Hakim segera pulang ke rumahnya. Seperti biasa, Amina menunggunya di rumah. Hakim mandi dan membersihkan diri di dalam kamar mandi. Amina menyiapkan makan malam. Mereka makan malam bersama.
Tidak ada yang berubah. Hakim memandangi Amina yang membereskan meja makan. Amina juga mencuci perlengkapan makan mereka. Amina memperhatikan Hakim yang tidak seperti biasanya.
"Sayang, ada apa?" Amina menghampiri memegang kening Hakim.
Hakim mencium wangi aroma tubuh istrinya. Hakim menarik pinggang Amina dan mendudukkannya di atas kedua pahanya. Hakim membelai rambut panjang Amina. Amina juga meraba-raba dada suaminya.
Amina mengecup leher Hakim. Hakim mulai merasakan sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya. Hakim menggeliat. Hakim mulai mengunci bibir merah muda Amina.
Hakim menahan tengkuk Amina dan memperdalam ciumannya. Amina sedikit membuka mulutnya, dengan mudahnya lidah Hakim menjelajah tanpa jengah beradu dengan lidah Amina penuh gairah.
Tangan kanan Hakim mulai menjelajah menuruni pinggang Amina dan merengkuh bagian paling bawah Amina.
Amina juga menikmati permainan suaminya. Sampai Amina merasakan sesuatu dengan liar menegang dan menyentuh bagian sensitifnya.
Amina melebarkan kedua matanya. Amina menyentuh sesuatu yang menegang milik suaminya di bawah sana.
"Sayang, punyamu ...." tunjuk Amina.
Hakim menurunkan Amina. Hakim menarik tangan Amina masuk ke dalam kamar mereka. Hakim membuka pakaiannya dan membuangnya asal. Amina dengan jelas untuk pertama kalinya melihat 'pusaka keramat' milik suaminya berdiri.
"Sayang, apa mungkin kamu sudah sembuh?" Amina membuka lebar mulutnya.
"Kita buktikan sekarang."
Hakim perlahan melepas satu persatu pakaian Amina. Hakim dengan hati-hati merebahkan Amina di atas tempat tidur. Hakim kembali menyesap lebih dalam bibir Amina.
Amina mengalungkan tangannya ke leher Hakim. Hakim semakin rakus melahap bibir Amina kemudian turun ke leher, pundak dan singgah di 'gunung keramat' Amina. Hakim mulai memainkan lidahnya di puncak gunung Amina.
Hakim meraba-raba kebagian sensitif Amina. Hakim merasakan telapak tangannya mulai basah. Hakim perlahan mengarahkan 'pusakanya' ke dinding 'goa cinta' punya Amina.
"Sayang, kamu sudah siap?" tatap Hakim.
"Aku takut," Amina memejamkan matanya.
Hakim kembali menciumi Amina sampai Amina terlena dan tersentak saat 'pusaka keramat' milik suaminya telah menyobek keperawanannya.
Amina menjerit menahan sakit. Tangannya tanpa sengaja meremas rambut Hakim. Hakim mempercepat gerakannya. Tubuh Amina melengkung dan berlawanan arah. Hakim menghentakkan miliknya dengan menggila.
Hakim semakin liar di atas Amina. Sampai akhirnya mereka sama-sama merasakan puncak kenikmatan yang luar biasa. Hakim ambruk di atas tubuh Amina.
"Sayang, terima kasih," bisik Hakim dengan napas yang menderu.
Amina tidak bisa berkata apa-apa. Saat ini Amina merasakan tubuhnya mati rasa. Bagian sensitifnya perih. Amina hanya bisa meneteskan air mata. Amina tidak tahu saat ini dia harus menangis bahagia ataukah menangis karena sakit di bagian intinya.
Hakim mencium kening Amina dan memasukkannya ke dalam pelukannya. Hakim memijit ringan pinggang Amina. Amina mulai terlelap dan melupakan rasa sakitnya. Hakim kembali mencium kening Amina, Hakim menutupi tubuh mereka dengan selimut. Hakim memeluk Amina sampai akhirnya Hakim juga terlelap.
...----------------...
Amina mengerjapkan mata saat silau cahaya mentari masuk melalui celah jendela. Angin sepoi-sepoi berhembus lembut mengusap wajahnya. Amina melirik ke sampingnya ternyata Hakim tidak ada.
Amina bangun dan merasakan tubuhnya remuk luar biasa. Dalam satu malam Hakim berkali-kali merudalinya dengan tembakan airnya. Berbagai macam gaya sudah mereka lakukan.
Amina teringat kata-kata Hakim yang ingin segera mendapatkan keturunan. Hakim akan bekerja keras untuk mewujudkannya dan Hakim meminta kerja sama dari Amina.
Amina masuk ke dalam kamar mandi. Amina berendam dengan air hangat. Amina memandangi tubuhnya yang banyak tanda merah dari suaminya. Amina mengusap lembut dengan sabun agar tanda merah itu memudar.
Amina setelah berganti pakaian keluar dari kamarnya. Amina keheranan saat melihat di ruang tengah rumahnya dipenuhi dengan buket bunga.
"Sayang, sayang," Amina mencari Hakim yang tidak kelihatan batang hidungnya.
Amina melangkahkan kaki ke ruang tamu, ternyata di sana sudah ada kedua mertuanya. Amina dengan sopan mencium punggung tangan mertuanya.
"Mama, Papa, sudah lama? Maaf, saya bangun kesiangan," Amina sedikit menundukkan wajahnya.
Amina selama ini takut bertemu dengan mertuanya karena Amina belum memberikan keturunan. Ditambah mama mertuanya yang sering datang ke rumahnya hanya sekedar memberitahu Hakim akan dicarikan istri baru.
Dan tanpa disangka dan diduga, mama mertuanya berdiri dan memeluk Amina. Beliau meminta maaf kepada Amina karena selama ini telah melukai perasaan Amina.
"Amina, maaf, Papa baru saja mengetahui perbuatan Mama kepadamu. Atas nama pribadi, Papa mengucapkan maaf sebesar-besarnya kepadamu. Mama sangat keterlaluan. Perbuatannya sungguh tidak dapat dimaafkan!" Papa mertua Amina meninju telapak tangan satunya.
"Amina, Mama selama ini jahat sama kamu. Ternyata kamu sehat, Hakim yang sakit. Mama malu sama kamu, maafin Mama."
"Saya sudah melupakan semuanya. Mama tidak salah," kata Amina.
Hakim terharu melihat ketulusan hati mamanya yang dengan tulus meminta maaf dan mengakui kesalahannya kepada Amina. Hakim ke ruang tamu bersama dengan om dan tantenya yang juga mampir ke rumah mereka.
Mereka beralih ke ruang tengah, mertua Hakim membawa banyak makanan, cemilan. Amina dan tante Dina menyiapkan makanan untuk mereka.
"Amina, kemarin kami membawa Hakim ke tempat pengobatan. Gimana, apa ada perubahan?" tanya Dina.
"Benarkah? Jadi Mama, Papa, Om dan Tante sudah tau?"
"Iya, kami semua sudah tau. Kenapa tidak dari dulu Hakim cerita. Seandainya Tante tau, Kak Laila tidak akan jahatin kamu. Kak Laila juga gak mungkin maksa Hakim untuk menikah lagi. Ups maaf Tante keceplosan," Dina menutup mulutnya.
Amina menghela napas, "Sebagai seorang istri, kewajiban saya untuk menutupi masalah ranjang kami. Kak Hakim juga pernah menyuruh saya untuk menemukan kebahagiaan di luar sana. Kak Hakim rela jika saya mendapatkan yang lebih baik. Tapi, apapun yang terjadi saya tetap memilih Kak Hakim."
"Tante bersyukur dan berterima kasih kamu memilih Hakim. Apakah pengobatannya berhasil? Oh pasti berhasil, tanda di leher kamu itu jawabannya," tunjuk Dina.
"Nampak banget ya Tan? Duh malunya," Amina menutupi lehernya dengan kerah bajunya.
Dina memberikan Amina buah-buahan seperti apel, pir, jeruk, alpukat, pisang, makanan sehat untuk kesuburan biar cepat hamil. Amina sangat berterima kasih karena Dina sangat perhatian kepadanya.
Hakim tanpa malu-malu menceritakan percintaannya tadi malam kepada keluarganya. Orang tuanya merasa senang karena Hakim sudah sembuh. Laila memeluk Amina dan berharap Amina akan segera hamil.
Laila sungguh senang. Laila menarik Dina ke teras depan rumah Hakim. Laila memasukkan sejumlah uang ke dalam amplop. Amplop yang pertama dia berikan untuk Dina karena sudah mengenalkan kepada eyang. Amplop yang kedua Laila titipkan untuk eyang karena berhasil menyembuhkan Hakim.
Dina kembali mengirim pesan kepada eyang.
Dina : Eyang, Kak Laila ada nitip amplop buat Eyang.
Eyang : Ambil amplopnya semua buat kamu. Apa buah-buahan yang Eyang kirim sudah dimakan istri Hakim?
Dina : Sebagian ada yang sudah dimakan. Maaf kalo boleh tau untuk apa buah itu Eyang?
Eyang : Biar cepat hamil.
Dina : Makasih Eyang, nanti Dina hubungi lagi 🙏🏻.
Dina memainkan dua amplop yang ada di tangannya. Dina melihat ke belakang tidak ada orang. Dina perlahan membuka amplop yang diberikan Laila.
"Rezeki anak sholehah, 5 juta dengan mudah gue dapetin. Untuk sementara biarkan mereka bahagia, tunggu sampai Amina melahirkan. Gue penasaran apa yang akan terjadi," Dina tersenyum menyeringai.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Queen
Ada dendam apa sih kok sepertinya jahat ini orang?
2025-05-11
1
Queen
dua²nya 🤣
2025-05-11
1
Queen
😱
2025-05-11
1