Pulang

Beberapa hari telah berlalu sejak insiden tanaman beracun dan penyadapan diam-diam di kamar mandi. Hari ini, sinar matahari menembus lembut melalui jendela besar kamar VVIP, menerangi seorang gadis muda yang tengah duduk di tepi ranjang rumah sakit.

Kaira Frost atau Nova Spire dalam tubuhnya, telah diperbolehkan pulang.

Wajahnya tampak tenang, rambut panjangnya dikepang rapi oleh seorang pelayan wanita baru yang dengan cekatan merapikan koper-koper kecil milik Kaira. Tidak seperti pelayan sebelumnya yang kasar, wanita ini lebih tenang dan sopan, meski tetap terasa dingin.

“Nona, ini koper terakhirnya,” ucap pelayan itu singkat sambil menutup ritsleting.

“Letakkan di dekat pintu. Aku akan berdiri sendiri,” jawab Kaira pelan, tangannya sudah meraba tongkat putih yang biasa ia gunakan.

Tak lama, pintu kamar terbuka.

“Kaira,” suara dingin itu langsung memenuhi ruangan.

Leonel Frost melangkah masuk dengan setelan gelapnya yang rapi, diikuti Joni di belakang. Tatapannya langsung tertuju pada gadis yang duduk di tepi ranjang, lalu menelusuri ke arah pelayan yang berdiri menunduk.

“Kita pulang,” ucap Leonel singkat, tak menunggu jawaban.

Kaira perlahan berdiri, tongkatnya menyentuh lantai pelan. Meski matanya buta, langkahnya stabil dan tidak terlihat goyah. Gerakannya tenang, bahkan terlalu tenang untuk seseorang yang buta dan baru pulih dari koma.

Leonel menatapnya tajam, memperhatikan gerakan kecil itu, cara Kaira meraba, cara dia tidak pernah salah melangkah, bahkan ketika mendekati koper di lantai. Kecurigaannya semakin dalam, namun tetap tak menemukan celah.

“Kau sepertinya menatapku seperti aku monster,” ucap Kaira tiba-tiba sambil berdiri tegak di hadapan Leonel.

Leonel mendengus pelan. “Aku hanya memastikan kau tidak akan pingsan di tengah jalan.”

“Sayang sekali, aku masih hidup,” balas Kaira datar, sudut bibirnya naik sedikit.

Joni terbatuk pelan di belakang, suasana terasa tegang, tapi tak seorang pun berani menyela.

Leonel berbalik tanpa berkata apa-apa lagi. “Ayo.”

Dengan pelayan membimbingnya, Kaira berjalan melewati lorong rumah sakit. Banyak orang memandangi mereka, membicarakan pasangan muda itu, seorang CEO dingin dan istri buta yang baru saja keluar dari koma.

Di halaman depan rumah sakit, sebuah mobil hitam mewah sudah menunggu. Joni membukakan pintu, dan pelayan membantu Kaira duduk di kursi belakang. Kaira duduk diam, tangan terlipat di pangkuan. Sementara pelayan duduk di sampingnya.

Leonel mengambil kursi depan, tepat di samping sopir.

Sesaat sebelum mobil berjalan, Leonel menoleh sedikit ke arah belakang melalui kaca spion.

“Kalau kau butuh sesuatu, katakan saja. Aku tidak suka drama.”

“Jangan khawatir. Aku sudah mati sekali, dan aku tidak punya waktu untuk sandiwara murahan.” Kaira menjawab tanpa sedikit pun intonasi emosional.

Leonel menahan ekspresi terkejutnya. Tak biasanya Kaira berbicara seperti itu. Dingin. Menohok. Dan seolah tahu terlalu banyak.

Mobil melaju meninggalkan rumah sakit.

Kaira duduk tenang, wajahnya menghadap ke luar jendela seakan sedang melihat dunia yang tak bisa ia lihat.

Tapi di dalam pikirannya, Nova berkata pelan, "Akhirnya aku keluar dari kandang. Tapi sekarang ... aku kembali ke sarang serigala."

*****

Deru mobil berhenti di depan sebuah mansion bergaya Eropa klasik yang berdiri megah di tengah pekarangan luas. Pilar-pilar besar berwarna putih gading menjulang tinggi, dihiasi tanaman rambat yang tertata rapi.

Pintu mobil terbuka. Pelayan membimbing Kaira keluar dengan hati-hati. Tongkat putih di tangannya menyentuh lantai marmer halus, langkahnya mantap meski tanpa penglihatan.

Langkah-langkah itu menggema di lorong saat Kaira perlahan memasuki mansion.

Terdengar suara tawa dan obrolan dari dalam ruang tamu. Beberapa wanita berpakaian mewah tengah duduk menikmati teh dan kue-kue kecil. Namun, suara mereka langsung mereda begitu menyadari kehadiran seorang gadis dengan balutan pakaian simpel dan penutup mata kain hitam.

"Kaira?" suara seorang wanita terdengar, bernada setengah kaget.

Beberapa wajah yang semula tertawa kini berubah menjadi ramah seketika, seolah tertempel topeng sopan santun.

“Oh, Kaira sayang! Akhirnya kau pulang juga,” seru seorang wanita paruh baya dengan suara lembut namun palsu.

Namun sebelum Kaira sempat merespons, seorang gadis muda dengan gaun pastel berlari kecil mendekatinya.

"Kak Kaira! Aku rindu!" serunya riang, tangannya terulur hendak memeluk.

Namun tepat saat pelukannya hampir menyentuh, Kaira bergeser satu langkah ke kanan. Gerakannya begitu alami, seolah karena naluri. Tapi bagi Maura, itu terasa seperti penolakan telak.

Brugh!

“Akh!” Maura terjatuh ke lantai dengan tubuh menabrak permadani. Bahkan posisi jatuhnya samgata tidak etis dengan dress-nya yang tersingkap sedikit.

“Maura!” suara wanita tua langsung menjerit, berdiri dari kursinya. “Astaga! Sayang, kau tidak apa-apa?”

Suara itu ada bibi dari Leonel, Magenta.

Leonel yang berada tepat di belakang Kaira langsung melangkah cepat, membantu Maura bangkit. Wajahnya tetap datar, namun ada kerutan tipis di antara alisnya.

"Kau tidak apa-apa?" tanya Leonel.

Maura menggeleng pelan dengan wajah polosnya. Lalu Maura menatap Kaira dengan mata yang berkaca-kaca. “Kak Kaira … kenapa tega? Kenapa Kakak menghindar? Kakak sengaja membuat ku terjatuh.” ucapnya lirih, seperti terluka.

Kaira menoleh ke arah suara Maura. Wajahnya polos, nada bicaranya datar.

“Aku buta. Mana aku tahu kalau ada orang yang tiba-tiba datang.”

Suasana di ruang utama mansion Frost terasa tegang. Semua orang belum sempat benar-benar mencairkan suasana ketika suara seorang wanita paruh baya memecah keheningan.

"Akhirnya kau pulang juga, Kaira."

Suara itu datang dari Natalia, istri kedua ayah Kaira. Ia duduk anggun di sofa, menyilangkan kaki dengan angkuh, namun senyum di wajahnya tampak dibuat-buat.

Kaira menoleh perlahan, meskipun ia tidak bisa melihat, arah suara itu begitu jelas di telinganya. Tanpa jeda dan dengan suara dingin, ia menjawab, "Tentu. Apa Bibi Natalia lebih mengharapkan aku mati saja?"

Seisi ruangan langsung sunyi. Bahkan suara napas pun seperti ditahan. Beberapa pelayan yang berdiri di sudut saling melirik gugup. Natalia tersenyum kaku, jelas tidak menyangka akan dibalas setajam itu.

"Kaira … kenapa bicaramu seperti itu? Bibi cuma—"

"Bertanya. Iya, aku juga hanya menjawab," potong Kaira dengan nada datar, seolah tidak peduli suasana.

Kaira kemudian berkata dengan mengerutkan keningnya. "Oh, iya. Apa yang kau lakukan di sini Maura?"

Maura yang tadi terjatuh kini berdiri di samping Leonel. Ia melangkah maju, menyamakan tinggi tubuhnya dengan Kaira, meski Kaira lebih tinggi.

Nadanya lembut, seperti biasanya, tapi Kaira bisa mendengar nada manipulatif yang terselip di baliknya.

"Kak Kaira, aku tinggal di sini untuk membantu kakak. Karena kakak tidak bisa melihat … aku hanya ingin menemani."

Kaira menoleh ke arah suara Maura, lalu berkata pelan namun tegas.

"Kalau begitu, sekarang aku tidak butuh bantuanmu."

Maura tertegun. Matanya melebar.

"Apa maksudmu?"

"Aku bilang, kau boleh pulang. Kembali ke mansion keluarga Dorry. Mulai hari ini, aku tidak mau kau ada di sini lagi."

Ruangan kembali membeku. Natalia terbatuk kecil, tapi tidak ada yang berani bicara.

Maura melangkah maju, matanya mulai berkaca-kaca.

"Tapi kak … bukankah ini rumahku juga? Aku tinggal di sini bukan tanpa alasan. Aku cuma ingin—"

"Ingin apa? Menggantikan posisiku? Mengatur rumah ini seolah-olah kau yang jadi nyonya?"

Suara Kaira kali ini terdengar penuh racun.

"Membantu? Selama aku sadar, yang membantuku hanya para pelayan. Kau bahkan tidak pernah datang menjenguk saat aku koma. Di rumah sakit pun aku tidak melihat atau lebih tepatnya, tidak merasakan kehadiranmu. Jadi tolong, jangan bersandiwara di depanku."

Maura mengatupkan bibirnya, tidak mampu membalas. Kaira melangkah pelan ke arah kursi, duduk dengan anggun seperti seorang ratu, meski tongkat masih di tangan.

"Dan satu hal lagi," Kaira menambahkan tajam. "Sikapmu selama ini di rumah ini … seperti istri muda Leonel. Terlalu nyaman, terlalu banyak ikut campur. Kau lupa siapa dirimu."

Natalia berdiri dari tempat duduknya. "Kaira, jaga bicaramu. Maura hanya mencoba membantu—"

"Kalau begitu bantu dia berkemas," sela Kaira tanpa ragu. "Karena aku tidak akan tinggal serumah dengan gadis yang mengincar posisi yang bukan miliknya."

Terpopuler

Comments

Lily Akira

Lily Akira

entah kenapa sy tidak menyukai transmigrasi seperti ini, dari wanita dewasa ke wanita muda. feel nya nggak dapet. lebih masuk akal cerita guo mei

2025-05-12

1

Mira Astria

Mira Astria

mantap kaira itu baru sikap nyonya rumah bkn pelakor yg sok jd nyonya rmh/Proud//Proud/

2025-05-17

1

Hakimi

Hakimi

keren banget meski buta tapi berwibawa

2025-05-22

0

lihat semua
Episodes
1 Bangunnya Sang Ahli Racun
2 Tanaman Belladonna
3 Diawasi
4 Pulang
5 Makan Malam Yang Panas
6 Sky
7 Kembali Sekolah
8 Dibully?
9 Pelajaran Kecil
10 Kedatangan
11 Delon dan Deilin
12 Kedatangan Tuan Dorry
13 Murid Baru
14 Kunjungan Sekolah
15 Virrellium-7
16 Pelakunya
17 Akan Menunggu
18 Halusinasi Lolyta
19 Awas!
20 Jatuh
21 Mata Nova
22 Jadi Pasanganku
23 Ulang Tahun
24 Terkejut
25 Aku Tahu Itu Kau
26 Perkelahian
27 Mabuk
28 Mencibir
29 Nyonya Claudia
30 Kematian Lolyta
31 Tingkah Ibu dan Anak
32 Percakapan Ayah dan Anak
33 Suruh Orangnya Sendiri
34 Diserang
35 Mari Bercerai
36 Mulai Ragu
37 Ada Darah
38 Makan Malam
39 Dijatuhkan
40 Jerry Yang Malang
41 Bercerai
42 Kepergian Kaira
43 Nikahi Clarissa
44 Operasi Berhasil
45 Krisis Eksistensi
46 Kelakuan Sky
47 Terima kasih sudah Menjagaku
48 Oleh-oleh
49 Hadiah
50 Ayah Nova?
51 Tiba Di Elyndor
52 Pemilik Sah
53 Permulaan Untuk Benalu
54 Peringatan Keras Untuk Para Pelayan
55 Ditolak
56 Keributan
57 Steven Emberlyn
58 Satu Ibu
59 Bolehkah Bertemu Dengannya?
60 Memberi Tahu Kaira
61 Cemburu
62 Pertemuan Steven Dan Kaira
63 Bertemu Leonel dan Clarissa
64 Mengadu
65 Kemarahan Leonel
66 Kekejaman Ben
67 Kekacauan Keluarga Frost
68 Ayah Clarissa, Musuh Nova
69 Rencana
70 Karena Aku Tidak Pernah Takut
71 Pesta Maura
72 Pesta Maura 2
73 Skandal
74 Berbalik Arah
75 Kekacauan Yang Dibuat Kaira
76 Kebohongan
77 Kondisi Maura
78 Menjenguk
79 Mengobati Sang Ayah
80 Karma
81 Kedatangan Dravien
82 Pergantian Kepemimpinan
83 Maura Lumpuh
84 Melinda
85 Kenyataan
86 Melinda bertemu Dravien
87 Hancurkan Musuh
88 Misi Sukses
89 Memberikan Pelajaran
90 Heboh
91 Perjanjian
92 Kehancuran Dravien
93 Kehancuran Musuh
94 Kapan Kita Menikah?
95 Kondisi Natalie dan Maura
96 Balasan
97 Bercerai
98 Hadiah Untuk Clarissa
99 Hari Kelulusan Kaira
100 Kelulusan Kaira 2
101 Makan Bersama
102 Ini Semua Untukmu
103 Akar Masalahnya
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bangunnya Sang Ahli Racun
2
Tanaman Belladonna
3
Diawasi
4
Pulang
5
Makan Malam Yang Panas
6
Sky
7
Kembali Sekolah
8
Dibully?
9
Pelajaran Kecil
10
Kedatangan
11
Delon dan Deilin
12
Kedatangan Tuan Dorry
13
Murid Baru
14
Kunjungan Sekolah
15
Virrellium-7
16
Pelakunya
17
Akan Menunggu
18
Halusinasi Lolyta
19
Awas!
20
Jatuh
21
Mata Nova
22
Jadi Pasanganku
23
Ulang Tahun
24
Terkejut
25
Aku Tahu Itu Kau
26
Perkelahian
27
Mabuk
28
Mencibir
29
Nyonya Claudia
30
Kematian Lolyta
31
Tingkah Ibu dan Anak
32
Percakapan Ayah dan Anak
33
Suruh Orangnya Sendiri
34
Diserang
35
Mari Bercerai
36
Mulai Ragu
37
Ada Darah
38
Makan Malam
39
Dijatuhkan
40
Jerry Yang Malang
41
Bercerai
42
Kepergian Kaira
43
Nikahi Clarissa
44
Operasi Berhasil
45
Krisis Eksistensi
46
Kelakuan Sky
47
Terima kasih sudah Menjagaku
48
Oleh-oleh
49
Hadiah
50
Ayah Nova?
51
Tiba Di Elyndor
52
Pemilik Sah
53
Permulaan Untuk Benalu
54
Peringatan Keras Untuk Para Pelayan
55
Ditolak
56
Keributan
57
Steven Emberlyn
58
Satu Ibu
59
Bolehkah Bertemu Dengannya?
60
Memberi Tahu Kaira
61
Cemburu
62
Pertemuan Steven Dan Kaira
63
Bertemu Leonel dan Clarissa
64
Mengadu
65
Kemarahan Leonel
66
Kekejaman Ben
67
Kekacauan Keluarga Frost
68
Ayah Clarissa, Musuh Nova
69
Rencana
70
Karena Aku Tidak Pernah Takut
71
Pesta Maura
72
Pesta Maura 2
73
Skandal
74
Berbalik Arah
75
Kekacauan Yang Dibuat Kaira
76
Kebohongan
77
Kondisi Maura
78
Menjenguk
79
Mengobati Sang Ayah
80
Karma
81
Kedatangan Dravien
82
Pergantian Kepemimpinan
83
Maura Lumpuh
84
Melinda
85
Kenyataan
86
Melinda bertemu Dravien
87
Hancurkan Musuh
88
Misi Sukses
89
Memberikan Pelajaran
90
Heboh
91
Perjanjian
92
Kehancuran Dravien
93
Kehancuran Musuh
94
Kapan Kita Menikah?
95
Kondisi Natalie dan Maura
96
Balasan
97
Bercerai
98
Hadiah Untuk Clarissa
99
Hari Kelulusan Kaira
100
Kelulusan Kaira 2
101
Makan Bersama
102
Ini Semua Untukmu
103
Akar Masalahnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!