Bab 5 : Mendadak Nikah

Bab 5 : Di bab ini akan ada berita simpang siur, mendadak nikah... Happy Reading 🩷 🩷

***

Langit senja seakan berkejaran di sisi kiri seiring roda mobil yang bergulir di atas aspal jalanan. Langit berwarna jingga absolute dengan garis semburat kelabu di ujungnya membuat Euis tidak bosan terus menatap kaca jendela dengan pikiran yang semrawut; tentang pekerjaan yang belum ada kejelasan, tentang ibunya yang butuh pengobatan, biaya belanja kitab kedua adiknya yang masuk pesantren penghapal Al-Qur'an dan ahli tafsir.

Rasa kantuk Euis jadi hilang dengan kelakuan Rayhan yang terus menempelkan kepala di bahunya. Hingga suara kernet elf bus memberitahu nama kampungnya.

"Cikijing... Cikijing... Neng yang mau turun di Cikijing!" seru Kernet.

Euis tunjuk tangan, tidak bersuara di dekat Rayhan, dia menjaga agar Rayhan tidak terbangun. Ia pun pelan-pelan melewati lelaki yang terlelap itu. Dengan sedikit bawaan, Euis turun di terminal Cikijing, lalu melanjutkan lagi dengan ojek ke arah rumahnya.

Hari sudah malam saat ia sampai di terminal, jadi ojek yang ke arah rumahnya agak jarang, Euis lama menunggu di sebuah Warkop.

Tanpa ia tahu, Rayhan pun ikut turun dan memantau Euis dari kejauhan. Dia tahu Euis mulai risih dengan sikapnya yang terang-terangan menyatakan rasa suka. Oleh karena itu Rayhan tidak ingin Euis tahu kalau dia mengikutinya.

"Kang, Desa Suka Mukti." Euis menyetop ojek. Gadis itu pun naik ojek yang biasa lewat desanya.

"Lagi mudik neng Euis?" tanya ojek yang sudah mengenal keluarganya.

"Iya Kang, bapak nyuruh pulang." jawab Euis

"Akang dengar neng Euis akan dilamar juragan Emon anaknya haji Bangkong, benar apa benar, neng?" tanya Cecep tetangga desanya.

"Ahh engga benar itu, saya aja baru dengar. Juragan Emon yang mana aku engga tahu kang." bantah Euis

"Itu neng, yang gendut perutnya sejak dulu seperti itu, kayak Kentung. Teman sekolah SD akang. Anaknya sudah lima, memang istrinya baru satu sih, namanya juga orang berduit neng, istri satu itu kurang!" jelas Cecep

"Udah tua atuh... tapi itu berita gak benar, Kang." jawab Euis santai

"Beritanya jadi simpang siur gitu, neng. Tapi bagus deh beritanya gak benar, kalau benar bisa bahaya, istri pertama Juragan Emon galak, Euis! Bisa makan hati kamu kalau nikah sama si Kentung!" seloroh Cecep bahunya sampai terguncang karena tertawa.

Motor pun sampai di pekarangan rumah yang sangat sederhana. Rumah semi permanen namun terlihat bersih dan terawat. Di halaman ditumbuhi aneka tanaman bunga koleksi ibunya yang rajin bercocok tanam.

"Assalamualaikum ibu bapak... Euis pulang." serunya di depan pintu.

Dia memperhatikan kondisi rumahnya yang baru saja di cat warna hijau daun muda, kata orang hijau miskin. Tapi Euis tidak mau berkomentar kuatir orangtuanya tersinggung. Begitu juga kursi-kursi plastik tersusun di pojokan halaman rumahnya.

"Wa'alaikumussalam, Ya Allah udah malam sekali sampainya, neng." jawab ibu prihatin.

"Tadi pagi Euis sempetin nyari pekerjaan dulu Bu, udah masukin sepuluh lamaran, semoga aja ada panggilan." Surti dan Kartono saling tatap, Surti lalu bergegas menyiapkan air panas untuk anaknya mandi.

Surti kembali ke ruang tamu, suami dan anaknya sedang berbincang ringan. "Ibu udah siapkan air hangat di bak mandi, kamu mandi dulu sana."

"Iya Bu, badan Euis udah lengket."

Di tempat lain...

"Abang tahu, gadis yang di depan tadi rumahnya dimana?" tanya Rayhan

"Tahu den, dia Euis anaknya Kartono, kuli angkut pasir di Sasak. Den bagus pacar atau temannya neng Euis?" tanya ojek pangkalan.

"Saya... temannya bang. Di sini ada penginapan gak bang? Sepertinya kalau kembali ke kota harus besok pagi." keluh Rayhan sambil melirik jam tangannya.

"Owh teman, dengar-dengar besok lusa Euis mau dinikahkan dengan jurangan Emon, Bos ikan asin dari desa Sukasari."

"Di sini penginapan gak ada den, tapi kalau Aden mau, bisa menginap di rumah saya. Keluarga saya lagi menginap di desa sebelah." imbuhnya lagi.

"Mau nikah? Gak mungkin kang, saya akan menggagalkan rencana itu." Raihan tiba-tiba saja khawatir dengan info barusan.

"Bagaimana Aden jadi mau bermalam di rumah saya?besok pagi kalau mau ke terminal bisa pakai jasa ojek saya lagi." lelaki itu pun tersenyum lebar.

"Terima kasih ya bang, mau tidak mau saya terima deh tawarannya daripada tidur di jalan pulang malam ini juga gak mungkin." ucap Rayhan.

"Itu rumah neng Euis cat hijau, kalau rumah saya masih di sana." supir ojeknya pun berhenti di pinggiran jalan, membiarkan Rayhan mengamati rumah Euis.

Rumah Euis...

"Ibu gimana kabarnya, apa masih sering kram perutnya Bu?" tanya Euis sambil mengeringkan rambut panjangnya dengan handuk

"Terkadang suka kambuh." jawaban ibunya membuat hati Euis resah. Memikirkan biaya pengobatan.

"Oiya, itu di dapur kenapa banyak kue-kue sama masakan. Trus di teras juga banyak kursi, Apa kita mau ada acara Bu?"

"I-itu... Iya buat besok, neng."

Melihat anaknya mengernyitkan keningnya, Tono langsung membuka suara, "Euis, bapak minta kamu pulang hari ini, karena bapak ingin menikahkan kamu dengan juragan Emon." pelan suara Tono tapi mampu membuat mata Euis terbelalak.

"Juragan Emon sudah punya istri pak." sergah Euis dengan kasar dan nada keras.

"Iya memang, tapi Bu haji mau mencari menantu baru yang bisa mengurus cucunya. Bapak kasian lihat Euis kelelahan mencari uang, bapak juga ingin Euis bisa sekolah lagi sesuai cita-cita Euis."

Dalam bayangan Euis, Emon yang dimaksud adalah seorang lelaki bertubuh tambun dan perutnya buncit, sudah memiliki lima orang anak dan seorang istri yang judesnya luar biasa. Sesuai yang tadi digambarkan kang Cecep saat di perjalanan.

"Euis gak mau pak! Lebih baik Euis capek kerja siang malam daripada nikah sama pria bangkotan seperti juragan Emon itu."

Tono terlihat sangat gelisah, ia sudah menerima uang sepuluh juta untuk biaya pengobatan istrinya dan uang biaya pesantren kedua putranya dari juragan Ali. Sisanya pun sudah ia pakai untuk biaya urus pernikahan dan belanja makanan untuk besok lusa. Dia menyesal terlalu terburu-buru mengambil keputusan di saat Euis menelponnya dengan menangis karena tidak betah di tempat kerja.

"Neng, kemarin itu... Bapak butuh duit, jadi bapak sudah menerima pinangan juragan. Kalau kita batalkan uang darimana untuk mengganti uang pinangan, sementara uang sudah terpakai buat beli obat ibu kamu."

"Memangnya berapa yang bapak terima?" Euis terlihat sewot, matanya nyaris melotot namun ia samarkan dengan menatap ke arah lain.

"S-sepuluh juta, neng." Euis membelalakkan matanya.

"Bapak! Ya ampun bagaimana ini. Neng enggak mau menikah sama si tua bangka, Pak!" Euis terisak, kepalanya menggeleng menepis semua pikiran yang berkecamuk di ruang kepalanya.

"Maafkan bapak, neng." lirih Tono merasa sedih dengan keadaan.

"P-pernikahannya diadakan dua hari lagi." dengan pelan Surti berucap lalu menundukkan kepalanya.

"Ya Allah gimana ini, dua hari Euis harus cari uang kemana, Pak?" rengek Euis lalu isaknya terdengar lagi.

"Waktu itu neng telepon bapak minta dijodohkan saja, karena lelah kerja. Bapak gak tega neng ngomong begitu. Andai bapak tidak menurunkan kemiskinan sama kalian, kamu tidak akan mengalami ini semua!" ucap Tono dengan nada tinggi, ada kegetiran dan bergetar dari ucapannya.

Tono juga tidak ingin disalahkan, karena anaknya sudah mengeluh tidak sanggup mencari uang membuatnya tidak tega membiarkan anaknya berjuang di kota sendirian.

"Kalau neng memang menolak perjodohan ini, biar bapak cari pinjaman rentenir untuk mengembalikan uang jurangan." Tono sudah berdiri dan hendak keluar rumah.

Euis bersimpuh lalu memegang kaki Tono, "Jangan pak! hidup kita akan semakin susah dengan pinjaman rentenir. Euis menerima perjodohan ini. Maafkan Euis pak." Tangisnya kembali pecah begitu juga dengan Kartono.

Kalau saja tidak kesulitan ekonomi, ia ingin anaknya diam di rumah menunggu istrinya yang sering sakit-sakitan.

***

Pernikahan...

Euis sudah didandani oleh tetangganya yang biasa merias pengantin walaupun belum sehebat MUA di desa sebelah tapi riasannya terlihat modern, gadis itu memakai kebaya putih tulang, meski sangat sederhana, tapi wajah Euis yang tidak pernah berdandan terlihat lain, kalau orang kampung bilang; manglingi.

Tidak banyak yang hadir dalam pernikahan tersebut, karena pesan dari juragan Ali agar pernikahannya di rahasiakan sesuai keinginan putranya. Ketua kampung dan penghulu sudah datang, juga beberapa saudara dari Tono dan Surti sudah hadir menunggu mempelai pria hadir.

Euis duduk dengan gelisah, bibirnya sesekali mendesah, hatinya meratapi nasib dan takdir hidupnya yang tidak sesuai ekspektasi, masih ada sisa kesedihan di wajahnya, matanya masih terlihat sembab walaupun sudah tertutup make up.

"Rombongan besan datang." seru Nurdin, sepupu Euis yang menjodohkan Euis dengan juragan Emon/Pras.

Sejak kecil Prasetya kerap dipanggil Emon karena panggilan sayang dari kakeknya yang masih keturunan arab, Emon artinya Iman (lelaki beriman).

Hanya dua mobil yang terparkir di depan rumah Tono, setelah itu keluar dua orang lelaki berbeda usia dan dua orang perempuan berbeda usia. Pakaian mereka terlihat mewah dan berkelas. Para tamu berdecak kagum akan ketampanan Pras juga Juragan Ali yang masih keturunan arab.

Juragan Ali dan Arini tersenyum ke arah Tono dan para tamu, mereka menyalami satu persatu pada orang yang hadir di rumah itu, Zaenab (Adik Pras) mengikuti kedua orangtuanya di belakang.

Sementara Pras hanya diam, wajahnya tegang tanpa senyuman, terlihat bulir keringat menghiasi kening dan pelipisnya. Padahal ia baru saja turun dari mobil yang tentu saja memiliki AC di dalamnya. Pras tidak menanggapi uluran tangan Calon mertuanya, dia hanya diam dan menatap semua orang di sana dengan tatapan datar.

Pras terlihat gelisah, seringkali matanya melirik arloji mahalnya juga mengecek ponsel karena sejak tadi ponselnya dia silent.

"Abi, Umi, jangan banyak basa basi, langsung saja. Aku masih banyak pekerjaan." desis Pras di dekat telinga orangtuanya,

Umi Arini memaksakan senyuman kepada putranya yang sudah tidak sabaran itu.

"Bapak/ibu, anak saya sudah tidak sabar ingin memboyong istrinya. Jadi kita percepat saja pernikahan ini." ucap Arini dengan tidak enak hati.

"Baik kalau begitu, saya juga masih banyak panggilan. Mempelai laki-laki duduk di sini, bapak dari mempelai wanita di sini." ucap penghulu.

"Saya terima nikah dan kawinnya Euis Hanani Maharani binti Kartono dengan mas kawin tersebut, T U N A I!!" ucap Pras dengan lancar dan cepat.

"Sah?"

"Saahh!!" teriak para tamu

Euis keluar kamar lalu menemui mempelai pria. Dia duduk menunduk, Pras memegang pucuk kepalanya dengan lembut, lalu membacakan doa-doa singkat. Euis tidak berani melihat wajah suaminya, dari pinggang sampai ke dada suaminya, ia tidak menemukan tanda-tanda kegemukan atau perut buncit di badannya. Lelaki itu memakai setelan jas mewah.

Saat acara photo bersama, Euis baru berani mengangkat wajah dan melirik suaminya. Betapa terkejut Euis jika suaminya berwajah tampan dan tubuhnya atletis. Tapi tatapan mata dan wajahnya terasa angkuh. Eits... Euis merasa pernah melihat lelaki itu, tapi dimana? Iya terus mengingat, namun belum juga menemui jawaban.

"Tidak perlu basa basi, kamu mau ikut saya sekarang atau lusa datang sendiri ke kota?" tanya Pras dengan tegas.

Euis melirik ibu bapaknya, juga mertuanya. Mereka menyerahkan semua keputusan pada Euis. Akhirnya Euis mengangguk.

"Saya ikut akang sekarang saja." ucapnya lembut dengan nada rendah.

Acara begitu singkat, Pras tidak ingin berlama-lama, mertuanya pun belum sempat makan sajian yang dihidangkan. Arini sampai tidak enak hati karena kelakuan putranya itu.

"Kami bungkus saja makanannya Bu Hajah, barangkali nanti bisa makan di mobil." ucap Surti tergopoh-gopoh menyiapkan bingkisan untuk besan.

Euis sedang mengganti baju kebaya pinjaman dengan baju hantaran dari ibu mertuanya, sebuah dress yang panjangnya hingga betis, berwarna pink salem dengan hiasan pita-pita.

Perpisahan dengan orangtuanya pun tergesa-gesa karena Pras sudah duduk di belakang kemudi dan membunyikan klakson dua kali. Baru saja akan masuk ke dalam mobil, dua mobil pun masuk ke pekarangan rumahnya. Segera turun Bimo dan keluarganya.

"Mas Bimo mau ngapain?" tenggorokan Euis rasa tercekat. Ternyata Bimo tidak bohong dengan ucapannya kemarin.

...💐💐💐💐💐...

B e r s a m b u n g...

Jangan lupa tinggalkan like, komen dan votenya yach..🩷

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Euis pulang kampung akan dijodohkan dan langsung menikah dan ternyata suami euis sangat tampan skl tp tatapannya sangat tajam dan dingin...

Pras lama jg bisa jatuh cinta sm euis...

2025-04-22

4

Filan

Filan

jurusan cikijing itu ke kampung halamanku.
kalau dari bandung naik elf brutal buhe atau RW.

2025-06-18

1

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸

ada 3 lelaki, 1 baru menyatakan, 1 mau balikan, 1 langsung nikah. 🤭🤭🤭

2025-05-06

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Prolog
2 Bab 2 : Seblak Pedas Jontor
3 Bab 3 : Lelahnya Euis
4 Bab 4 : Mendadak Ngajak Pacaran..
5 Bab 5 : Mendadak Nikah
6 Bab 6 : Foto yang sama
7 Bab 7 : Haura
8 Bab 8 : Kebahagian itu hanya di awal
9 Bab 9 : Mulai hilang kepercayaan
10 Bab 10 : Kecupan tanpa disadari
11 Bab 11 : Anomali
12 Bab 12 : Penolakan
13 Bab 13 : Perjumpaan dengan Haris.
14 Bab 14 : Orchid Forest 1
15 Bab 15 : Orchid Forest 2
16 Bab 16 : Dukun Santet
17 Bab 17 : Perasaan Sayang
18 Bab 18 : Karena Hadiah
19 Bab 19 : Hanya rasa sakit yang akan aku bawa pulang
20 Bab 20 : Pulang ke kampung
21 Bab 21 : Amarah membara
22 Bab 22 : Rindu adalah lirih yang abadi di kepala.
23 Bab 23 : Hujan, bangku taman dan tangisan.
24 Bab 24 : I Love You, Hanani Maharani...
25 Bab 25 : Inikah cinta sejati?
26 Bab 26 : Cangkir yang pecah
27 Bab 27 : Dua Kotak Pink Untuk Euis
28 Bab 28 : Merusak Ketenangan
29 Bab 29 : Bachelor Party
30 Bab 30 : Orion Nebula Rings Couple
31 Bab 31: Five O'clock Shadow
32 Bab 32 : Tatapan Cinta
33 Bab 33 : Bouquet Toss Untuk Euis
34 Bab 34 : Hukuman Cinta
35 Bab 35 : Peperangan Dengan Diri Sendiri.
36 Bab 36 : Ancaman Untuk Haura
37 Bab 37 : Aku, Angka +62...
38 Bab 38 : Titik Balik Euis
39 Bab 39: BAB YANG HILANG
40 Bab 40 : Amarah diambang batas
41 Bab 41 : Rindu Yang Mengikat.
42 Bab 42 : Dendam Masa Lalu
43 Bab 43 : Telu
44 Bab 44 : It's A Wrap
45 Bab 45 : Jaga Anakku, Ra!
46 Bab 46 : Getar Hati Merindu
47 Bab 47 : Abdi Sono Ka Anjeun...
48 Bab 48 : Blossom macarons
49 Bab 49 : Sarange Bapak Mertua
50 Bab 50 : Firasat?
51 Bab 51 : "Po—tou... A—You"
52 Bab 52 : Ketika Benci Menjadi Cinta
53 Bab 53 : Sebuah Clue
54 Bab 54: Pesta Musim Dingin
55 Bab 55 : Melodi Malam Itu
56 Bab 56 : Rahasia Kecil
57 Bab 57 : Tabungan Rindu
58 Bab 58 : Hati Yang Terbelah
59 Bab 59 : Sentuhan itu
60 Bab 60 : Kekasih Gelap
61 Bab 61 : Mimpi Terasa Nyata
62 Bab 62 : Cinta Sejati Itu Patah
63 Bab 63 : Keterbukaan
64 Bab 64 : Mama Is, my lo-pe-li
65 Bab 65 : Hati Kecil Yang Terluka
66 Bab 66 : Hati Yang Lembut
67 Bab 67 : Akhir Haura
68 Bab 68 : Dua Kado Masa Depan
69 Bab 69 : Debaran
70 Bab 70 : Pesta Pernikahan.
71 Bab 71 : Edinburgh Awal dan Akhir Kisah Cinta Segitiga.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 : Prolog
2
Bab 2 : Seblak Pedas Jontor
3
Bab 3 : Lelahnya Euis
4
Bab 4 : Mendadak Ngajak Pacaran..
5
Bab 5 : Mendadak Nikah
6
Bab 6 : Foto yang sama
7
Bab 7 : Haura
8
Bab 8 : Kebahagian itu hanya di awal
9
Bab 9 : Mulai hilang kepercayaan
10
Bab 10 : Kecupan tanpa disadari
11
Bab 11 : Anomali
12
Bab 12 : Penolakan
13
Bab 13 : Perjumpaan dengan Haris.
14
Bab 14 : Orchid Forest 1
15
Bab 15 : Orchid Forest 2
16
Bab 16 : Dukun Santet
17
Bab 17 : Perasaan Sayang
18
Bab 18 : Karena Hadiah
19
Bab 19 : Hanya rasa sakit yang akan aku bawa pulang
20
Bab 20 : Pulang ke kampung
21
Bab 21 : Amarah membara
22
Bab 22 : Rindu adalah lirih yang abadi di kepala.
23
Bab 23 : Hujan, bangku taman dan tangisan.
24
Bab 24 : I Love You, Hanani Maharani...
25
Bab 25 : Inikah cinta sejati?
26
Bab 26 : Cangkir yang pecah
27
Bab 27 : Dua Kotak Pink Untuk Euis
28
Bab 28 : Merusak Ketenangan
29
Bab 29 : Bachelor Party
30
Bab 30 : Orion Nebula Rings Couple
31
Bab 31: Five O'clock Shadow
32
Bab 32 : Tatapan Cinta
33
Bab 33 : Bouquet Toss Untuk Euis
34
Bab 34 : Hukuman Cinta
35
Bab 35 : Peperangan Dengan Diri Sendiri.
36
Bab 36 : Ancaman Untuk Haura
37
Bab 37 : Aku, Angka +62...
38
Bab 38 : Titik Balik Euis
39
Bab 39: BAB YANG HILANG
40
Bab 40 : Amarah diambang batas
41
Bab 41 : Rindu Yang Mengikat.
42
Bab 42 : Dendam Masa Lalu
43
Bab 43 : Telu
44
Bab 44 : It's A Wrap
45
Bab 45 : Jaga Anakku, Ra!
46
Bab 46 : Getar Hati Merindu
47
Bab 47 : Abdi Sono Ka Anjeun...
48
Bab 48 : Blossom macarons
49
Bab 49 : Sarange Bapak Mertua
50
Bab 50 : Firasat?
51
Bab 51 : "Po—tou... A—You"
52
Bab 52 : Ketika Benci Menjadi Cinta
53
Bab 53 : Sebuah Clue
54
Bab 54: Pesta Musim Dingin
55
Bab 55 : Melodi Malam Itu
56
Bab 56 : Rahasia Kecil
57
Bab 57 : Tabungan Rindu
58
Bab 58 : Hati Yang Terbelah
59
Bab 59 : Sentuhan itu
60
Bab 60 : Kekasih Gelap
61
Bab 61 : Mimpi Terasa Nyata
62
Bab 62 : Cinta Sejati Itu Patah
63
Bab 63 : Keterbukaan
64
Bab 64 : Mama Is, my lo-pe-li
65
Bab 65 : Hati Kecil Yang Terluka
66
Bab 66 : Hati Yang Lembut
67
Bab 67 : Akhir Haura
68
Bab 68 : Dua Kado Masa Depan
69
Bab 69 : Debaran
70
Bab 70 : Pesta Pernikahan.
71
Bab 71 : Edinburgh Awal dan Akhir Kisah Cinta Segitiga.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!