Pertemuan dengan klien dari PT. Sarana berjalan selama satu jam. Setelah selesai dan menandatangani perjanjian kerja Ardian, Roli, serta dua orang perwakilan PT. Sarana makan siang bersama.
"Kembali ke kantor," titah Ardian pada Roli sang asisten sekaligus sahabat saat mereka berada dalam mobil.
Sementara di kantor, Nissa yang telah menyelesaikan makan siangnya segera kembali ke pos jaga setelah sebelumnya ia melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim di masjid yang dibangun di samping gedung B.
Ardian si playboy itu rupanya tidak mengabaikan kewajiban para karyawannya sehingga ia membangun masjid besebelahan dengan gedung B.
Roli memarkirkan mobilnya di parkiran khusus direksi. Setelah itu ia membukakan pintu mobil untuk bosnya.
"Dimana pos jaga tempat Nissa bertugas saat ini?" tanya Ardian pada Roli yang berjalan disampingnya.
"Di lobby gedung A, pak,"
Ardian menyunggingkan senyum smirk miliknya. Ia mempercepat langkahnya agar segera sampai di gedung A, selain ruangannya yang berada di lantai lima gedung tersebut, ia juga ingin bertemu Nissa.
"Sepertinya anda sedang bahagia hari ini, pak," ucap Roli yang memperhatikan wajah bosnya.
"Tentu saja, karena kalau tebakanku tentang gadis itu benar, maka aku akan memiliki mainan baru," jelasnya sombong.
Roli yang mendengar ucapan Ardian hanya bisa menggelangkan kepala. Kau belum tahu saja kemampuan gadis itu, bos.
Nissa yang melihat kedatangan Ardian dan Roli segera membukakan pintu kaca lobby tersebut. Ia memasang senyum termanisnya sambil membungkukkan sedikit tubuhnya.
Ardian melewati Nissa begitu saja tanpa memperdulikan senyuman gadis itu. Bagus, teruslah melupakanku, om.
Ardian kini berdiri di depan lift. Saat pintu lift terbuka ia segera masuk diikuti oleh Roli. Saat pintu lift akan tertutup, tiba-tiba Ardian menahan pintu besi tersebut dengan tangannya agar tak tertutup.
Roli terkejut melihat Ardian melangkahkan kaki keluar dari dalam lift.
"Pak, anda mau kemana? Kita ada meeting dengan divisi pemasaran lima belas menit lagi," jelas Roli sambil mengejar langkah Ardian.
"Sebentar saja," sahut Ardian ketus. Mendengar sahutan dari bos playboy itu Roli menghentikan langkahnya dan hanya memperhatikan punggung Ardian.
Nissa sontak berdiri saat melihat Ardian berjalan ke arahnya.
"Saya mengingatmu,"
"Maksud bapak?" Nissa memasang wajah polosnya.
"Saya ingat, kamu gadis yang pernah mempermalukan saya beberapa tahun lalu," ucap Ardian.
Glek
Ma***s deh aku hari ini.
"Maaf, pak. Tapi sekali lagi saya tekankan mungkin bapak salah mengenali saya sebagai orang lain, karena saya baru hari ini berjumpa dengan bapak," elak Nissa.
"Saya tidak mungkin salah mengenali seseorang. Kelebihan saya adalah saya memiliki ingatan yang kuat, cukup sekali saya bertemu maka saya akan mengingatnya walaupun sudah beberapa tahun berlalu," Ucap Ardian menyombongkan dirinya.
"Tapi sepertinya kali ini anda salah, pak. Saya bukanlah orang yang bapak maksud," ucap Nissa penuh penekanan.
Nissa menatap kedua bola mata Ardian, ia berusaha meyakinkan CEO muda itu bahwa ia bukanlah gadis yang dimaksud.
"Baiklah, saya akui, mungkin kali ini saya yang salah," Ardian mengalah.
"Tapi, saat terbukti bahwa kamu adalah gadis yang telah merusak harga diri saya, bahkan mengancam saya, bersiaplah menerima hukumannya," ucapnya kemudian.
Ardian tersenyum licik menatap Nissa yang kini sudah salah tingkah. Nissa gugup, gadis itu bahkan sampai menundukkan kepalanya tidak berani menatap pria tampan dihadapannya ini.
Ardian berlalu dari hadapan Nissa dan kembali menuju lift khusus direksi dan tamu penting, disana Roli masih setia berdiri di depan pintu lift menunggunya.
Ya Allah, bagaimana jika Pak Ardian berhasil membuktikan ucapannya. Apakah ia akan memecatku? Aku tidak ingin itu terjadi, ya Allah.
Nissa kembali duduk dikursi dengan perasaan takut. Ia takut bila Ardian berhasil membuktikan siapa dirinya dan akan memecatnya sebagai hukuman karena pernah berteriak membentak Ardian di tempat umum.
Nissa mendapatkan pekerjaan ini tidak mudah. Ia harus melewati tahapan ujian yang paling dihindarinya, yaitu bertarung.
Nissa sangat membenci hal itu, bahkan saat dulu ia mengikuti pertandingan ia mengundurkan diri saat pertandingan final akan dimulai.
Nissa merasa dirinya menjadi seperti seekor ayam yang disabungkan di arena sabung ayam. Apalagi saat mendengar sorakan dari para suporter, membuatnya tak bisa mengendalikan dirinya.
Menurutnya ilmu bela diri bukan untuk dipamerkan, tapi untuk melindungi diri dari hal-hal yang tak diinginkan. Apalagi untuk seorang perempuan.
Dan demi menebus surat tanah yang digadaikan di bank, Nissa rela melakukan hal yang paling dibencinya.
Ibu Nissa hanya berjualan gorengan yang hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari. Sementara Ayahnya sudah beberapa tahun ini terserang stroke sehingga harus resign dari perusahaan lamanya.
Sedangkan gaji Nissa sebagai karyawan perusahaan pengolahan kayu tidak besar, tidak cukup untuk membayar angsuran bulanan yang diberikan oleh bank.
Nissa yang kebingungan mencari uang tambahan pun akhirnya menemukan lowongan pekerjaan melalui situs Jobsite .
Nissa mencari informasi tentang perusahaan yang membuka lowongan pekerjaan tersebut dan mengetahui perusahaan Sanjaya Building menggaji karyawannya dengan upah diatas rata-rata.
Dengan modal nekat Nissa pergi ke kota B dan mengikuti beberapa tahapan tes ini. Awalnya penguji mentertawakan Nissa karena seorang perempuan melamar pekerjaan menjadi seorang petugas keamanan. Profesi yang biasanya hanya diminati oleh laki-laki.
Sebenarnya Nissa juga ingin melamar pekerjaan sebagai pegawai kantor, tapi Nissa hanya lulusan SMA yang tidak memiliki kemampuan mengoperasikan komputer, bahkan membuat akun facebook saja ia tidak bisa.
Tapi Nissa tak patah arang, meski ditertawakan ia malah bersemangat membuktikan dirinya pantas mendapatkan pekerjaan tersebut.
Dan itu terbukti, Nissa tidak hanya berhasil mengalahkan lawannya satu lawan satu. Nissa bahkan sanggup menjatukan tiga orang sekaligus.
******
Seminggu sudah Nissa bekerja disini. Sudah seminggu pula ia tidak berjumpa dengan Ardian lagi.
Ada rasa senang di hati Nissa, ia berharap hal ini menjadi pertanda Ardian tidak menemukan bukti yang pernah ia janjikan.
"Selamat pagi, Nissa," sapa seorang laki-laki bertubuh jangkung.
Nissa membalas sapaan pria itu dengan senyuman. Randi, pria berusia 25 tahun itu sudah beberapa hari ini mencoba mendekati Nissa.
"Sudah sarapan belum, Nis?" tanyanya.
"Sudah tadi pagi sebelum berangkat," sahut Nissa dengan sopan.
"Yaaa, padahal aku mau mengajakmu sarapan di kantin," keluhnya.
"Maaf, Pak Randi. Mungkin lain kali," ucapnya lagi.
"Kalau begitu, bagaimana jika kita makan siang bersama hari ini?" Randi masih berusaha merayu Nissa.
"Maaf, Pak. Hari ini saya membawa bekal sendiri," elaknya. "Jadi nanti saya mau makan diruang pusat keamanan saja," sambungnya.
Randi menghela nafasnya pelan, lalu tersenyum menatap wajah cantik Nissa.
"Ya sudah, lain kali saja," ucapnya.
"Sekali lagi maaf, pak," ucap Nissa. Ia merasa tidak enak sudah menolak ajakan Randi.
Randi tersenyum dan berlalu meninggalkan Nissa di pos jaganya. Sabar, Randi. Pelan-pelan saja. Batinnya berkata.
Nissa kembali duduk di pos jaganya sambil memperhatikan layar didepannya yang memperlihatkan gambar dari beberapa kamera CCTV kantor.
"Annisa Nur Hafizah,"
Nissa terlonjak kaget dan berdiri. Ternyata Roli telah berada tepat di depan meja kerjanya.
"Pak Roli mengagetkan saya saja," ucap Nissa sambil memegang dadanya.
"Kalau kerja jangan sambil melamun," sahut Roli.
"Saya tidak melamun pak, hanya mengkhayal saja tadi," ujar Nissa bergurau.
Roli terkekeh mendengar gurauan Nissa.
"Ikut saya," titahnya.
"Kemana, pak?" tanya Nissa penasaran.
"Cukup ikuti saya, tidak usah banyak bertanya," sahut Roli.
Nissa menurut dan mengikuti Roli, sementara ia meninggalkan Arul yang bertugas bersamanya tadi sendirian.
Nissa mengikuti Roli masuk ke dalam lift khusus direksi. Roli menekan tombol yang menunjukkan angka 5.
Ding...
Pintu Lift terbuka dilantai yang dituju. Nissa masih setia mengikuti Roli dari belakang. Banyak pertanyaan yang terlintas di otaknya tapi ia urungkan.
Mereka berjalan melewati Sebuah ruangan yang berisi belasan kubikel, setiap kubikel tersebut telah diisi oleh karyawan yang terlihat sangat sibuk, entah apa yang mereka kerjakan.
Mereka berhenti tepat di depan sebuah pintu kaca buram. Tertulis di pintu itu
CEO of Sanjaya Building.
I...ini ruangan Pak Ardian? Untuk apa Pak Roli membawaku kemari?
Nissa menyadari sesuatu, matanya membola sementara tangannya menutup mulutnya.
Astaga, apa jangan-jangan?
Roli membuka pintu kaca tersebut.
"Silahkan masuk Nona Nissa," ujarnya mempersilahkan Nissa masuk.
Nissa tersenyum sambil menganggukkan kepala. Perlahan ia masuk ke dalam.
Ardian duduk di kursi kebesarannya. Ia bersender kebelakang sementara tangannya terlipat didepan dada.
Ardian menampilkan senyuman yang tak bisa diartikan saat matanya menangkap sosok Nissa memasuki ruangannya.
Wellcome to the hell, girl.
*********
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Jay Jayanti
wah...habislah kau nissaaaaa....😁
2021-01-04
0
Azzahra Nafeza
hahhahah keren ka
2020-10-28
0
Azzahra Nafeza
hahhahah
2020-10-28
0