Hakim dan Amina kembali pulang ke rumah. Keadaan Amina dan kandungannya sehat hanya saja paha bagian bawahnya terkena pecahan kaca yang menyebabkan luka dan berdarah.
Lagi-lagi Amel cemburu dan iri melihat perhatian yang diberikan keluarga besar ayahnya. Amel tidak pernah melihat ibunya diperlakukan seperti Amina. Nenek dan kakeknya bahkan jarang menemui Amel.
Amina seorang gadis biasa, yang dibesarkan di panti asuhan berhasil merebut hati Hakim. Laila sebelumnya menentang hubungan mereka karena Laila mengira Amina hanya menginginkan uang dari Hakim. Tapi semua itu tidaklah benar karena Amina tidak meminta apapun untuk mahar pernikahan mereka.
Dan ketika Amel mendengar cerita dari ibunya bahwa Laila ingin menikahkan Hakim dengan wanita lain, betapa bahagianya Amel. Amel akan membuat tidak ada satu wanita pun yang menikah dengan Hakim kecuali dirinya.
Rencana Amel pun digagalkan oleh ibunya sendiri. Tapi setelah mendengar alasan ibunya, Amel akhirnya menurut dan akan bersikap baik kepada Amina.
...----------------...
Tak terasa 9 bulan sudah usia kandungan Amina. Amel dan Dina setiap minggu datang ke rumah Amina. Mereka selalu membawakan buah-buahan dan juga air mineral untuk penguat kandungan. Lagi-lagi Amina menerima pemberian mereka tanpa ada prasangka apapun.
Hakim dan Amel lebih akrab dari biasanya. Tentu saja Amel memanfaatkan situasi. Hakim terkadang meminta bantuan Amel untuk menemani Amina di rumah jika Hakim lembur di kantor. Dan keesokan paginya Hakim akan mengantarkan Amel pergi bekerja ke kantornya.
Hakim dan Amel juga pernah bertemu di luar kota karena perjalanan bisnis mereka. Mereka akhirnya pulang dari perjalanan bisnis bersama.
Hakim selama ini menganggap Amel sebagai saudara perempuannya tidak lebih. Perhatian Hakim dan kasih sayangnya murni sebatas saudara. Tidak bagi Amel yang menganggap perhatian Hakim kepadanya adalah perhatian seorang pria kepada wanita. Amel semakin tergila-gila dan berniat akan merebut Hakim dari Amina.
Dan di malam yang dingin, hujan seperti air sungai membasahi seluruh kota. Petir melompat-lompat di langit dan angin menghembuskan hujan yang deras. Amina merasakan sakit di perutnya.
"Sayang, sayaaaaaang!" Amina berteriak.
Hakim yang berada di kamar mandi bergegas keluar. Amina kesakitan memegang perutnya. Hakim segera mengambil tas perlengkapan bayi yang sudah disiapkan Amina sebelumnya ke dalam mobil. Hakim perlahan menggendong Amina dan memasukkannya ke dalam mobil.
"Apakah kamu akan melahirkan?" tanya Hakim.
"Sepertinya iya," jawab Amina.
Hakim menuju rumah sakit dengan kecepatan penuh. Hakim sempat memberi kabar kepada papanya kalau dirinya membawa Amina ke rumah sakit.
Hakim menerobos guyuran hujan yang lebat. Jalan sedikit lebih licin. Hakim sedikit mengurangi pedal gasnya. Hakim memandangi Amina yang menahan sakit.
"Sayang, aku ingin melahirkan normal," ucap Amina.
Amina mulai merasakan perutnya sakit luar biasa. Amina mengikuti instruksi dari Hakim untuk menarik napas dan membuangnya pelan. Hakim menggenggam tangan Amina, mengelusnya pelan seolah memberikan energi kepada istrinya.
"Sayang, Caesar aja ya. Anak kita ada dua. Aku takut ...."
"Insya Allah, aku kuat," jawab Amina.
Akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Hadi telah menghubungi temannya yang berada di rumah sakit untuk menyiapkan persalinan menantunya.
Hakim menggendong Amina, menaruhnya di atas brankar yang sudah disiapkan di lobby rumah sakit. Amina dimasukkan ke dalam ruangan UGD.
Dokter dan perawat memeriksa keadaan Amina. Karena kondisi yang tidak memungkinkan, Amina tidak bisa melahirkan secara normal. Amina akan segera di operasi Caesar.
Amina sudah berada di dalam ruangan operasi. Laila, Hadi menyusul Hakim ke rumah sakit. Mereka menunggu di luar ruangan operasi. Mereka juga tidak henti-hentinya berdoa di dalam hati untuk keselamatan Amina dan anak-anaknya.
Pintu ruang operasi terbuka. Dokter keluar menemui Hakim dan orang tuanya.
"Selamat, anak Anda kembar sepasang laki-laki dan perempuan. Tapi ibunya kehilangan banyak darah dan dalam kondisi lemah. Mungkin dalam beberapa hari baru sadarkan diri," kata Dokter.
Perawat membawa kedua bayi kembar itu ke ruangan anak. Hadi dan Laila mengikuti mereka. Hadi dan Laila mengundang seorang ustaz untuk mendoakan cucu pertama mereka. Ustaz itu membacakan doa dan memberikan gelang yang terbuat dari benang hitam kepada bayi kembar itu.
Sedangkan Amina dibawa ke ruang perawatan. Amina masih terbaring lemah dengan infus di tangan dan dibantu dengan alat pernapasan. Hakim meneteskan air mata. Amina telah melahirkan anak-anak yang selama ini diinginkan keluarganya.
Di tempat lain, tepatnya di rumah eyang. Setelah mendengar kabar dari Laila bahwa Amina akan segera melahirkan, Dina bergegas ke rumah eyang untuk memberitahukan kabar itu. Eyang masuk ke dalam ruangannya. Entah apa yang dilakukan eyang yang jelas terdengar suara kegaduhan di dalam ruangannya.
Terdengar suara benda dilempar dari dalam ruangan eyang. Dari celah pintu keluar asap putih dan aroma khas kemenyan.
Dina tidak berani masuk ke dalam. Dina menghubungi Laila menanyakan keadaan Amina dan meminta maaf karena tidak bisa ke rumah sakit. Ternyata Amina melahirkan sepasang bayi kembar laki-laki dan perempuan. Anak-anak mereka sehat tapi Amina masih belum sadarkan diri.
Dina menutup teleponnya. Dalam hati Dina bertanya mengapa bayi Amina sehat. Bukannya eyang bilang akan mengambil anak Amina dan tidak akan membiarkan Amina dan Hakim bahagia. Dina sedikit kecewa dan tidak sabar menunggu eyang keluar dari ruangannya.
Setelah sekian lama menunggu, suara pintu dibuka berbunyi. Eyang keluar dari ruangannya.
"Eyang, katanya Amina melahirkan sepasang bayi kembar dan sehat," kata Dina.
"Bayi itu ada dua. Ada yang melindungi bayinya. Sabar, belum saatnya."
"Sampai kapan Eyang?"
"Belum saatnya."
"Tapi Eyang, saya sudah cape hidup dalam kemiskinan. Saya lelah menjadi orang suruhan Laila. Saya benci lihat dia bahagia! Kapan saya bisa kaya!" Dina menunjukkan kekecewaannya.
"Goblok! Kalo mau kerja, suruh suamimu kerja. Jangan suka main judi, main wanita. Kalo perlu rampok bank sana. Jika pengen cepat kaya, korbankan anakmu!" Eyang murka.
"Ampun, maaf Eyang. Jangan Amel, jangan. Amel anak saya satu-satunya. Dina akan sabar. Ampun," Dina mengatupkan kedua tangannya memohon kemurahan hati eyang.
Eyang marah hampir melayangkan tangannya ke wajah mulus Dina. Dina menutup kedua matanya. Eyang menahan emosi dan masuk ke dalam ruangannya. Eyang dengan keras membanting pintu.
BRAAAAKKKK!
"Ini semua gara-gara suami brengsek! Gara-gara dia main judi dan wanita, hutang di mana-mana, keluarganya pun membencinya. Dan Laila menjadi menantu kesayangan. Dia menikmati semua kekayaan. Tidak boleh, aku harus menghancurkan keluarga Laila!" Dina dengan perasaan kesal meninggalkan kediaman eyang dengan mengendarai motor matiknya.
"Dina, sabar sayang. Eyang akan terus membantumu. Tapi belum waktunya, karena saat ini ada kekuatan yang melindungi anak-anaknya. Uhuk!" Eyang terbatuk mengeluarkan darah segar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Fang
Betul. Kenapa sih Dina? Apa mungkin Dina ingin menumbalkan anak Amina untuk pesugihan?
2025-05-13
1
Nisa
Masih penasaran dengan rencana Dina?
2025-05-13
1
Queen
Siapa Eyang ini? Syg banget sama Dina.
2025-05-13
1