayahmu pasti sedih, melihat putrinya berubah menjadi gadis kasar dan tak berperasaan!"

Kaira hanya tertawa kecil, pelan … dingin. Lalu dengan tenang ia mengangkat wajahnya, menghadap ke arah suara kedua wanita itu.

"Kalau begitu, aku juga ingin bertanya … Kenapa bibi Natalie masih di sini? Apa mansion Dorry sudah dijual? Atau mungkin, Ayahku sudah bangkrut, dan kalian berdua menumpang makan di rumah suamiku?"

Natalie langsung membelalak, "Kau!"

"Ssst .…" Kaira menyelanya dengan gerakan jari di depan bibir, masih tersenyum. "Tenang. Orang yang hidup dari belas kasihan seharusnya tahu diri."

Suasana benar-benar membeku. Maura menunduk, wajahnya pucat. Magenta terlihat seperti akan meledak.

Dan saat itulah Selina, ibu mertua Kaira, meletakkan sendoknya lalu angkat bicara.

"Kau pikir karena kau istri Leonel, kau bisa bicara seenaknya di rumah ini?" Nadanya datar, tapi penuh tekanan. "Jangan lupa, kau tinggal di rumah keluarga Frost. Aku yang memimpin rumah ini, bukan kau."

Kaira membalikkan kepala, menghadap ke arah Selina. Wajahnya tetap datar, matanya yang kosong memancarkan ketegasan.

"Justru karena aku istri Leonel, aku berhak bicara. Aku yang sah … bukan Maura, bukan siapa pun di meja ini." Dia mencondongkan tubuh sedikit ke depan, nada suaranya pelan tapi menusuk.

"Dan mengenai rumah ini … aku tidak buta terhadap siapa yang benar-benar memimpin dan siapa yang hanya bersembunyi di balik status."

Selina mendesis pelan, "Perempuan kurang ajar."

Leonel akhirnya meletakkan garpu dan pisaunya dengan suara keras. Rahangnya mengeras, suaranya terdengar menahan amarah.

"Cukup, Kaira. Kau melewati batas."

Kaira menoleh pelan ke arahnya, lalu tersenyum tipis. "Oh? Aku pikir justru selama ini aku terlalu diam. Dan lihat apa yang terjadi saat aku diam—semua orang di meja ini memperlakukanku seperti boneka rusak. Kau sendiri tahu itu, Leonel."

Leonel memandang tajam ke arah Kaira, namun tidak mengatakan apa-apa lagi. Di sisi lain, semua orang hanya bisa terdiam, tersulut emosi namun tak berkutik menghadapi lidah tajam gadis buta itu.

Kaira dengan tenang mengambil sendoknya dan menyendok sup, menyuap pelan seolah tak terjadi apa-apa.

"Kalau kalian tidak suka makan malam ini, silakan keluar. Tak ada yang menahan."

Terpopuler

Comments

kristin wulandari

kristin wulandari

thor, sedikit saran aja.
di novel Guo Mei kamu selalu mengulang paragraf yg ga seharusnya ada

di novel ini kamu juga mengulangnya kembali.
bener-bener buat muak ga bagus sama sekali.

harusnya yang udah ada jangan diulang.
penegasan boleh tapi jangan sampai mengulang-ngulang.

contohnya, kamu selalu mengulang bahwa yg di dalam tubuh bukan lagi Kaira tapi Nova sang ahli racun.

2025-06-01

0

gaby

gaby

Jadi Kayra dah ga buta y ka?? Cuma pura2 buta biar bisa melihat kebenaran

2025-05-04

2

Nurhartiningsih

Nurhartiningsih

suka sama tokoh yg begini..nggak lemah

2025-05-08

1

lihat semua
Episodes
1 Bangunnya Sang Ahli Racun
2 Tanaman Belladonna
3 Diawasi
4 Pulang
5 Makan Malam Yang Panas
6 Sky
7 Kembali Sekolah
8 Dibully?
9 Pelajaran Kecil
10 Kedatangan
11 Delon dan Deilin
12 Kedatangan Tuan Dorry
13 Murid Baru
14 Kunjungan Sekolah
15 Virrellium-7
16 Pelakunya
17 Akan Menunggu
18 Halusinasi Lolyta
19 Awas!
20 Jatuh
21 Mata Nova
22 Jadi Pasanganku
23 Ulang Tahun
24 Terkejut
25 Aku Tahu Itu Kau
26 Perkelahian
27 Mabuk
28 Mencibir
29 Nyonya Claudia
30 Kematian Lolyta
31 Tingkah Ibu dan Anak
32 Percakapan Ayah dan Anak
33 Suruh Orangnya Sendiri
34 Diserang
35 Mari Bercerai
36 Mulai Ragu
37 Ada Darah
38 Makan Malam
39 Dijatuhkan
40 Jerry Yang Malang
41 Bercerai
42 Kepergian Kaira
43 Nikahi Clarissa
44 Operasi Berhasil
45 Krisis Eksistensi
46 Kelakuan Sky
47 Terima kasih sudah Menjagaku
48 Oleh-oleh
49 Hadiah
50 Ayah Nova?
51 Tiba Di Elyndor
52 Pemilik Sah
53 Permulaan Untuk Benalu
54 Peringatan Keras Untuk Para Pelayan
55 Ditolak
56 Keributan
57 Steven Emberlyn
58 Satu Ibu
59 Bolehkah Bertemu Dengannya?
60 Memberi Tahu Kaira
61 Cemburu
62 Pertemuan Steven Dan Kaira
63 Bertemu Leonel dan Clarissa
64 Mengadu
65 Kemarahan Leonel
66 Kekejaman Ben
67 Kekacauan Keluarga Frost
68 Ayah Clarissa, Musuh Nova
69 Rencana
70 Karena Aku Tidak Pernah Takut
71 Pesta Maura
72 Pesta Maura 2
73 Skandal
74 Berbalik Arah
75 Kekacauan Yang Dibuat Kaira
76 Kebohongan
77 Kondisi Maura
78 Menjenguk
79 Mengobati Sang Ayah
80 Karma
81 Kedatangan Dravien
82 Pergantian Kepemimpinan
83 Maura Lumpuh
84 Melinda
85 Kenyataan
86 Melinda bertemu Dravien
87 Hancurkan Musuh
88 Misi Sukses
89 Memberikan Pelajaran
90 Heboh
91 Perjanjian
92 Kehancuran Dravien
93 Kehancuran Musuh
94 Kapan Kita Menikah?
95 Kondisi Natalie dan Maura
96 Balasan
97 Bercerai
98 Hadiah Untuk Clarissa
99 Hari Kelulusan Kaira
100 Kelulusan Kaira 2
101 Makan Bersama
102 Ini Semua Untukmu
103 Akar Masalahnya
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bangunnya Sang Ahli Racun
2
Tanaman Belladonna
3
Diawasi
4
Pulang
5
Makan Malam Yang Panas
6
Sky
7
Kembali Sekolah
8
Dibully?
9
Pelajaran Kecil
10
Kedatangan
11
Delon dan Deilin
12
Kedatangan Tuan Dorry
13
Murid Baru
14
Kunjungan Sekolah
15
Virrellium-7
16
Pelakunya
17
Akan Menunggu
18
Halusinasi Lolyta
19
Awas!
20
Jatuh
21
Mata Nova
22
Jadi Pasanganku
23
Ulang Tahun
24
Terkejut
25
Aku Tahu Itu Kau
26
Perkelahian
27
Mabuk
28
Mencibir
29
Nyonya Claudia
30
Kematian Lolyta
31
Tingkah Ibu dan Anak
32
Percakapan Ayah dan Anak
33
Suruh Orangnya Sendiri
34
Diserang
35
Mari Bercerai
36
Mulai Ragu
37
Ada Darah
38
Makan Malam
39
Dijatuhkan
40
Jerry Yang Malang
41
Bercerai
42
Kepergian Kaira
43
Nikahi Clarissa
44
Operasi Berhasil
45
Krisis Eksistensi
46
Kelakuan Sky
47
Terima kasih sudah Menjagaku
48
Oleh-oleh
49
Hadiah
50
Ayah Nova?
51
Tiba Di Elyndor
52
Pemilik Sah
53
Permulaan Untuk Benalu
54
Peringatan Keras Untuk Para Pelayan
55
Ditolak
56
Keributan
57
Steven Emberlyn
58
Satu Ibu
59
Bolehkah Bertemu Dengannya?
60
Memberi Tahu Kaira
61
Cemburu
62
Pertemuan Steven Dan Kaira
63
Bertemu Leonel dan Clarissa
64
Mengadu
65
Kemarahan Leonel
66
Kekejaman Ben
67
Kekacauan Keluarga Frost
68
Ayah Clarissa, Musuh Nova
69
Rencana
70
Karena Aku Tidak Pernah Takut
71
Pesta Maura
72
Pesta Maura 2
73
Skandal
74
Berbalik Arah
75
Kekacauan Yang Dibuat Kaira
76
Kebohongan
77
Kondisi Maura
78
Menjenguk
79
Mengobati Sang Ayah
80
Karma
81
Kedatangan Dravien
82
Pergantian Kepemimpinan
83
Maura Lumpuh
84
Melinda
85
Kenyataan
86
Melinda bertemu Dravien
87
Hancurkan Musuh
88
Misi Sukses
89
Memberikan Pelajaran
90
Heboh
91
Perjanjian
92
Kehancuran Dravien
93
Kehancuran Musuh
94
Kapan Kita Menikah?
95
Kondisi Natalie dan Maura
96
Balasan
97
Bercerai
98
Hadiah Untuk Clarissa
99
Hari Kelulusan Kaira
100
Kelulusan Kaira 2
101
Makan Bersama
102
Ini Semua Untukmu
103
Akar Masalahnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!