Bruukk
Aku baru saja keluar dari mobil saat seseorang menabrakku dari belakang. Seketika aku menoleh dan mendapati seorang perempuan setinggi dadaku menundukkan kepalanya.
"Kalau jalan hati-hati mbak," ucapku lembut, aku tahu gadis itu ketakutan karena ia me***** ujung bajunya dan menundukkan kepalanya tak mau melihatku.
"Ma..maaf mas. Sa..saya gak se..sengaja nabrak mas," lirihnya. Suaranya bergetar menahan takut.
"Mbak, gak usah takut. Saya gak minta ganti rugi kok," ujarku sambil memegang kedua bahunya.
Gadis itu perlahan mendongakkan wajahnya perlahan. Cantik. Satu kata untuknya. Tapi ia terlihat seperti mencemaskan sesuatu.
"Sekali lagi saya mohon maaf mas, saya benar-benar gak sengaja," ucap gadis itu.
Setelah itu ia segera berlari meninggalkanku yang masih berdiri seorang diri di tempat parkir ini.
Aku pun berjalan perlahan menuju pintu utama hotel ini, sambil menikmati indahnya pemandangan di sekitar hotel. Tukang kebun yang kupekerjakan untuk mempercantik taman di depan hotel ini benar-benar melakukan tugasnya dengan baik. Tidak sia-sia aku membayar mahal mereka.
Saat sampai di lobby hotel aku melihat Dadang, salah satu petugas keamanan sedang berseteru dengan seorang gadis.
"Itukan gadis yang menabrakku tadi," aku bergumam dalam hati.
Aku pun berjalan mendekati mereka. Entah mengapa jantungku berdebar saat melihat gadis itu. Gadis yang mengenakan kaos polos berwarna putih dan celana jeans itu seketika berhenti berdebat dengan Dadang dan menatapku.
"Ekhemm...." aku berdehem untuk menyadarkan Dadang akan kehadiranku.
Dadang membalikkan tubuhnya, ia lalu sedikit menundukkan tubuhnya.
"Selamat pagi Pak Ardian," ucapnya sopan.
"Bisa tolong jelaskan tentang keributan yang terjadi disini?" tanyaku padanya.
"Begini Pak, wanita ini mengaku sebagai putri Bapak Haris, salah satu koki direstoran hotel dan memaksa untuk masuk ke ballroom hotel," jawab Dadang tegas.
"Lalu?"
"Seperti yang Bapak ketahui hari ini akan dilangsungkan resepsi pernikahan Putri walikota di ballroom hotel, dan hanya yang membawa kartu undangan saja yang diperbolehkan masuk," jawab Dadang lagi penuh ketegasan.
"Lalu apa hubungannya dengan Pak Haris?" tanyaku lagi.
"Pak Haris adalah koki yang bertanggung jawab untuk menyajikan menu restoran hotel kita pada acara resepsi pernikahan ini Pak,"
Aku lalu mengalihkan pandanganku pada gadis yang mengaku sebagai putri chef Haris, gadis yang tak sengaja menabrakku di parkiran tadi.
"Mohon maaf sebelumnya, mengapa anda ingin masuk ke ballroom hotel ini?" tanyaku pada gadis itu.
"Saya ingin menemui ayah, saya harus segera memberi tahu ayah, bunda terkena serangan jantung dan sedang dirawat di ICU," lirihnya. "Tapi bapak ini melarang saya," sambil menunjuk Dadang.
Wajahnya cemberut, tapi malah menambah kesan manis padanya.
"Kami mohon maaf apabila telah menyakiti perasaan anda, tapi petugas keamanan di hotel ini hanya mengikuti peraturan yang ada," aku berkata dengan lembut tapi tetap harus menunjukkan sikap profesional.
"Mengapa anda tidak menghubungi chef Haris lewat ponsel saja? Atau menelpon dapur resto hotel ini?" tanyaku. Dapur restoran hotel ini memang menyediakan telepon yang bisa digunakan bagi keluarga pegawai restoran bila ada hal mendesak.
"Ayah lupa membawa ponselnya, dan saya tidak tahu nomor telepon dapur restoran," jawabnya.
Gadis itu menunduk, beberapa detik kemudian kulihat tetesan cairan bening berjatuhan ke lantai. Rupanya gadis itu menangis.
"Hei.. Hei.. Tenanglah, jangan menangis," aku berusaha menenangkannya sambil memegang kedua pundaknya.
"Siapa namamu?" tanyaku.
"A..Ana," ia menjawab terbata-bata.
Aku pun tersenyum, nama gadis cantik ini ternyata Ana.
"Baiklah Ana, kau ikuti aku. kita akan menemui ayahmu," ujarku sambil terus tersenyum dan menatap matanya.
Deg..
Perasaan apa ini, rasa yang aneh, tak pernah kurasakan sebelumnya. Matanya seakan menghipnotisku. Aku merasa melayang.
"Benarkah, benarkah anda akan membantuku?" tanyanya yang menyadarkanku dari lamunanku.
Kulihat binar kebahagiaan dimatanya. Ah, mata ini lagi.
"Benar, sekarang ikuti aku," perintahku padanya.
Aku segera menuju dapur restoran hotel. Jarak lobby hotel menuju dapur restoran tidaklah jauh, mungkin hanya sekitar empat puluh sampai lima puluh meter saja.
"Terima kasih karena anda mau membantuku," kata Ana ditengah perjalanan kami.
"Tidak usah sungkan, sudah kewajibanku membantu para pegawai hotel ini, termasuk keluarganya," ujarku sambil tersenyum.
Sementara Ana hanya terdiam, lalu ia pun tersenyum padaku. Senyumnya sungguh indah dimataku.
Aku segera menemui Risma, ia adalah manajer restoran hotel. Aku lalu menjelaskan situasinya pada Risma, wanita yang terpaut tiga tahun lebih tua dariku itu pun memahami situasi yang ada dan segera meminta salah satu pelayan untuk memanggil chef Haris yang saat ini sedang berada di ballroom hotel.
Beberapa menit kemudian chef Haris tiba, ia terkejut melihat kedatangan Ana di sini.
"Ana, apa yang terjadi?" tanya chef Haris.
Ana yang ditanya tak menjawab, malah memeluk sang ayah, ia menangis sesenggukan.
"Ana, tenangkan dirimu." Chef Haris berusaha menenangkan Ana, ia membelai punggung putrinya dengan lembut.
"Tenangkan dirimu, kalau kau menangis bagaimana ayah tahu permasalahan apa yang terjadi,"
Tak lama tangisan Ana reda, ia memegang tangan ayahnya.
"Ibu.. Ibu terkena serangan jantung yah. Sekarang ibu dirawat di ruang ICU," Ana mulai menjelaskan.
Chef Haris pun terkejut, ia tak bisa menutupi rasa cemas pada raut wajahnya. Aku tahu yang dirasakannya. Ia pasti bingung, antara ingin pergi kerumah sakit atau tetap bertahan dihotel. Terlebih hari ini walikota mengadakan resepsi penikahan anaknya di ballroom hotel ini, dan Chef Haris adalah penanggung jawab menu sajian acara tersebut.
"Kalau anda ingin pergi kerumah sakit, saya tidak akan melarangnya pak," kataku pada chef Haris.
Chef Haris menatapku tajam, ada rasa tak percaya di wajahnya. Ia juga seperti orang bingung.
"Bagaimana dengan resepsi pernikahan putri pak walikota?" chef haris bertanya sambil menatapku, tatapannya berubah sendu.
"Tenang saja pak,apa bapak lupa restoran kita memiliki beberapa chef handal yang bisa diandalkan, contohnya chef Tika," aku menjelaskan pada chef Haris agar ia tak merasa bersalah dan bimbang.
"Yang dikatakan Pak Ardian itu benar chef," ujar Risma menambahkan.
Chef Haris kembali menatapku, ia lalu tersenyum.
"Terima kasih atas pengertiannya pak, bu," ucapnya. "Kalau begitu saya akan segera ke rumah sakit menemui istri saya. Sekali lagi terima kasih," ucapnya lagi.
Aku dan Risma hanya bisa tersenyum. Chef Haris lalu menggandeng Ana keluar restoran. Mereka melewati lobby hotel. Aku sempat mengantarnya sampai lobby, sebelum mereka melewati pintu utama hotel ini Ana menoleh kebelakang. Matanya menatap mataku, kemudian ia tersenyum sambil mengucapkan terima kasih lewat gerakan bibirnya.
Deg..
Jantung ini kembali berdebar tak karuan. Astaga... Apa yang sudah terjadi padaku?
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Jay Jayanti
lha itu...chefnya yg tika..hehe..author bukan yach... wkwkwk....😁✌
2021-01-04
0
Rianiastuti
aj mampir
2020-12-22
0
Dewi Sari
cp3
=cinta pd pandangan pertama
2020-11-27
0