Tepat pukul 08.00 pagi acara penyambutan staff dan petugas keamanan yang baru digelar secara sederhana. Selain menyambut para pegawainya yang baru, hari ini merupakan hari pertama Ardian mulai menempati gedung kantornya yang baru.
Bangunan kantor baru perusahaan Sanjaya Building terdiri dari dua gedung berlantai lima yang dihubungkan dengan sebuah jembatan. Jembatan berdinding kaca tersebut menghubungkan gedung A dan gedung B dan tepat berada di lantai tiga kedua gedung itu.
"Saya ucapkan selamat datang dan selamat bergabung di PT. Sanjaya Building. Kalian adalah para SDM terbaik karena dari ribuan pelamar kalian bisa berhasil sampai di tahap ini. Semoga kita bisa bekerja sama untuk mengembangkan perusahaan ini menjadi lebih baik lagi. Sekali lagi saya ucapkan selamat datang dan selamat bergabung. Dan terima kasih karena telah memilih bekerja di perusahaan ini diantara begitu banyaknya perusahaan yang lebih besar dari perusahaan ini," setelah mengucapkan kata sambutannya seluruh pegawai bertepuk tangan.
Mereka terlihat sangat bahagia karena bisa bekerja disini. Selain gajih pegawai yang jauh diatas UMR, mereka juga mendapatkan tunjangan lain, seperti tunjangan kesehatan, tunjangan hari besar keagamaan, serta bonus apabila berhasil dalam proyek yang mereka tangani.
Bagi para pegawai dari divisi inti, mereka akan mendapatkan bonus lebih. Mereka terutama kaum hawa dapat menikmati pemandangan yang menyejukkan mata.
Ardian Sanjaya sebagai big boss mereka akan selalu melewati ruangan divisi inti karena ruangan pria itu berada tepat bersebelahan dengan ruangan mereka. Ah, indahnya.
"Bagaimana bisa kamu terlambat di hari pertamamu bekerja?"
Saat ini Nissa berada di ruangan pimpinan dari divisi keamanan. Tadi setelah acara penyambutan selesai Nissa dipanggil untuk menghadap pria berusia 40 tahun tersebut.
"Maaf, pak. Saya tidak akan mengulanginya," ucap Nissa penuh penyesalan. Ia menundukkan kepalanya, sementara kedua tangannya ia letakkan dibelakangnya.
"Sekarang beri alasan yang jelas mengapa kamu bisa terlambat?" Ahmad, pria itu bertanya sambil menatap tajam Nissa, seketika Nissa mengangkat kepalanya.
Nissa pun menceritakan kejadian yang membuatnya terlambat pagi ini. Ia menceritakan dengan singkat, padat, dan jelas.
"Baik, untuk kali ini saya masih bisa maafkan. Selain itu kemampuanmu sangat dibutuhkan perusahaan ini," ujar Ahmad.
"Terima kasih, pak. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi," ucap Nissa. Matanya berbinar menunjukkan betapa bahagia dirinya.
"Sekarang kembalilah ke pos jagamu," perintah Ahmad.
"Siap, pak," sahutnya tegas.
Begitu Nissa keluar dari ruangan itu ia pun bernafas lega. Tadi ia berpikir akan dipecat atau paling tidak mendapat surat peringatan. Ia bersyukur kedua hal itu tak terjadi.
Ding..
Pintu lift terbuka, Nissa pun masuk. Nissa menunduk hingga tak menyadari sosok pria yang ditakutinya ternyata sudah lebih dulu ada di dalam lift yang dinaikinya.
"Ekhem," Ardian berdehem. Ia melirik sekilas gadis disebelahnya.
"Ekhem!" ia berdehem lagi, kali ini lebih keras.
Sontak Nissa menoleh kesamping. Betapa terkejutnya Nissa saat ia menyadari siapa orang yang berdiri disampingnya.
Huaaa, ada apa lagi ini? Mengapa aku malah masuk ke dalam lift khusus ini? Dasar b***h.
Nissa memaki kebodohannya sendiri, dari pertama ia melihat Ardian di lobby tadi, ia berniat untuk sebisa mungkin menghindari pria disampingnya ini.
Ardian menekan tombol khusus untuk menghentikan lift ini sementara waktu. Setelah itu ia melipat tangannya didepan dada dan memutar tubuhnya kesamping, menghadap Nissa yang kini hanya bisa menundukkan kepala.
Semoga dia lupa, semoga om ini tidak mengenaliku.
"Mengapa kamu masuk ke dalam lift ini?" tanya Ardian, netranya menatap tajam pada Nissa.
"Maaf, pak. Tadi saya tidak fokus," ucap Nissa pelan.
"Tatap wajah orang itu saat kamu berbicara dengannya," ucap Ardian.
Seketika Nissa mengangkat kepalanya dan matanya menangkap tepat mata pria dengan tinggi badan 181 sentimeter itu.
Nissa sampai mendongak karena perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh. Dengan tinggi hanya 162 sentimeter gadis itu hanya setinggi bahu Ardian.
Gantengnya, ya Allah. Begitu indah ciptaan-Mu ini.
Nissa ternganga dan mengulas senyum tanpa ia sadari. Ardian yang ditatap seperti itu hanya bisa terkekeh geli.
"Tutup mulutmu, nanti ada lalat masuk," ucapnya yang membuat Nissa tersipu malu dan segera menutup mulutnya.
"Kamu dari divisi keamanan?"
"Betul, pak. Saya Nissa, petugas keamanan yang baru," ucap Nissa memperkenalkan diri.
"Nissa?" Ardian mencoba mengingat sesuatu saat mendengar nama Nissa.
"Ya, pak?" Nissa mengira Ardian memanggilnya.
"Oh, bukan. Saya hanya mencoba mengingat sesuatu.
Deg.
Oh, tidak. Jangan sampai om ini mengingatnya.
"Lain kali jangan menggunakan lift ini. Gunakan lift khusus karyawan," titah Ardian.
"Baik, pak. Saya mengerti," ucap Nissa dengan membungkukkan sedikit badannya kedepan.
Ardian kembali menekan tombol untuk menjalankan kembali lift tersebut.
Ding..
Pintu lift terbuka di lantai satu, tepatnya di bagian lobby. Ardian keluar lebih dulu diikuti Nissa dibelakangnya.
"Pak," panggil Nissa, Ardian berbalik menghadap kebelakang.
"Saya minta maaf atas kelalaian saya, saya tidak akan mengulanginya, pak," ucap Nissa tegas.
"Heem," sahut Ardian. Pria itu mengibaskan tangannya sebagai tanda agar Nissa segera berlalu dari hadapannya.
Nissa segera berlalu, ia tersenyum kecil. Yes, om itu sepertinya tidak mengingatku, artinya aku aman.
"Tunggu!"
Baru beberapa langkah berlalu dari hadapan pria dengan jabatan CEO tersebut, langkahnya terhenti saat Ardian memanggilnya.
Dengan jantung yang sudah berdebar tak karuan, Nissa memutar tubuhnya.
"Ya, pak. Anda memanggil saya?" sambil tersenyum menampilkan deretan giginya yang putih.
"Apa kita pernah bertemu sebelum ini? Saya rasa kita pernah bertemu sebelumnya, karena wajahmu sangat tidak asing,"
Glek.
Bagaimana ini, dia mengingatku. Berpikir Nissa, berpikir. Ah, iya. Sebaiknya aku berpura-pura tidak mengenalinya.
"Mungkin bapak salah mengenali saya sebagai orang lain, saya yakin ini adalah pertemuan kedua kita," ujar Nissa bohong.
"Lalu dimana pertemuan pertama kita?"
"Di lobby pak, saat acara penyambutan tadi pagi," ucap Nissa lagi.
Ardian menatap lekat wajah Nissa. Keningnya berkerut seolah sedang berpikir keras. Setelah itu ia berlalu begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi.
Nissa melongo melihat sikap Ardian yang tiba-tiba pergi begitu saja. Huft, aku selamat. Ia lalu segera berjalan menuju pos jaganya.
Sementara Ardian langsung masuk kedalam mobil yang telah terparkir di depan gedung A, gedung tempatnya bertemu dengan Nissa tadi.
Roli membukakan pintu belakang mobil tersebut. Setelah Ardian masuk ia segera menutupnya dan memutari mobil dan menuju ke kursi pengemudi.
Roli yang notabene adalah sahabat Ardian kini bekerja sebagai asisten pribadinya. Sebelumnya Roli bekerja sebagai sekretaris Kak Hendri di Hotel Marissa.
Empat tahun yang lalu Ardian meminta Kak Hendri untuk melepas Roli agar bisa mengikatnya menjadi asistennya. Ardian yang saat itu baru memulai usahanya sangat membutuhkan kemampuan Roli.
Selain itu Ardian juga membutuhkan Roli sebagai sahabat. Ardian sering mencurahkan isi hatinya pada Roli. Roli pun menjadi pendengar yang bijak. Banyak nasehat Roli yang membantu Ardian hingga ia bisa mencapai kesuksesan seperti saat ini.
"Apa berkas untuk meeting dengan PT. Sarana sudah disiapkan?" tanyanya tak lama setelah Roli menjalankan mobil.
"Semua berkas sudah siap, pak," jawab Roli.
Roli memberikan sebuah map berwarna hijau melalui tangan kirinya. Ardian segera menerimanya, lalu mulai memeriksa berkas tersebut.
"Roli,tolong selidiki salah satu petugas keamanan kita yang baru," titahnya, sementara tatapannya tidak teralih dari berkas tersebut.
"Yang mana, pak?"
"Nissa," sahutnya singkat.
"Maksud anda satu-satunya karyawan perempuan dari divisi keamanan?"
"Heem," sahutnya lagi.
"Baik, pak,"
"Aku hanya ingin tahu dia tinggal dimana, dan apakah dia pernah mengikuti pertandingan bela diri atau tidak, aku ingin informasi tentang itu sedetail mungkin,"
"Baik, pak. Akan segera saya laksanakan,"
Ardian menutup map dan meletakkan berkas tersebut di kursi penumpang di sampingnya.
Pandangannya beralih keluar jendela mobil, sikunya menumpu di ujung jendela mobil tersebut. Senyuman licik terbit di wajahnya.
Lihat saja, aku tidak akan melepaskanmu begitu saja kalau memang benar kau adalah gadis titisan nenek lampir itu.
********
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Jay Jayanti
wah...gawat kau nissa....🤭😀
2021-01-04
0
Azzahra Nafeza
ternyata adrian masih ingat hehhe
2020-10-28
0
Desrayanii
5 Like untuk Akak semangat Akak 🥰🥰💕
Salam "Kasih Yang Tertunda & Detektif Cinta Anti Cinta"
2020-10-13
0