Ada yang berbeda di lobby kantor Sanjaya Building pagi ini. Puluhan karyawan berkerumun di depan papan pengumuman.
Nissa yang baru datang pun segera ikut berkumpul dan melihat pengumuman disana.
Deg.. Nissa mengepalkan tangan menahan amarahnya saat ia membaca pengumuman tersebut. Ada gambar wajah Nissa beserta tulisan yang menyertai dibawahnya.
PENGUMUMAN
Siapapun yang berinteraksi dengan Annissa Nur Hafizah di dalam area kantor PT. Sanjaya Building akan dikenai sanksi administratif berupa pemutusan hubungan kerja secara paksa.
Demikian pengumuman ini dibuat dan wajib dipatuhi oleh seluruh karyawan PT. Sanjaya Building tanpa terkecuali.
Nissa menggeram, ia sangat kesal pada orang yang membuat pengumuman tersebut. ingin rasanya ia memukuli pria paling berkuasa di perusahaan ini.
Jadi seperti ini caramu, mengucilkanku seperti ini tak ada gunanya, aku sudah terbiasa dengan hal ini dari dulu.
Nissa menyeringai tipis, cara ini tak akan mempan, batinnya. Dulu saat ia duduk di bangku SMA hanya Dinda teman yang ia punya.
Di kampungnya pun Nissa terkenal sebagai gadis yang pendiam dan tidak suka berkumpul, tidak ada gadis sebayanya di kampung yang mau berteman dengannya.
Beberapa karyawan terkejut saat menyadari keberadaan Nissa diantara mereka. Mereka menatap Nissa dengan tatapan berbeda, ada yang heran, bingung, tapi lebih banyak yang menatap sinis dan mengejek.
Menyadari dirinya ditatap seperti itu Nissa pun mundur teratur. Ia kembali ke pos jaganya.
"Sabar ya, Nis. Aku gak tahu apa masalahmu sama pak Ardian, tapi aku yakin kamu bisa menjalani ini semua," Ridho, pasangan tugasnya hari ini menguatkan sambil menepuk pundaknya.
Nissa tersenyum miris. Ia memang bertekad akan bertahan. Lagipula yang tertera dipengumuman itu bukan hal yang berat baginya.
Ardian tiba di lobby dan berjalan menuju lift. Langkahnya terhenti saat ia berada di depan meja Nissa.
Tatapan Nissa dan Ardian bertemu. Walaupun tak bersuara tapi karyawan yang masih berkerumun di depan papan pengumuman tahu ada yang tidak beres dengan mereka berdua.
Ardian menyeringai, tatapannya menghina. Kau lihat kan, apa yang bisa kulakukan padamu. Batinnya.
Nissa membalas seringai Ardian, tertawalah sepuasmu, pak Ardian yang terhormat.
Siang ini Nissa berencana makan siang di kantin kantor di lantai dasar gedung B. Saat Nissa masuk beberapa karyawan yang melihatnya langsung bergerak menjauhinya.
Nissa tak peduli, ia mengambil piring dan sendok yang tersedia diatas meja.
"Mbak Nissa, maaf, mbak. Tapi Pak Ardian sudah melarang mbak Nissa makan siang dikantin," ucap bu Lastri, salah satu pelayan kantin.
Nissa yang sudah membuka tutup termos nasi hanya bisa menghela nafas pelan. Apa-apaan orang itu, tidak cukup mengucilkanku ia pun melarangku makan di kantin.
Akhirnya Nissa kembali menutup termos yang sudah ia buka tadi. Piring dan sendok yang sudah di tangannya pun diserahkan pada bu Lastri.
Nissa berjalan dengan gontai meninggalkan kantin. Melihatnya bu Lastri hanya bisa memandang sedih.
Nissa kembali ke pos jaganya. Biarlah untuk hari ini ia terpaksa menahan lapar. Sebuah pesan teks masuk ke ponselnya.
Bagaimana, apa kau menyerah?
Nissa mengernyitkan dahi saat membaca pesan dari nomor tak dikenalnya tersebut.
Nissa : siapa ini?
Nomor asing : kau pikir siapa yang berkuasa disini.
Nissa mulai menyadari pemilik nomor asing ini.
Nissa : Anda tak akan pernah melihatku menyerah, bahkan tidak dalam mimpimu.
Nissa lalu memberi nama nomor asing tersebut, Pria Aneh.
Ardian tertawa saat membaca pesan balasan dari Nissa.
"Kita lihat, setangguh apa dirimu, nona Nissa," gumamnya.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan. Tak terasa satu bulan sudah Nissa bekerja perusahaan tersebut. Tiga minggu sudah Nissa dikucilkan.
Nissa masih terlihat tenang seperti tak ada beban. Ardian yang mengetahuinya dibuat geram. Ia kesal karena rencananya gagal.
"Roli, tolong panggil kepala divisi keuangan," perintah Ardian.
Tanpa banyak bertanya Roli segera bergegas memanggil kepala divisi keuangan.
"Ada perlu apa bapak memanggil saya?" tanya kepala divisi keuangan tersebut saat ia berada di ruangan Ardian.
"Saya ingin gaji untuk karyawan Annissa Nur Hafizah bulan ini di potong 75 persen," perintahnya.
"Maksudnya, pak?" pria berkepala botak didepannya ini terkejut mendengar permintaan bos besarnya.
"Saya mau gaji Annissa Nur Hafizah bulan ini dipotong 75 persen. Saya tidak menerima bantahan, lakukan atau saya pecat!" bentak Ardian.
"Ba...baik, pak. Akan saya kerjakan perintah bapak," jawabnya terbata.
"Bagus, sekarang keluarlah," perintah Ardian.
Ardian tersenyum menyeringai saat pria tadi keluar, kita lihat bagaimana kau akan menghadapi yang satu ini, batinnya.
Ting.. Ting..
Sebuah notifikasi dari bank masuk ke ponsel Nissa. Nissa membulatkan matanya saat melihat pesan tersebut.
Nissa bergegas menemui kepala divisi keuangan di ruangannya.
Tok tok tok
Nissa mengetuk pintu didepannya.
"Masuk," terdengar seseorang memerintahkannya dari dalam.
Nissa membuka pintu dan berdiri tepat di depan meja pria botak itu.
"Ada apa, Nissa?"
"Begini, saya ingin menanyakan kepada bapak, mengapa saya menerima gaji yang tidak sesuai dengan kontrak yang saya tanda tangani. Seharusnya saya menerima 8 juta rupiah bulan ini, tapi mengapa hanya 2 juta rupiah yang saya terima? Tolong jelaskan, pak," Nissa menahan emosinya.
Pria tadi menghela nafasnya dan menatap iba pada Nissa.
"Saya hanya mendapat perintah dari Pak Ardian, beliau meminta saya untuk memotong gaji yang anda terima sebesar 75 persen," jelasnya.
Mata Nissa membola, ia menahan gemuruh di dada karena emosinya yang sudah mencapai ubun-ubunnya.
"Tapi apa alasannya, pak? Apakah saya melanggar peraturan perusahaan ini?"
"Saya tidak tahu, saya hanya menjalankan perintah. Anda bisa langsung menemui Pak Ardian untuk menanyakan alasan beliau memotong gaji anda,"
Nissa terdiam, ia menghela nafas kesal. Bos br*****k, umpatnya.
Nissa keluar dari ruangan tersebut lalu segera bergegas memasuki lift. Ia menekan tombol yang menunjukkan angka 5, tujuannya saat ini adalah menemui pria yang sudah merusak moodnya.
Roli yang sudah mengetahui kedatangan Nissa berdiri didepan pintu ruangan CEO tersebut.
"Maaf, Pak Ardian sedang sibuk, beliau tidak bisa diganggu,"
"Saya tidak peduli, sampaikan pada pria aneh itu saya akan tetap berdiri disini sampai dia menemui saya,"
"Anda tidak perlu menunggunya, nanti anda akan saya hubungi bila beliau telah selesai," jelas Roli.
Akhirnya Nissa kembali dengan perasaan kesal. Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada bosnya itu.
Nissa : apa maksud anda melakukan ini, mengapa anda memotong gaji saya?
Nissa mengirimkan pesan tersebut, tapi sampai jam kerjanya habis tak ada pesan balasan dari Ardian.
Sore harinya sebelum pulang Nissa kembali menemui Ardian di ruangannya. Tapi sesampainya ia disana ruangan tersebut telah sepi.
Nissa menemui sekretaris Ardian yang sepertinya sedang bersiap-siap untuk pulang.
"Permisi, mbak. Pak Ardian kemana, ya?" tanya Nissa sopan.
Wanita berpakaian seksi tersebut menatap Nissa sinis, ia mendengus.
"Ada urusan apa kamu dengan pak Ardian?" tanyanya ketus.
"Ada yang mau saya tanyakan pada beliau, mbak," jawab Nissa.
"Pak Ardian sudah pulang dari tadi,"
What, sudah pulang dari tadi? Astaga, sia-sia saja aku menunggu.
Nissa akhirnya pulang dengan wajah sendu. Ia bingung bagaimana membayar tagihan yang begitu besar dari bank.
Ting... Ting.. Ponsel Nissa berbunyi.
Pria Aneh : sudah kubilang, aku akan membuatmu menyerahkan surat pengunduran dirimu. Bila kau masih mau bertahan itu urusanmu.
Nissa menangis, mengapa manusia bisa begitu kejam pada yang lain. Ia akui kesalahannya dulu, tapi saat itu ia masih remaja dan sangat labil.
Selama tiga minggu ini ia dikucilkan, tak ada satupun karyawan yang membalas sapaannya. Begitu juga dengan Randi, pria itu seakan tak menganggap Nissa ada. Padahal biasanya selalu merayu Nissa dengan gombalan recehnya.
Dan hari ini kesedihannya bertambah, gajinya dipotong tanpa alasan yang jelas. Jangankan untuk membayar tagihan, untuk biaya hidup di kota ini saja masih kurang.
Nissa duduk sendiri di kursi taman ini, air matanya kembali mengalir kala mengingat perbincangannya dengan ibu melalui sambungan telepon tadi malam.
Nissa sudah menjanjikan akan mengirim separuh gajinya hari ini. Ibu pun sangat bahagia mendengarnya, beliau bahkan menangis haru.
Tapi semua itu hanyalah angan belaka, karena kenyataan yang didapatnya hari ini sangat pahit dan kejam.
Haruskah aku menyerah?
*******
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
나는
caranya ga prifesional deh si Ardian
2020-12-07
3
Little Peony
Semangat ya Thor
2020-10-26
0
Woelan Pradipta
ardian ternyata jg ikut" an labil,,,,di bikin bucin baru tau rasa
2020-10-16
2