Hujan turun membasahi tanah kota ini sejak subuh tadi. Nissa yang duduk di samping jendela kamar kosannya hanya mengerucutkan bibir melihat derasnya hujan di hari minggu ini.
Huh, padahal niatnya mau belanja ke pasar, tapi kenapa hujannya tak juga reda?
Nissa menghela nafas perlahan. Gagal sudah rencana hari ini. Nissa beranjak menuju lemari plastik di samping kasur lantainya.
Nissa mengambil sebuah novel dari dalam laci paling atas lemari plastik tersebut. Ia mulai membaca lembar demi lembar novel bergenre misteri tersebut.
"Aaaaa, adegan macam apa ini, menjijikkan sekali," kesalnya saat ia tak sengaja mendapati adegan erotis dalam novel tersebut.
Nissa memasukkan kembali novel tersebut kedalam laci. Ia kembali melihat keluar jendela.
"Sudah mulai reda," gumamnya. "Lebih baik aku segera bersiap," sambungnya.
Nissa segera mandi untuk menyegarkan tubuhnya. Kini gadis itu sudah siap dengan pakaian terbaik yang dimilikinya.
Nissa mematut dirinya di depan cermin.
"Sudah rapi, saatnya berangkat," gumamnya.
Nissa mengambil sandal jepitnya. Ya, hanya sandal jepitlah yang Nissa miliki saat ini, tapi ia selalu bersyukur dan tak pernah mengeluh.
Setidaknya aku masih memiliki alas kaki walaupun hanya sandal jepit ini, di luar sana bahkan lebih banyak orang yang ber**la*ja*g kaki.
Tujuan Nissa saat ini adalah mall B, pusat perbelanjaan dan hiburan terbesar di kota ini. Nissa memasukkan mall ini sebagai daftar utamanya saat ia menerima gaji karena ia ingin sekali menonton film superhero dengan panggilan kapten itu.
Nissa yang kini telah sampai di mall B langsung menuju lantai lima mall tersebut. Sebelum kemari ia sempat bertanya pada supir angkutan umum yang ditumpanginya dimana letak bioskop di mall ini.
"Oh, kalau sinema 19 saya tahu, mbak. Lokasinya ada di lantai lima mall B," ucap pak supir bangga.
"Kok bapak hafal banget sama lokasinya, bapak sering kesana, ya?" goda Nissa.
"Setiap ada film baru yang tayang di bioskop, saya selalu kesitu bareng istri saya, mbak," ucap pak supir.
"Wah, bapak hobi nonton juga?"
"Iya, mbak. Saya sama istri saya memang suka nonton film, apalagi kalau film aksi," ujar pria yang hampir berusia setengah abad tersebut.
"Romantis, ya," ujar Nissa.
Disinilah ia berada, didepan loket pembelian tiket nonton film yang sedang ramai diperbincangkan banyak orang saat ini.
Rupanya Nissa harus menunggu sekitar satu jam setengah, setelah itu ia akan mendapat giliran masuk ke gedung bioskop. Mengingat begitu antusiasnya masyarakat datang untuk menonton film tersebut.
Sambil menunggu gilirannya, Nissa berjalan-jalan mengelilingi mall tersebut. Matanya berbinar melihat beberapa dress cantik yang terpasang pada manekin.
Ingin sekali Nissa memiliki dres tersebut, tapi Nissa ingat jika ia masih memiliki tanggungan yang besar yaitu membayar hutang keluarganya di bank.
Apalagi saat Nissa melihat harga yang tertera pada price tag ia melongo tak percaya.
Bagaimana bisa dres seperti ini harganya semahal itu, lebih baik membeli di pasar malam, harganya ratusan kali jauh lebih murah.
Plakk.
"Aow," Nissa memegangi bahunya, ia berbalik.
"Nissa, ini beneran kamu, kan?" seorang perempuan memakai dres selutut berwarna soft pink memegangi kedua tangannya.
"Dinda," pekik Nissa yang mengenali perempuan di hadapannya.
"Aaaaaaa!" mereka berdua berpelukan dan melompat kecil meluapkan kebahagiaan.
"Ya ampun, Nissa. Aku nggak nyangka loh bisa ketemu kamu disini," ucap Dinda, kedua tangannya masih menggenggam jemari Nissa.
"Sama, Din. Aku nggak nyangka juga bisa ketemu kamu disini," balas Nissa.
"Kamu ngapain disini, Nis?"
"Aku mau nonton film Captain A*****a. Habis itu mau belanja buat kebutuhan rumah," jelasnya.
"Ih, sama dong. Aku juga mau nonton film itu, suamiku ngefans banget tu sama pemerannya," ucap Dinda.
"Suami? Kamu sudah nikah, Din?"
"Iya, Nis. Aku nikah dua bulan yang lalu,"
"Aaaa, Dinda. Kamu jahat banget, sih. Nikah kok gak ngundang aku?" ucap Nissa berpura-pura sedih.
"Kamunya aja yang nggak datang, undangannya loh aku sendiri yang ngantar langsung kerumahmu,"
"Masa, sih. Kok ibu nggak ada kasih tahu aku, ya?"
"Kata ibumu kalau nggak salah kamu lagi ngurus lamaran pekerjaan,"
"Yah, maaf ya, Din. Aku jadi berprasangka buruk sama kamu," ucap Nissa menyesal.
"Santai aja, Nis. Aku nggak marah, kok. Mungkin ibu lupa ngasih tahu kamu,"
"Heem. Oh, iya. Suami kamu mana?"
"Itu, yang pake baju coklat di depan stand es krim," ucap Dinda sambil menunjuk dengan dagunya.
Nissa melihat kemana arah dagu Dinda. Seorang pria berbaju coklat datang membawa dua cup es krim di tangannya.
Nissa terperanjat saat melihat pria tersebut.
"Ridho,"
"Nissa,"
Dinda yang melihatnya dibuat heran. Ia melirik Nissa dan suaminya bergantian.
"Kalian saling kenal?"
"Iya, sayang. Nissa ini rekan kerjaku yang pernah aku ceritakan waktu itu," jelas Ridho pada Dinda.
"Jadi, rekan kerja mas yang di kucilkan di perusahaan itu, Nissa?" tanyanya lagi.
"Iya, sayang,"
"Astaga, Nissa. Aku nggak nyangka bos kalian bisa sejahat itu sama kamu," ucap Dinda heran.
"Udahlah, Din. Nggak usah di bahas,"
"Kamu punya salah apa sih, Nis? Kayanya niat banget orang itu pengen bikin kamu menderita,"
"Entahlah, Din. Aku balik duluan, ya," tiba-tiba Nissa pamit.
"Eh, Nissa. Mau kemana?" tanya Ridho.
"Mau balik, nggak enak nanti kalau orang itu ngeliat kamu sama aku akrab kaya gini. Bisa-Bisa dipecat kalau ketahuan sama bos br*****k itu,"
"Ngapain kamu balik, katanya mau nonton. Lagipula peraturan itu hanya untuk ruang lingkup kantor aja, kan," ucap Ridho.
"Bener, Nissa. Ini juga bukan di kantor, bukan jam kerja juga," sahut Dinda menimpali.
"Tapi nanti kalau dia liat gimana, aku takut kalau kamu dipecat. Orang itu kayanya benci banget sama aku," ucap Nissa jujur.
"Sudahlah, Nissa. Nggak usah dipikirkan. Lebih baik hari ini kita bersenang-senang, lagipula sudah berapa lama kita nggak jalan bareng kaya gini, Nis," pinta Dinda memelas.
"Aku nggak enak sama suami kamu, kasian dia. Nanti aku malah jadi obat nyamuk diantara kalian," Nissa berpura-pura sedih lagi.
"Ish, biasa aja kali, Nis. Iya, kan sayang?" tanya Dinda pada suaminya.
"Iya, sayang. Asal nanti malam double aja," sahut Ridho sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Dinda pun merona mendengar ucapan suaminya. Nissa yang melihat kemesraan pasangan dihadapannya ini langsung menutup mata dan menutup kedua telinganya dengan tangan.
"Aku masih kecil, om. Aku masih polos, tolong jangan berbuat mesum disini," ucapnya.
Dinda dan Ridho pun terkekeh geli melihatnya.
Sementara Ardian yang kebetulan berada tidak jauh dari situ melihat semua interaksi yang terjalin antara tiga orang tersebut.
"Roli, selidiki siapa orang-orang yang berbicara dengan Nissa saat ini. Aku akan mengirimkan gambarnya padamu," perintah Ardian melalui sambungan telepon.
Ardian mengarahkan kamera ponselnya pada Nissa dan temannya. Posisinya yang tersembunyi memudahkannya mengambil gambar mereka dengan leluasa.
Selesai mengambil gambar, Ardian segera mengirimkannya pada Roli. Disertai pesan agar segera memberikan hasilnya esok hari dibawah foto tersebut.
Aku tidak akan diam saja melihatmu tertawa seperti itu, dasar titisan nenek lampir.
********
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Mardian
semangat say....
2020-10-12
0
Rena Karisma
like😍😍😍
2020-10-01
1
Ririn Rira
Semangat up
Pingka nyicil lagi
2020-10-01
1