Keesokan paginya Nissa berangkat lebih awal dari biasanya. Ia sudah bertekad akan menemui Ardian apapun yang terjadi.
Seenaknya saja dia memotong gajiku, batinnya menggerutu.
Tadi malam ibu menelepon Nissa lagi, ibu menanyakan perihal uang yang sudah dijanjikan Nissa. Nissa terpaksa berbohong dengan mengatakan bahwa tanggal pembayaran gajinya diundurkan.
Nissa sudah menunggu di depan ruangan Ardian. Nissa yakin ia tidak akan bisa bertemu dengan Ardian bila ia menunggu di lobby, laki-laki itu pasti menghindarinya.
Tak berselang lama pintu lift khusus direksi terbuka. Ardian keluar di ikuti oleh Roli di belakangnya beserta sekretaris yang kemarin sempat di temui Nissa.
Nissa lalu menghadang langkah Ardian. Ardian yang terkejut dengan kehadiran Nissa hanya bisa menghela nafas kasar.
"Apa yang kau inginkan?" tanya Ardian.
"Bicara dengan bapak," sahut Nissa tegas, matanya menyorot Ardian dengan tajam.
"Baik, kita bicara di dalam," Ardian lalu masuk ke ruangannya di ikuti Nissa dari belakang.
"Apa kau ingin minta maaf?" sarkas Ardian langsung. Tangannya masuk ke dalam saku celananya.
Nissa tersenyum tipis. Minta maaf kau bilang, apa tidak salah? Bukannya kau yang seharusnya minta maaf padaku?
"Sepertinya anda salah paham, Bapak Ardian yang terhormat. Saya merasa tidak melakukan kesalahan apapun pada anda. Justru anda yang seharusnya minta maaf karena memotong gaji saya tanpa alasan yang jelas," Ucap Nissa sinis.
"Kenapa, kau tidak suka aku memotong gajimu?" tanya Ardian lebih sinis.
"Ya, saya tidak suka. SANGAT TIDAK SUKA," ucap Nissa penuh penekanan.
"Kalau kau tidak suka kenapa tidak berhenti saja dari pekerjaanmu?" Ardian tersenyum penuh kemenangan.
"Saya tidak akan pernah berhenti, selama saya tidak melakukan pelanggaran kontrak kerja saya, maka saya berhak mendapatkan upah saya secara penuh,"
"Kau memang tidak melakukan pelanggaran kontrak kerja, tapi kau sudah mengacaukan hariku, apalagi kejadian lima tahun lalu itu membekas sampai lubuk hatiku," Ardian menatap Nissa dengan tatapan kebencian.
"Ck, malang sekali nasib perusahaan ini karena dipimpin oleh direktur seperti anda," sahut Nissa.
"Kau!" Ardian menggeram.
"Kenapa? Saya benar, kan? Bagaimana bisa bapak memimpin perusahaan sementara bapak tidak bisa bersikap profesional dengan memisahkan persoalan pribadi dan pekerjaan?"
Got you, batin Nissa tertawa.
"Baik, kalau begitu jangan salahkan aku mengambil keputusan ini. Mulai hari ini kau ku PECAT!!" Ardian berteriak meluapkan kekesalannya.
Bukannya kaget, Nissa malah tersenyum.
"Silahkan pecat saya, dengan begitu saya akan memiliki alasan melaporkan bapak ke dinas ketenagakerjaan. Bagaimana reaksi mereka saat mengetahui direktur perusahaan besar memecat karyawannya karena masalah pribadi, selain itu anda juga memotong upah karyawan anda tanpa alasan yang jelas," Nissa tersenyum.
Ardian mengepalkan tangannya.
"Ka..kau benar-benar... Aaarrgghh!!" Ardian berteriak sambil menjambak rambutnya sendiri.
Nissa terdiam, sungguh ia sendiri terkejut saat mulutnya bisa mengeluarkan kata-kata tersebut.
Ardian kembali tenang, ia kembali menatap Nissa.
"Baiklah, apa yang kau inginkan?"
"Bayar upah saya sesuai dengan kontrak yang tertulis," ucap Nissa.
Ardian mengambil benda pipih dari saku jasnya.
"Roli, berikan sisa pembayaran Annissa Nur Hafizah yang tertunda," setelah mematikan sambungan teleponnya ia kembali menatap Nissa dengan tajam.
"Kau sudah dengar tadi, apa kau puas? Sekarang keluar dari ruanganku!" bentaknya.
Nissa segera beranjak keluar, saat sampai di pintu ia berbalik menghadap Ardian. Mereka saling bertatapan. Nissa tersenyum sumringah.
"Terima kasih, pak. Uang ini sungguh berarti bagi keluarga saya, terima kasih banyak," ucapnya.
Setelah pintu tertutup Ardian kembali berteriak, ia melemparkan benda-benda yang ada di atas mejanya.
Roli yang mendengar teriakan Ardian segera masuk ke ruangan itu. Ardian tampak kacau, rasa malu bercampur kesal bercampur jadi satu.
Malu karena kembali dikalahkan oleh Nissa dalam perdebatannya tadi. Kesal karena keinginannya balas dendam pada Nissa gagal.
"Sudahlah, bos. Akui saja kesalahanmu. Gadis itu juga tidak salah sepenuhnya, bukan dia yang membuat artikel itu, bukan dia juga yang membuat para pemegang saham menarik investasinya kala itu, dan bukan dia juga yang menyebabkan Ana berselingkuh di hadapanmu,"
"Jadi kau membela perempuan itu?" tanya Ardian kesal.
"Bukan membela, hanya menyampaikan fakta,"
"Tapi semua itu berawal darinya, dia yang memulai perseteruan waktu itu,"
"Tapi kau juga melawannya kan, bos. Coba saja waktu itu kau bisa menahan emosimu hal seperti itu mungkin tak akan terjadi," jelas Roli lagi.
"Heh, aku tak peduli. Sampai kapanpun aku akan terus mengganggunya, aku akan terus mengusik kehidupannya, sampai ia menyerah dan meninggalkan perusahaan ini atas keinginannya sendiri," ucap Ardian.
Roli menggelengkan kepala.
"Jangan terlalu membencinya, bos. Aku takut kau akan terjebak dengan permainan yang kau ciptakan ini,"
"Heh, aku Ardian Sanjaya tak akan mungkin terjebak dengan permainanku sendiri. Kau tahu kan siapa aku?" sombongnya.
"Heem, aku hanya mengingatkanmu," Roli menatap Ardian.
Sementara itu Nissa yang telah mendapatkan notifikasi dari bank segera menghubungi ibunya.
Tuuut
Tuuut
"Assalamu'alaikum," suara merdu ibu menyambutnya.
"Wa'alaikum salam," jawabnya.
"Ada apa, nduk?"
"Bu, Nissa sudah terima gaji, nanti sore Nissa kirim ya uangnya, kalau sekarang Nissa masih kerja,"
"Alhamdulillah," ucap ibu.
"Nanti Nissa kirim ke ibu 5 juta, yang 4 juta buat bayar tagihan bank, sisanya bisa buat tambah-tambah uang belanja," ujar Nissa.
"Lalu Nissa sendiri bagaimana? Ada uang buat biaya hidup Nissa disana tidak?" tanya ibu lembut.
"Alhamdulillah ada, bu. Cukup untuk kebutuhan Nissa selama satu bulan ke depan,"
"Alhamdulillah,"
"Yasudah, Nissa tutup dulu ya, bu. Gak enak nelepon lama-lama," sahut Nissa.
"Iya, Nissa hati-hati ya disana, jangan lupa sholat, jangan sampai telat makan, kalau mimpi itu datang lagi Nissa bissa hubungi ibu kapanpun," ujar ibunya.
"Iya, bu. Nissa pamit, ya. Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikum salam,"
Setelah mengakhiri panggilannya Nissa tersenyum sambil menatap pesan teks dari bank milik pemerintah.
Sisa 23 bulan lagi, pikirnya. Nissa menghitung berapa kali lagi keluarganya harus membayar angsuran di bank.
Selama 23 bulan kedepan Nissa harus bertahan. Ia rela walaupun kehadirannya tak dianggap oleh seluruh karyawan kantor selama ia bisa bekerja dan mendapatkan gaji yang besar.
Nissa rela apabila seluruh karyawan kantor mengucilkannya seperti yang ia alami selama tiga minggu ini. Asalkan ia masih bisa melunasi hutang di bank dan surat tanah milik keluarganya kembali.
Senyum Nissa memudar saat mengingat mimpi buruk yang masih setia menemaninya setiap malam.
Mimpi itu kembali hadir menghantui tidurnya. Mimpi yang kembali mengingatkannya akan kejadian di masa lalu. Entah sampai kapan bayangan masa lalunya itu menghantuinya.
Sementara Ardian kembali menyusun strategi untuk menghancurkan Nissa. Pengendalian dirinya benar-benar buruk sejak perpisahannya dengan Ana.
Bayangan Ana yang me***** bibir pria lain dihadapannya kembali menghantui ingatannya.
Ini semua gara-gara perempuan sialan itu, lihat saja, aku tidak akan membuat hidupmu tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Desrayanii
Hadir lagi akak.. semangat Like mendarat sampai sini 💕💕💕
Salam "Kasih Yang Tertunda & Detektif Cinta Anti Cinta"
2020-10-30
0
Woelan Pradipta
sepertinya pertanyaan q mulai terjawab,,,,
2020-10-16
1
RiNaa SaRinah
apakah dl nissa jd korban pemerkosaan thorr...makanya dia jd bljr bela diri
2020-10-14
1