"Jadi selama 5 tahun kamu masih berada di kelas satu?" tanya Li Fang kepada Chinmi.
Biasanya anak seusia Chinmi sudah berada di kelas 2, namun nyatanya Chinmi masih berada di kelas satu dan masih diajari oleh guru yang sama yaitu Liang Wu.
"Paman, kemana tujuan kita berikutnya?" tanya Chinmi, dia tidak mau mempermasalahkan akan sekolahnya yang masih kelas satu, sehingga mengalihkan topik pembicaraan.
"Sekarang kita bukan hanya menjadi buronan kerajaan Bumi Barat saja, melainkan kita juga diincar oleh berbagai kelompok dan sekte-sekte besar dari berbagai kerajaan lainnya," kata Li Fang, dia juga bingung harus pergi kemana, karena mereka berdua sudah menjadi incaran banyak kelompok di empat kerajaan besar.
"Jadi apa kita hanya akan berjalan tanpa tujuan?" tanya lagi Chinmi.
"Kita akan mencoba pergi sekte Pedang Suci di kerajaan Angin Selatan, di sana aku memiliki kenalan, mungkin dia bisa membantu kita," kata Li Fang.
Sekte Pedang Suci adalah salah satu sekte besar aliran putih. Sekte Pedang Suci terkenal akan permainan pedang yang hebat. Sekte Pedang Suci memiliki Tiga Pendekar Sihir Elemen dan juga memiliki 15 Pendekar Puncak sebagai pilar pertahanan mereka.
Sekte Besar kebanyakan memiliki 15 bahkan sampai 30 Pendekar pilar pertahanan, dan semuanya adalah Pendekar Puncak, dan Pendekar Sihir Elemen yang dimiliki biasanya paling banyak 3 Pendekar yang ahli dalam menggunakan Sihir Elemen.
"Apakah tempat tersebut sangat jauh paman?"
"Lumayan Jauh, setidaknya butuh waktu paling cepat satu bulan, dan paling lambat dua bulan jika kita kita berjalan seperti ini, itu sudah termasuk beristirahat dan menginap," kata Li Fang.
"Kalau kuda kita lari?" Chinmi semakin ingin tahu.
"Kalau kuda kita lari paling lambat 1 bulan sudah sampai, namun jika kuda kita lari tanpa henti kemungkinan hanya 1 atau dua minggu saja kita sudah bisa sampai," jawab Li Fang.
"Jangan paman! Kasian kudanya yang lari terus, dia juga pasti butuh istirahat," Chinmi tidak setuju jika kudanya harus berlari siang dan malam tanpa henti, bagaimanapun juga kuda adalah mahluk hidup yang juga bisa merasakan capek dan juga lelah.
"Anak pintar! Sangking pintarnya, kamu masih berada di kelas satu," kata Li Fang.
Chinmi menatap Li Fang dengan tatapan bingung, dia heran apakah pamannya itu memuji atau menyindir dirinya? Sedangkan Li Fang tersenyum lebar melihat expresi yang di tunjukkan oleh Chinmi.
Mereka terus melanjutkan perjalanan, terkadang mereka mampir didesa-desa untuk membeli bekal untuk perjalanan, Li Fang sudah membawa uang sebanyak 500 keping emas, dan itu semua tabungan yang ia miliki, Li Fang tidak tahu sampai kapan uang itu akan habis, jika tidak ada pemasukan itu sama saja mereka akan kehabisan uang.
Walau 500 keping emas tidak akan pernah habis jika hanya membeli kebutuhan seperti makan dan pakaian, namun jika membeli berbagai kebutuhan besar lainnya seperti pil dan berbagai obat lainya, maka jumlah tersebut tidak akan ada apa-apannya.
Setelah berjalan selama lebih dari dua minggu, Li Fang dan Chinmi singgah di Desa Shamo, tidak ada pepohonan di desa tersebut, yang ada hanyalah pasir yang begitu luas, karena desa tersebut berada di tengah pinggir Gurun pasir.
"Jangan lepas topengmu apapun yang terjadi! Kecuali kita sudah berada di dalam kamar, dan jika kamu mau keluar kamar, maka gunakan kembali topeng tersebut!" kata Li Fang yang kini menggunakan topeng yang ia beli di toko ketika pertama kali masuk Desa Shamo.
"Aku mengerti Paman!" kata Chinmi.
Mereka mencari penginapan kecil karena tidak mau mencari banyak masalah jika menginap dipenginapan besar, karena biasanya penginapan besar dan mewah hanya di sewa oleh para orang-orang besar atau para pedagang dan juga para bangsawan yang ingin melepas lelah mereka, atau sekedar beristirahat sebelum berjalan melewati gurun pasir yang luas.
Desa Shamo adalah desa yang terletak antara perbatasan Negara Bumi Barat dan Angin Selatan, sebenarnya banyak desa yang telah mereka lewati, namun kali ini mereka harus menginap karena tidak mungkin melanjutkan perjalan tanpa perbekalan seperti persediaan air minum dan konsumsi lainnya.
"Sepertinya penginapan ini sangat cocok! Kita menginap di sini saja," kata Li Fang kepada Chinmi yang saat ini berdiri di bangunan yang terbuat dari batu Alam berwarna Abu-abu dan atapnya terbuat dari rumput ilalang.
Li Fang dan Chinmi memasuki penginapan tersebut, di dalam penginapan ada beberapa orang yang sepertinya juga ingin menginap.
"Maaf, apakah masih ada kamar kosong untuk kami berdua?" Li Fang bertanya kepada pelayan Pria tua yang sedang menjaga meja.
"Ada, namun hanya tersisa satu kamar saja, bagaimana apa kalian tidak keberatan?" tanya pelayan tua tersebut.
"Kami memang hanya mau menyewa satu kamar saja," kata Li Fang.
"Baiklah, harganya lima keping perak permalam,"
Li Fang segera membayar uang sewa dengan mengunakan uang keping perak. Setelah menerima pembayaran kamar dari Li Fang, pelayan tua tersebut mengantarkan Li Fang dan Chinmi ke kamar mereka.
"Di sini kami juga menyediakan makanan, jika kalian ingin memesan makanan, kalian bisa menarik tali yang berada dibalik pintu yang berada didalam kamar kalian," kata pelayan tersebut sembari menunjukkan letak tali lonceng yang berada disebelah pintu kamar bagian dalam.
Setiap tali akan terhubung ke tempat pemesanan makanan yang ada lonceng sekaligus ada nomor kamar dilonceng tersebut sehingga para pelanggan tidak perlu repot-repot keluar kamar untuk memesan makanan mereka.
"Terimakasih banyak atas informasinya," kata Li Fang kemudian memberikan uang satu koin perak kepada pelayan tersebut sebagai tips.
Pelayan tersebut kemudian ijin kembali kemeja setelah menyerahkan kunci kamar kepada Li Fang. Sedangkan Li Fang segera menutup pintu mereka dan kemudian membuka topeng yang mereka pakai.
"Kenapa paman hanya memberi satu keping perak saja kepada Kakek itu?" tanya Chinmi yang sempat memperhatikan Li Fang saat memberikan uang tips kepada pelayan.
"Paman sebenarnya ingin memberi lebih dari itu, namun perjalan kita masih jauh, sebaiknya kita harus belajar berhemat dalam menggunakan biaya pengeluaran, jangan sampai kita kehabisan biaya saat perjalan kita masih belum sampai," kata Li Fang.
"Andai aku tahu akan begini, maka aku pasti akan membawa uang tabungan jajanku di rumah!" kata Chinmi yang terlihat mulai kelelahan.
"Kamu mau tidur? Apa kamu tidak makan dulu setelah itu baru tidur?" tanya Li Fang yang menyadari jika Chinmi terlihat mengantuk.
Chinmi tidak menjawab, dan Li Fang mencoba melihat wajah Chinmi yang ternyata matanya sudah tertutup dan terlihat jika Chinmi sudah tertidur.
"Bersabarlah Chinmi! Apapun yang akan terjadi nanti, paman akan selalu berusaha melindungi kamu dengan nyawa paman sebagai taruhannya," kata Li Fang sambil memperbaiki posisi tidur Chinmi kemudian menyelimutinya.
"Kakak, bagaimana keadaanmu sekarang?" gumam Li Fang yang teringat akan Li Xiang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 361 Episodes
Comments
S P Lani
masih ga bisa apa apa udah 5 bab skip taii ceritanya
2024-11-04
0
Imam Sutoto
jooss lanjut
2024-07-19
0
Ani Sumarni
Semoga Li fang dan Chinmi cepat mendapat tempat yang aman
ada pertolongan dari seseorang yang diutus Sang Pencipta penguasa a'lam Semesta Aamiin
2023-12-09
4