005. Jebakan Jodoh

"Mulai dari sekarang nggak usah pakai pakaian kayak gitu lagi kalau keluar. Pakai baju panjang saja."

Fandi melirik Diandra yang berjalan di sebelahnya, jarak keduanya bahkan hampir satu meter. Diandra langsung melirik kearah Fandi, lalu memperhatikan penampilannya sendiri. Kaos basic berwarna burgundy yang tidak terlalu croptop namun sedikit ketat, lengan sedikit pendek. Bawahan loose pants berwarna hitam. Tidak ada yang salah dari bajunya.

"Ngga usah ngatur." Diandra menjawab malas perkataan Fandi.

"Kamu bisa ngomong ternyata."

Fandi terkekeh sendiri dengan perkataannya. Walaupun bukan kalimat panjang, namun Fandi senang akhirnya Diandra mau membuka mulut untuk berbicara dengannya. Diandra melirik tajam Fandi yang saat ini memasukan tangannya kedalam saku celana dan berjalan santai seperti tidak ada beban. Bahkah raut wajah tidak menunjukkan kesedihan sama sekali, malah semakin bersinar saja.

"Bu Gina gimana keadaannya?"

Fandi menatap dalam wanita cantik disampingnya. Menghela napas pelan sebelum menjawab.

"Sudah ditangani dokter, saya belum ada melihat ponsel lagi. Jadi belum tau keadaannya bagaimana."

Diandra menatap tak percaya kearah Fandi. Bukankah lelaki itu terlihat santai untuk seorang anak yang menyaksikan ibunya pingsan? Diandra bahkan ingin memukul kepala Fandi dengan apa saja saat ini. Diandra rasa memang ada yang salah dengan otak pria yang berjalan disampingnya itu.

***

"Semuanya baik-baik saja, keadaan ibu kini sudah lebih baik. Kedepannya tolong dijaga ya pak, jangan sampai terulang lagi karena akan berakibat sangat fatal bila telat mendapat penanganan."

Pria paruh baya dengan jas putih memberi penjelasan kepada Fandi dan keluarganya terkait keadaan Bu Gina. Akibat kejadian tadi Bu Gina mengalami serangan jantung ringan, untung saja cepat dibawa kerumah sakit dan cepat mendapatkan penanganan. Itu yang Diandra tangkap dari penjelasan dokter barusan.

Diandra saat ini berada di kamar rawat VVIP Bu Gina. Sedangkan beliau sendiri masih belum sadar, menurut dokter itu karena efek obat serta syok berlebih yang dialami wanita paruh baya itu. Orang tua mana yang tidak syok jika anak kebanggaannya dituduh menghamili anak orang.

"Kamu mau pulang?"

Fandi menghampiri Diandra yang duduk di sofa pojok ruangan rawat sang ibu. Gadis itu terlihat sudah mengantuk. Jam sudah menunjukan pukul 10 malam, terlihat dari wajahnya Diandra pasti sangat lelah.

"Githa ke sini. Masih dijalan."

Fandi mengangguk lalu duduk disebelah Diandra. Keduanya larut dalam keheningan menatap kearah yang sama, Bu Gina yang sedang terbaring dengan selang infus menatap di tangan kirinya. Wajahnya sudah tidak sepucat tadi. Abidin dengan setia menggenggam tangan kanan istrinya juga sesekali mengelus Surai Bu Gina dengan sayang. Lingga sendiri menghilang entah kemana.

"Aku lapar."

Diandra menatap Fandi. Dirinya susah tidak bisa lagi menahan rasa lapar, bahkan perutnya sudah berbunyi sejak tadi. Untung saja tadi Fandi berdiri disamping bed Bu Gina, sehingga hanya Diandra saja yang mendengar bunyi perutnya.

"Ayo cari makan." Fandi berdiri lalu berpamitan pada sang ayah. "Pah, Fandi cari makan bentar ya. Nanti Fandi balik lagi, papa nggak apa-apa sendiri?"

"Ngga apa-apa nak, makan dulu sana. Tidak baik membiarkan perut kosong."

Fandi mengangguk lalu menggandeng tangan Diandra keluar. Ketika sudah di luar, Diandra menghempas tangan Fandi pelan. Diandra sedikit risih dengan perlakuan Fandi, hendak menegur saat di dalam tadi namun tidak enak dengan pak Abidin.

"Nggak usah main asal gandeng gitu bisa kan? Aku risih."

"Oke, saya minta maaf. Ayo."

****

Setelah selesai makan di depan pelataran rumah sakit yang untung saja masih ada beberapa penjual makanan masih buka. Githa datang dengan wajah cemberut.

"Lama amat Git, dari mana aja?"

"Ye kocak, gue beresin barang disana lah."

Diandra agak curiga dengan jawaban Githa, barangnya tadi sudah dikemas semua dan setahu Diandra barang-barang Githa pun sudah di kemas oleh gadis itu. Jarak kediaman Hilda ke rumah sakit juga tidak terlalu jauh, walaupun mungkin terjebak macet tapi tidak akan menghabiskan waktu sampai hampir tiga jam 'kan?

Diandra mengangguk saja. Tatapannya beralih pada seorang pria yang datang bersama Hilda. Pria berambut sebahu, bermata sipit, dan berkumis rapi membuat kesan garang pada wajahnya. Diandra yakin lelaki itu jika tidak berkumis pasti manis wajahnya akan terlihat manis. Pria ini sepertinya dan Githa saling mengenal karena seingatnya tadi yang mengantar kunci mobil pada Fandi bukan pria ini.

Fandi berdeham keras membuat Diandra melirik lelaki yang duduk disampingnya itu. Keduanya tadi memesan nasi goreng dan teh es. Fandi terlihat kesal melihat Diandra terus menatap Jerry, temannya yang datang bersama Githa barusan. Ayolah, ada Fandi yang jauh lebih tampan dari Jerry, tapi Diandra malah menatap Jerry. Bahkan sedari tadi Fandi mencoba menarik perhatian Diandra saja tidak berhasil. Fandi jadi kesal sendiri dengan Jerry.

"Kok jadi elu Jer, Ridwan kemana?"

Sama seperti Diandra, Fandi juga sedikit menaruh curiga pada gelagat Githa dan Jerry. Datang lama dengan wajah Githa yang cemberut, sangat mencurigakan. Sedari tadi juga Fandi melihat Jerry yang mencuri pandang pada Githa.

"Ridwan jemput pacarnya."

"Ridwan punya pacar?"

Fandi bertanya heran, sepengetahuannya Ridwan jomblo akut. Bahkan lelaki itu terus mengeluh iri dengan kawan-kawan satu asramanya yang setiap malam bertelepon dengan pacar mereka masing masing-masing. Apalagi jika malam Minggu begini, beberapa pasti akan pergi keluar dengan pacar mereka.

"Nggak tau. Kok elu nanya gua?!"

"Kok lu nyolot?!"

"Udah-udah."

Diandra melerai keduanya melihat tatapan Jerry seperti akan memakan Fandi hidup-hidup itu. Dirinya kembali menatap Githa yang tanpa sepengetahuan Fandi dan Diandra, tangan mencubit paha Jerry dibawah meja. Membuat Jerry meringis tertahan. Pahanya terasa panas.

"Yuk balik."

Githa mengajak Diandra yang terlihat sudah selesai makan. Gadis itu bahkan tak repot-repot menunggu jawaban Diandra, Githa langsung berdiri dan berjalan menuju parkiran. Jerry yang melihat itu gegas menyusul Githa dan menahan lengannya, membuat Diandra dan Fandi saling tatap.

"Mereka kenal?" Diandra yang tadi sudah berdiri kembali duduk.

"Mereka pacaran."

Jawaban Fandi sukses membuat Diandra menganga. Sejak kapan Githa punya pacar, gadis itu bahkan tidak bercerita.

"Yang bener?"

"Tadinya saya nggak yakin sih, dulu kalo nggak salah Jerry pernah nunjukin foto pacarnya. Fotonya agak buram, tapi saya yakin pas liat temen kamu dari dekat kalo dia ternyata pacar Jerry."

Demi apapun Diandra syok bukan main. Ada berapa lagi kejutan yang akan dirinya dapat hari ini. Diandra mencoba mengingat kembali siapa tau Githa pernah bercerita tentang pacarnya, namun semakin mengingat Diandra semakin yakin bahwa Githa memang tidak pernah bercerita tentang hubungannya.

"Dia nggak pernah cerita kalo punya pacar. Kamu nggak salah orang kan? Bisa aja bukan Githa tapi orang lain gitu."

"Enggak, saya yakin Diandra. Githa temen kamu itu pacarnya Jerry, temen saya."

Ternyata pepatah 'dunia hanya sebesar daun kelor'  memang benar adanya ya. Diantara miliaran orang dimuka bumi ini, Githa malah menjadi pacar dari teman lelaki yang sudah mengisi hari-hari Diandra dulu. Dan kini lelaki itu juga mengklaim secara sepihak bahwa Diandra adalah tunangannya. Tidak bukan pepatah tentang daun kelor, melainkan tentang terori benang merah.

Diandra terdiam memperhatikan Githa dan Jerry yang sepertinya sedang adu argumen. Wanita itu menatap Fandi yang tengah meminum teh es miliknya yang kebetulan belum habis itu sambil sesekali terkekeh melihat Jerry menjambak rambutnya frustasi, lalu tatapan turun kearah tangan kirinya yang kini tersemat sebuah cincin.

Diandra masih tidak tau apakah ini nyata atau tidak, kepalanya terasa berat sekali. Diandra berdiri hendak menghampiri Githa dan membawanya pulang, namun belum juga melangkah Diandra sudah terhuyung dan hampir terjengkang kebelakang jika Fandi tidak menangkapnya. Kepalanya sakit, sakit sekali. Dan tak lama setelah itu semuanya menjadi gelap, bahkan suara Fandi yang memanggil namanya hanya terdengar seperti gumaman. Diandra jatuh pingsan.

Terpopuler

Comments

Victorfann1dehange

Victorfann1dehange

Lanjutkan kisahnya segera ya, thor

2025-04-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!