Diawasi

Pintu terbuka. Joni masuk dengan langkah cepat dan ekspresi serius.

“Tuan, saya sudah cek. Kamera pengawas di ruangan ini tidak aktif.”

Leonel menoleh cepat, ekspresinya mengeras. “Apa maksudmu tidak aktif?”

Joni sedikit menunduk. “Menurut bagian teknis rumah sakit, ruangan ini memang tidak dipasangi kamera aktif … atas permintaan pribadi keluarga Frost. Khususnya, permintaan langsung dari Tuan Besar Frost.”

Suasana ruangan seketika hening.

Leonel mengerutkan kening, jelas ia sendiri tidak tahu soal itu. Ia melirik ke arah Kaira yang tampak menikmati sarapannya dengan santai, seperti tak peduli pada percakapan yang terjadi.

Kaira tersenyum kecil, seolah bisa merasakan tatapan Leonel padanya.

“Ah ... jadi tidak ada rekaman?” tanyanya ringan tanpa menoleh. “Sayang sekali. Padahal aku ingin tahu juga, bagaimana ekspresiku saat kaget tadi. Setidaknya meski aku tidak lihat, aku ingin kau mengomentari ekspresi terkejutku.”

Nada bicaranya begitu tenang, hampir terdengar seperti ejekan halus.

Leonel mengepalkan rahangnya. Ia tak suka perasaan seperti ini, seolah sedang diatur oleh seseorang yang tampak lemah dan tak berdaya.

“Kau terlalu tenang untuk seseorang yang baru saja nyaris mencelakai orang lain.”

“Atau mungkin aku terlalu tenang untuk seseorang yang tahu dia hampir dibunuh,” balas Kaira sambil menaruh sendok di mangkuknya.

Kaira menoleh pelan ke arah suara Leonel, dan menyambung ucapannya, “Aku hanya ingin bertahan hidup, Leonel. Bukan salahku kalau suster itu yang salah gerak.”

Leonel diam. Ucapan Kaira membuat sesuatu bergetar dalam benaknya, sebuah ketidakyakinan bahwa perempuan ini adalah gadis buta polos yang dulu ia nikahi karena rasa tanggung jawab.

Ada sesuatu yang berubah. Terlalu tajam. Terlalu ... dewasa. Namun dia memilih mundur.

“Joni, atur agar CCTV diaktifkan mulai hari ini,” titah Leonel dengan suara dingin.

“Baik, Tuan.”

Leonel melangkah keluar tanpa berkata lagi. Setelah pintu tertutup, Kaira menyandarkan tubuhnya santai.

“Bagus. Sekarang aku tahu siapa yang tidak bisa kupercaya,” gumamnya.

Kaira meraba pot tanaman kecil yang pecah di lantai, lalu tersenyum tipis. “Dan siapa yang akan kubuat menyesal telah mencoba membunuhku dalam tidur.”

****

Sudah lima hari berlalu sejak Kaira—atau lebih tepatnya Nova dalam tubuh Kaira—terbangun dari komanya.

Di luar, kabut pagi menggantung di balik jendela besar kamar VVIP rumah sakit, menyelimuti kota dengan embun tipis. Di dalam ruangan, Kaira berdiri tenang di dekat jendela dengan mata tertutup, wajahnya menghadap ke arah matahari terbit.

Tangan kirinya memegang tongkat penuntun, tapi tidak digunakan. Sebaliknya, tubuhnya bergerak pelan, meregangkan lengan dan memutar bahu perlahan. Gerakannya begitu terkontrol dan seimbang, seperti penari yang hafal setiap gerakannya meski tak bisa melihat.

“Satu ... dua ... tiga ... tarik napas ... tahan.” Ia membisikkan hitungan kecil, menenangkan pikirannya.

Kaira atau Nova, telah membiasakan diri dengan tubuh mudanya. Meskipun tubuh Kaira sebelumnya lemah karena koma dan trauma, Nova tahu cara memperkuat otot-otot kecil dengan teknik pernapasan dan peregangan dalam diam.

Kaira tahu ia sedang diawasi. Kamera mungkin tak menyala di kamar, tapi telinga dan mata tersembunyi bisa saja datang dari mana saja, terutama dari keluarga Frost.

Di depan pintu, seorang perawat tampak melirik dari celah. “Aneh ... dia bisa berdiri lama tanpa goyah .…” gumamnya pelan, lalu mencatat sesuatu di ponselnya.

Di dalam ruangan, Kaira berbalik perlahan dan berjalan ke arah tempat tidur, tongkatnya menyeret pelan lantai marmer.

Begitu sampai di tepi ranjang, ia duduk dan membuka mulut pelan.

“Kukira mereka akan mencoba lagi hari ini.”

Tidak ada orang lain di ruangan, tapi Nova terbiasa berbicara dengan dirinya sendiri. Itu membantunya menganalisis situasi.

“Tanaman beracun, makanan dengan dosis halus, bahkan mungkin obat dalam cairan infus.” Ia mendesah, lalu mencibir. “Begitu putus asanya mereka ingin mengusirku dari dunia ini.”

Tiba-tiba, pintu terbuka.

Seorang suster masuk dengan wajah ramah, membawa nampan sarapan. “Selamat pagi, Nona Kaira. Semoga tidurnya nyenyak.”

Kaira menoleh ke arah suara, senyum tipis terukir di bibirnya. “Tidurku seperti orang mati. Tapi sayangnya, aku bangun lagi, ya?”

Suster itu tertawa kecil, meski rautnya sempat kaku mendengar ucapan Kaira.

“Saya taruh makanannya di meja ya, seperti biasa.”

“Letakkan di sisi kanan, lima langkah dari tempat tidur. Seperti kemarin,” ujar Kaira dengan nada pelan, tapi pasti.

Suster itu membeku sejenak. Ia tidak pernah menyebutkan jaraknya sebelumnya.

“Tentu, Nona.” Ia buru-buru menaruh nampan dan keluar.

Begitu pintu tertutup kembali, Kaira berdiri dan bergerak pelan ke kamar mandi. Di dalam, ia mengunci pintu lalu menarik napas panjang. Tangannya menyentuh dinding dingin, lalu ia mulai bergerak—push-up ringan, squat, latihan pernapasan dalam.

“Tubuh ini masih muda, tapi lemah. Kurang latihan.” Ia mengepalkan tangan. “Tapi sebentar lagi ... aku akan menguasai semuanya.”

Lima belas menit berlalu, ia keluar kembali, menyeka peluh di dahinya.

Ketika duduk kembali di ranjang, ia menyentuh sendok dari sarapannya tapi bukan untuk makan. Ia hanya mencium aroma makanannya, mendeteksi jejak bahan kimia atau racun.

“Tidak hari ini,” gumamnya. “Tapi bukan berarti besok tidak.”

Dengan tenang, Kaira menyuapkan sesendok bubur ke mulutnya, senyumnya tenang.

Di sisi lain, di lantai tertinggi gedung Frost Corporation, sebuah ruangan tersembunyi dengan dinding kaca hitam dan perlengkapan teknologi canggih menyala redup.

Di tengah ruangan, layar besar menampilkan rekaman CCTV dari kamar VVIP di rumah sakit. Tampak sosok gadis buta sedang duduk santai di dekat jendela, perlahan meregangkan tubuhnya, mengangkat tangan lalu menarik napas dalam.

Leonel Frost berdiri dengan tangan menyilang di depan dada, mata elangnya menatap layar tanpa berkedip. Di sampingnya, Joni, sang asisten pribadi, memegang tablet kecil yang juga tersambung ke rekaman yang sama.

“Sudah lima hari,” gumam Leonel dingin. “Dan tidak ada gerakan mencurigakan ... hanya peregangan setiap pagi. Terlalu rutin. Terlalu bersih.”

Joni menoleh ke arah layar dan mengangguk pelan. “Saya rasa itu justru normal, Tuan. Setelah enam bulan koma, tubuh siapa pun akan kaku. Terutama ... kalau ia tidak bisa melihat.”

Leonel tidak menjawab, hanya mengerutkan kening. Matanya bergerak ke sudut lain layar, memperhatikan pola gerakan Kaira—ke arah kamar mandi yang cukup lama setiap harinya.

“Kamar mandi. Dia selalu masuk setidaknya lima belas menit. Terlalu lama.”

Joni membalik layar tabletnya dan menampilkan catatan waktu.

“Memang agak lama, tapi sekali lagi ... wajar. Nona Kaira buta. Dia pasti bergerak pelan. Dan ....” Joni ragu sejenak sebelum menyambung, “Dia juga harus memastikan pakaiannya rapi. Dia seorang istri CEO. Bahkan dalam ketidakberdayaannya, dia tetap menjaga wibawa.”

Leonel melirik Joni. “Kau menyukainya?”

Joni langsung tegak. “Tentu tidak, Tuan. Maksud saya ... saya hanya mengamati dari sisi logis.”

Leonel mengalihkan pandangannya kembali ke layar. Kaira tampak tenang, bahkan terlalu tenang.

“Dia berbeda.” Leonel akhirnya berkata. “Kaira dulu ... selalu tertunduk. Diam. Tak pernah menjawab saat aku bicara. Tapi sekarang ... dia balas bicara. Dengan kalimat tajam.”

“Mungkin karena koma itu mengubahnya, Tuan. Trauma bisa mengubah seseorang,” sahut Joni hati-hati.

Leonel mendesah pelan. Tangannya mengusap dagunya yang mulai ditumbuhi bayangan halus.

“Atau ada yang lebih dari itu ....” ucapnya lirih.

Joni mencoba tersenyum. “Setidaknya, sekarang dia tidak lagi mencoba melompat dari atap sekolah.”

Leonel menoleh tajam, tatapannya menggelap. “Itu bukan candaan, Joni.”

“Maaf, Tuan.”

Keduanya kembali menatap layar.

Kaira di dalam kamar VVIP itu—tersenyum kecil sambil menyentuh daun tanaman kecil di meja. Seolah tahu dirinya sedang diperhatikan.

Leonel menyipitkan mata. “Lanjutkan pengawasan. Dan ... pasang kamera tersembunyi di kamar mandi. Aku ingin tahu kenapa dia betah lama di sana.”

"Tapi Tuan, itu privasi—"

Mata tajam Leonel langsung menghunus ke arah Joni. "Dia istriku! Aku berhak, meski melihat tubuhnya."

Joni terdiam sejenak, lalu mengangguk. “Baik, Tuan.”

Leonel membalikkan badan dan berjalan ke arah jendela besar ruangan itu, menatap kota yang mulai sibuk pagi hari.

“Kalau dia menyembunyikan sesuatu, aku akan menemukannya. Dan kalau dia bukan Kaira yang dulu ... aku akan mencari tahu siapa dia sebenarnya.”

Terpopuler

Comments

mama_im

mama_im

lionel peka sebenarnya, mungkin karna keadaan dia begitu keras, pasti keluarganya menghasut dia. masih meraba raba kearah mana jalan ceritanya. semangat kak, moga bisa up kayak biasa lagi, 3 bab perhari 🤭🤭🤭🤭

2025-04-23

18

𝓔𝓵𝓵𝓮

𝓔𝓵𝓵𝓮

menyadari tapi tidak memahami, melihat tapi tidak keliatan.
kamu pintar onel tapi nova yang mengisi jiwa kiara, jauh lebih cerdas.
ku tunggu saat bucin akut itu tiba 😁

2025-04-23

1

@emak aisyah

@emak aisyah

satu bab satu hari terlalu sedikit,Thor 😁😁😁
kalo bisa dabel up 😉😉

2025-04-23

1

lihat semua
Episodes
1 Bangunnya Sang Ahli Racun
2 Tanaman Belladonna
3 Diawasi
4 Pulang
5 Makan Malam Yang Panas
6 Sky
7 Kembali Sekolah
8 Dibully?
9 Pelajaran Kecil
10 Kedatangan
11 Delon dan Deilin
12 Kedatangan Tuan Dorry
13 Murid Baru
14 Kunjungan Sekolah
15 Virrellium-7
16 Pelakunya
17 Akan Menunggu
18 Halusinasi Lolyta
19 Awas!
20 Jatuh
21 Mata Nova
22 Jadi Pasanganku
23 Ulang Tahun
24 Terkejut
25 Aku Tahu Itu Kau
26 Perkelahian
27 Mabuk
28 Mencibir
29 Nyonya Claudia
30 Kematian Lolyta
31 Tingkah Ibu dan Anak
32 Percakapan Ayah dan Anak
33 Suruh Orangnya Sendiri
34 Diserang
35 Mari Bercerai
36 Mulai Ragu
37 Ada Darah
38 Makan Malam
39 Dijatuhkan
40 Jerry Yang Malang
41 Bercerai
42 Kepergian Kaira
43 Nikahi Clarissa
44 Operasi Berhasil
45 Krisis Eksistensi
46 Kelakuan Sky
47 Terima kasih sudah Menjagaku
48 Oleh-oleh
49 Hadiah
50 Ayah Nova?
51 Tiba Di Elyndor
52 Pemilik Sah
53 Permulaan Untuk Benalu
54 Peringatan Keras Untuk Para Pelayan
55 Ditolak
56 Keributan
57 Steven Emberlyn
58 Satu Ibu
59 Bolehkah Bertemu Dengannya?
60 Memberi Tahu Kaira
61 Cemburu
62 Pertemuan Steven Dan Kaira
63 Bertemu Leonel dan Clarissa
64 Mengadu
65 Kemarahan Leonel
66 Kekejaman Ben
67 Kekacauan Keluarga Frost
68 Ayah Clarissa, Musuh Nova
69 Rencana
70 Karena Aku Tidak Pernah Takut
71 Pesta Maura
72 Pesta Maura 2
73 Skandal
74 Berbalik Arah
75 Kekacauan Yang Dibuat Kaira
76 Kebohongan
77 Kondisi Maura
78 Menjenguk
79 Mengobati Sang Ayah
80 Karma
81 Kedatangan Dravien
82 Pergantian Kepemimpinan
83 Maura Lumpuh
84 Melinda
85 Kenyataan
86 Melinda bertemu Dravien
87 Hancurkan Musuh
88 Misi Sukses
89 Memberikan Pelajaran
90 Heboh
91 Perjanjian
92 Kehancuran Dravien
93 Kehancuran Musuh
94 Kapan Kita Menikah?
95 Kondisi Natalie dan Maura
96 Balasan
97 Bercerai
98 Hadiah Untuk Clarissa
99 Hari Kelulusan Kaira
100 Kelulusan Kaira 2
101 Makan Bersama
102 Ini Semua Untukmu
103 Akar Masalahnya
Episodes

Updated 103 Episodes

1
Bangunnya Sang Ahli Racun
2
Tanaman Belladonna
3
Diawasi
4
Pulang
5
Makan Malam Yang Panas
6
Sky
7
Kembali Sekolah
8
Dibully?
9
Pelajaran Kecil
10
Kedatangan
11
Delon dan Deilin
12
Kedatangan Tuan Dorry
13
Murid Baru
14
Kunjungan Sekolah
15
Virrellium-7
16
Pelakunya
17
Akan Menunggu
18
Halusinasi Lolyta
19
Awas!
20
Jatuh
21
Mata Nova
22
Jadi Pasanganku
23
Ulang Tahun
24
Terkejut
25
Aku Tahu Itu Kau
26
Perkelahian
27
Mabuk
28
Mencibir
29
Nyonya Claudia
30
Kematian Lolyta
31
Tingkah Ibu dan Anak
32
Percakapan Ayah dan Anak
33
Suruh Orangnya Sendiri
34
Diserang
35
Mari Bercerai
36
Mulai Ragu
37
Ada Darah
38
Makan Malam
39
Dijatuhkan
40
Jerry Yang Malang
41
Bercerai
42
Kepergian Kaira
43
Nikahi Clarissa
44
Operasi Berhasil
45
Krisis Eksistensi
46
Kelakuan Sky
47
Terima kasih sudah Menjagaku
48
Oleh-oleh
49
Hadiah
50
Ayah Nova?
51
Tiba Di Elyndor
52
Pemilik Sah
53
Permulaan Untuk Benalu
54
Peringatan Keras Untuk Para Pelayan
55
Ditolak
56
Keributan
57
Steven Emberlyn
58
Satu Ibu
59
Bolehkah Bertemu Dengannya?
60
Memberi Tahu Kaira
61
Cemburu
62
Pertemuan Steven Dan Kaira
63
Bertemu Leonel dan Clarissa
64
Mengadu
65
Kemarahan Leonel
66
Kekejaman Ben
67
Kekacauan Keluarga Frost
68
Ayah Clarissa, Musuh Nova
69
Rencana
70
Karena Aku Tidak Pernah Takut
71
Pesta Maura
72
Pesta Maura 2
73
Skandal
74
Berbalik Arah
75
Kekacauan Yang Dibuat Kaira
76
Kebohongan
77
Kondisi Maura
78
Menjenguk
79
Mengobati Sang Ayah
80
Karma
81
Kedatangan Dravien
82
Pergantian Kepemimpinan
83
Maura Lumpuh
84
Melinda
85
Kenyataan
86
Melinda bertemu Dravien
87
Hancurkan Musuh
88
Misi Sukses
89
Memberikan Pelajaran
90
Heboh
91
Perjanjian
92
Kehancuran Dravien
93
Kehancuran Musuh
94
Kapan Kita Menikah?
95
Kondisi Natalie dan Maura
96
Balasan
97
Bercerai
98
Hadiah Untuk Clarissa
99
Hari Kelulusan Kaira
100
Kelulusan Kaira 2
101
Makan Bersama
102
Ini Semua Untukmu
103
Akar Masalahnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!