Dokter segera membuat surat rujukan dengan tujuan salah satu rumah sakit swasta di kota S.
Rumah sakit tersebut memang rumah sakit besar serta memiliki peralatan yang sangat lengkap hingga mampu melaksanakan operasi berat seperti bedah jantung atau bedah saraf.
Setelah surat rujukan dibuat, dokter segera mengurus berkas tambahan agar dapat segera memindahkan Rahmat ke rumah sakit lain.
Sejenak Nissa melupakan alasannya pulang kemarin. Ia bahkan lupa dengan tawaran Ardian, lupa dengan keinginannya akan membawa Ridho kembali bekerja.
Setelah berkas siap pihak rumah sakit segera memindahkan Rahmat menggunakan ambulans. Nissa beserta ibu dan kedua adiknya mengikuti dengan mobil carteran dari belakang.
Saat ini Nissa berada di ruangan administrasi rumah sakit yang baru. Tadi dokter yang menangani ayahnya disini memintanya untuk segera menyelesaikan pembayaran biaya awal sebagai uang muka.
"Ini biaya yang harus anda lunasi terlebih dahulu, semuanya 15 juta rupiah. Untuk sisanya bisa dilunasi setelah operasi selesai," ujar petugas berseragam hijau muda tersebut.
Hah!! Aku nggak salah dengar, kan?
"Apa biaya operasinya memang sebesar itu, bu?" tanya Nissa pada petugas yang duduk di hadapannya.
"Ini hanya uang muka saja, untuk biaya keseluruhan akan ditagih saat pasien di izinkan pulang dari rumah sakit," jelas petugas itu.
Astaga, aku lupa ini kan rumah sakit swasta.
Nissa rupanya melupakan bahwa saat ini ayahnya berada di rumah sakit swasta bukan milik pemerintah. Tentu saja biayanya lebih besar dan rumah sakit ini pasti memiliki peraturan yang berbeda dengan rumah sakit milik pemerintah.
Nissa bingung harus berbuat apa sekarang, sementara uang yang dimilikinya hanya tersisa satu juta lebih.
"Bagaimana, bisakah anda melunasinya sekarang?"
"Apa harus sekarang, bu?"
"Tentu saja, jika biaya awal tidak segera dilunasi maka operasi tidak bisa dilakukan. Ini sudah menjadi ketentuan di rumah sakit ini," jelas petugas tersebut.
"Kalau begitu saya pamit menemui ibu saya sebentar," akhirnya Nissa memilih keluar dari ruangan tersebut karena ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa.
Nissa kembali ke ruang rawat ayahnya. Nissa tertegun melihat ibu tersenyum bahagia. Padahal kemarin wajah ibu nampak sangat sedih.
Bagaimana ini? Kalau kukatakan pada ibu tentang biaya operasinya ibu pasti akan sedih. Melihat wajah ibu yang sangat bahagia ibu rasanya aku tidak tega untuk menyampaikannya.
Nissa mengurungkan niatnya masuk ke ruangan tempat ayahnya di rawat saat ini. Sayup-sayup terdengar azan dzuhur berkumandang.
Nissa segera beranjak ke masjid yang ada di area rumah sakit. Selesai mengerjakan kewajibannya Nissa lalu berdoa meminta petunjuk atas masalah yang di hadapinya.
Ardian.
Nissa yang kini sedang berada di kantin rumah sakit untuk membeli makanan tiba-tiba teringat alasannya pulang kemarin.
Aku ingat kemarin pak Ardian akan memberikan gaji dua kali lipat jika aku mau menjadi pelayan pribadinya.
Nissa segera meraih ponselnya dan mencari nama Roli di kontaknya.
"Halo, pak Roli,"
'Halo, Nissa. Ada perlu apa hingga kamu menghubungi saya?'
"Ehmm, begini, pak. Saya bermaksud menanyakan tawaran yang di berikan pak Ardian kemarin,"
'Kalau tentang masalah itu, lebih baik kamu berbicara langsung dengan pak Ardian. Saya akan menghubungkan panggilan ini dengan pak Ardian langsung'
"Baik, pak," Nissa pun menunggu, tak lama terdengar suara pria yang sangat ingin ia hindari di speaker ponselnya.
'Hai, Nissa. Bagaimana, apa kau setuju menjadi pelayan pribadiku?'
"Apakah bapak serius akan membayar saya dua kali lipat bila saya menjadi pelayan bapak?"
'Iya, aku serius. Sangat serius malah,'
"Lalu bagaimana janji bapak tentang Ridho?"
'Tentu saja aku tidak melupakannya, aku sudah berjanji akan mempekerjakan Ridho kembali asalkan kau mau menjadi pelayan pribadiku,'
Nissa terkejut mendengar ucapan Ardian, mengapa baru hari ini ia menyadari arti dari kata 'pelayan pribadi'. Apakah aku akan dijadikan budaknya, atau jadi.... Iihhhh, aku ngeri membayangkannya.
"Maksud bapak menjadi pelayan pribadi, apakah saya harus... ehmm apakah saya akan bapak jadikan perempuan pemuas nafsu bapak?" akhirnya Nissa memberanikan diri bertanya sekaligus memastikan maksud Ardian menjadikannya sebagai pelayan pribadinya.
'Ha ha ha ha ha!! Kau pikir aku akan menjadikanmu wanita pemuas nafsuku? Dimana otakmu? Kau pikir aku mau menyentuh tubuhmu itu, jangankan menyentuhnya, melihatnya saja aku tak sudi. Jadi jangan berharap terlalu tinggi,'
Ucapan Ardian membuat Nissa merasa terhina, emosinya tersulut.
"Kalau bapak tidak sudi mengapa bapak ingin menjadikan saya pelayan pribadi bapak?" sahutnya.
'Karena aku ingin menyiksamu, aku ingin membuat hidupmu menderita, tapi tenang, walaupun nanti kau kesusahan karena mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan dariku tapi aku akan membayarmu dengan upah yang tinggi,'
Nissa terdiam. Ia benci harus mengalami hal ini. Mengapa dunia tidak adil padanya, mengapa takdir sangat kejam padanya. Tidak cukupkah penderitaan yang ia dan keluarganya lalui selama ini. Tidak cukupkah hinaan yang ia dapatkan hingga saat ini harus kembali mendapat hinaan dari pria br*****k tersebut.
"Mengapa bapak sangat ingin menyiksa saya," tanya Nissa, suaranya tercekat karena ia menahan diri agar tak menangis mendapat hinaan dari Ardian.
'Karena aku sangat membencimu, karena semua masalah yang kudapatkan lima tahun lalu berawal darimu. Jadi kini saatnya aku membalaskan rasa sakit yang kuterima lima tahun lalu,' Ardian berbicara dengan gamblang dan tanpa beban.
Tanpa sadar Nissa menangis. Ia menangisi nasib buruk yang selalu menghampirinya.
Dilecehkan,dijadikan bahan gosipan tetangga, diusir dari kampung, tantenya yang melarikan diri setelah menggadaikan tanah ayahnya hingga mereka yang harus melunasinya, dikucilkan di tempat kerja, dan sekarang ia dihina oleh seorang pria.
Nissa menyeka air mata yang jatuh kepipinya. Ia sadar, saat ini ia tidak boleh lemah. Hanya ia saja yang menjadi harapan keluarganya sekarang.
"Kalau begitu apa tugas saya?"
'Kau harus mematuhi segala perintahku, menuruti segala permintaanku, menjadi pelayan rumah tangga di apartemenku, menjadi pengawal sekaligus supir pribadiku. Semua harus kau lakukan kapanpun, dimanapun, dan apapun. Jadi kau harus siap saat aku memerintahkanmu,'
"Baiklah, pak. Tapi saya punya permintaan pada bapak,"
'Apa-apaan kau ini, mengapa kau jadi ikut memberi syarat segala?'
"Saya hanya ingin bapak menepati janji bapak untuk mempekerjakan Ridho kembali, dan saya ingin gaji saya 6 bulan kedepan dibayar hari ini juga,"
'Apa kau bilang? Bisa-bisanya kau memberi persyaratan padaku, aku majikan disini, kau budakku, berani-beraninya kau ini,'
"Bapak mau tidak menyetujui persyaratan saya? Kalau tidak mau ya tidak apa-apa, saya tidak rugi juga. Bapak yang rugi kalau tidak menuruti permintaan saya,"
'Apa maksudmu?'
"Bukankah tadi bapak sangat ingin menyiksa saya, sangat ingin membuat saya menderita. Kalau begitu bayar dulu gaji saya selama 6 bulan kedepan. Jadi bapak bisa dengan mudah menyiksa saya selama enam bulan nanti tanpa takut saya akan kabur dari bapak," ujar Nissa. Jujur Nissa sangat takut menghadapi hari-hari didepannya.
'Wah, kau cerdas juga rupanya. Baiklah, aku akan segera mengirim uangnya padamu. Dan Ridho akan kupastikan ia kembali bekerja esok hari. Lalu kau jangan coba untuk kabur,' ancam Ardian di akhir ucapannya.
"Baiklah, kalau begitu terima kasih banyak. Saya akan menemui bapak dua hari lagi,"
Ardian lebih dulu memutus sambungan telepon tersebut tanpa mengatakan apa-apa.
Nissa terduduk dengan tubuh lunglai, ia bersandar pada dinding di lorong rumah sakit. Ia memejamkan matanya, ada sedikit penyesalan telah menerima tawaran Ardian, tapi ia juga bersyukur karena akhirnya bisa membayar biaya operasi Ayahnya.
Tring...
Nissa membuka ponselnya dan melihat sebuah notifikasi dari bank. Mata Nissa membola melihat jumlah uang yang masuk ke rekeningnya.
Tak apa Nissa, tak apa menderita selama enam bulan kedepan. Yang penting ayah sembuh. Kamu hanya harus banyak bersabar menghadapi tingkah manusia laknat itu.
Nissa mengucapkan kata-kata penyemangat untuk dirinya sendiri. Setelah mencuci wajahnya Nissa segera melangkah menuju ruangan administrasi dan melunasi biaya awal yang di minta.
Setelah selesai melakukan pembayaran Nissa kembali ke ruang rawat ayahnya. Ia memasang wajah bahagianya di depan ibu dan kedua adiknya yang masih duduk di bangku SMP dan SD.
"Bu, tadi pihak rumah sakit mengatakan Ayah akan segera di operasi nanti malam," ucap Nissa pada ibunya.
"Bener, Nis?" tanya ibu tak percaya.
"Iya bu, tadi Nissa habis ketemu sama petugas yang nangani administrasi, katanya ayah akan di operasi nanti malam," jawab Nissa.
"Alhamdulillah," ibu bersyukur, saking bahagianya ibu bahkan sampai menangis haru.
Nissa meneteskan air mata melihat Ibu menangis seperti ini, ia juga turut senang melihat kebahagiaan di wajah ibu dan kedua adiknya.
Nissa menatap wajah ayah yang masih setia memejamkan matanya serta banyaknya peralatan medis yang menempel ditubuh ayah, serta selang yang masuk ke hidung dan mulutnya.
Nissa meraih tangan ayah dan menciumnya dengan hikmat. Air mata Nissa tak hanya menetes kali ini, tapi mengalir dengan deras. Membasahi tangan ayah yang sudah keriput karena termakan usia.
Cepatlah sembuh, yah. Cepatlah pulih dan kembali pada ibu dan adik-adik. Cepatlah pulih agar bisa menjaga mereka karena Nissa tidak akan pulang selama enam bulan kedepan. Maaf kalau Nissa tidak ada di sisi ayah saat ayah membuka mata nanti. Nissa melakukan ini demi kebahagiaan kita semua, yah. Tolong jangan marah sama Nissa. Nissa sangat menyayangi ayah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Ard@n
👍👍👍👍
2020-11-05
0
Desrayanii
Lanjuut
5 Like mendarat untukmu...
Salam "Kasih Yang Tertunda & Detektif Cinta Anti Cinta"
2020-11-02
0
RiNaa SaRinah
adaaa bawaaang dimana"😭😭😭😭😭
2020-10-14
2