5. Bukan Tempat untuk Pulang (revisi)

Wanita berusia lebih dari empat puluh tahun itu melangkah perlahan ke sudut belakang rumah. Ia melirik sekeliling, memastikan tak ada yang melihat, lalu meraih ember berisi air kotor bekas pel yang terlupa dibuang oleh Naila. Wajahnya menegang, matanya menyipit penuh kemarahan.

“Rasakan!” desisnya penuh dengki.

Byuuuurrr!

“Aaaahh!” teriak Naila spontan. Tubuhnya yang tadinya membungkuk mengucek pakaian kini terangkat berdiri karena kaget. Ia menoleh cepat ke arah suara cipratan dan menemukan sosok wanita dengan tatapan membara.

“Ke-kenapa saya disiram, Bu?” tanyanya gugup, tubuhnya basah kuyup oleh air yang mengandung bekas karbol dan kotoran pel lantai itu.

"Ngapain lu di sini?" bentak wanita itu garang. Ia melangkah mendekat, mendorong bahu Naila hingga gadis itu sedikit tersurut ke belakang.

Dengan kasar, ia menunduk dan mengaduk baskom cucian Naila. Air kotor yang tadi disiramkan kini mengotori seluruh cucian yang ada, meninggalkan noda dan busa hitam pekat.

"Lu merusak pakaian tuan dan nyonya! Ini nggak bisa dibiarkan! Gue kadukan ke nyonya!" Ia berbalik hendak masuk ke dalam rumah dengan langkah cepat dan suara sandal jepitnya yang menampar lantai dengan keras.

Namun, Naila mencoba mencegahnya. "Bukankah Ibu yang menyiramkan air itu? Kenapa saya yang disalahkan?" tanyanya lirih, nyaris seperti bisikan.

Wanita itu tak menjawab. Sebagai gantinya, ia kembali mendorong tubuh Naila dengan keras hingga gadis itu hampir terjatuh. Naila menggigit bibirnya, menahan air mata dan rasa sakit yang mendera.

Dengan sabar, ia bergerak cepat mengganti air dalam baskom dan mencoba menyelamatkan pakaian yang masih bisa dicuci ulang.

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki terdengar dari dalam rumah. Wanita yang menyiram Naila telah membawa serta seorang perempuan yang tak asing. Inilah wanita yang semalam diperkenalkan oleh Pak Nugraha sebagai istrinya.

"Itu dia, Nyah. Gadis kampung itu udah ngerusak pakaian semua penghuni keluarga ini. Sungguh kurang ajar sekali dia!" hasutnya tajam menatap Naila daru sudut mata.

Begitu pula dengan, Inge, sang nyonya rumah, turut menatap Naila dengan sudut mata sinis. Tatapannya persis sama seperti tadi malam, dingin dan tak bersahabat. "Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan suara sumbang yang membuat udara terasa lebih berat.

"Ma-maaf, Bu. Saya hanya berniat mencucikan pakaian-pakaian kotor ini," jawab Naila pelan sambil menunduk.

"Siapa yang menyuruhmu melakukannya?" Inge semakin meninggikan suara.

Naila menggeleng cepat. “Saya hanya ingin membantu, Bu… sebagai tanda terima kasih karena sudah diizinkan menginap di sini.”

“Katakan yang keras! Kalau bisik-bisik begitu, telinga saya nggak nyampe!” bentaknya tajam.

Di sisi lain, wanita yang menyiram Naila menyeringai penuh kemenangan. “Mampos!” gumamnya penuh puas.

"Sa-saya—"

"Ada apa ribut-ribut?" Pak Nugraha tiba-tiba muncul dari balik pintu. Tatapannya segera beralih dari wajah istrinya ke Naila, yang terlihat kebingungan dan basah kuyup.

"Ini lhoh, Pa! Anak yang Papa bawa tadi malam! Udah bikin kotor semua cucian! Lihat ini, baju kita kayak abis dicelup comberan!" terang Inge penuh emosi sambil menunjuk baskom cucian.

Pak Nugraha mengerutkan kening. "Mah, kamu jangan begitu. Naila pasti nggak sengaja. Lagian, kenapa bisa basah begini? Siapa yang menyuruhnya mencuci pakaian?"

"Jadi Papa nuduh Mama?" Inge membelalakkan mata menantang.

"Ma, kamu tidak boleh begitu! Saya ini suami kamu!" suara Pak Nugraha meninggi. Inge langsung tersentak. Raut wajahnya berubah terkejut dan tak menyangka akan balik dibentak di hadapan orang lain.

Inge yang kesal spontan memukul lengan Sumi, si pembantu. "Kamu sih?"

Pak Nugraha menghela napas berat. "Sum, kamu harus tahu. Saya yang membawa Naila ke sini. Dia tamu. Dalam Islam, tamu itu mulia, harus dihormati. Menerima tamu adalah bagian dari iman. Kalau kamu masih menghasut istri saya begini, jangan salahkan kalau saya cari pengganti kamu."

Sumi terdiam. Matanya menyipit menahan amarah.

Naila duduk termenung di sudut kamar kecil tempat ia beristirahat. Pakaian yang dikenakannya kini adalah milik anak Pak Nugraha yang sudah lama tak dipakai. Rambutnya masih basah, wajahnya terlihat murung.

“Sepertinya aku nggak bisa tinggal di sini,” gumamnya lirih. “Tapi aku juga nggak tahu harus ke mana. Uang pun tak punya. Untuk sekadar menyewa kamar pun aku tak sanggup.”

Ia merapikan map berisi dokumen penting. Tekadnya sudah bulat untuk pergi. Tak ingin menambah beban siapa pun. Apalagi jika keberadaannya hanya menjadi sumber masalah.

Namun, saat ia pamit, Pak Nugraha mencegahnya. “Kenapa buru-buru?”

“Tidak apa, Pak. Terima kasih sudah menampung saya meski saya hanya orang asing. Saya doakan semoga keluarga Bapak selalu diberkahi dan dilimpahi rezeki tanpa batas,” ucapnya tulus.

Pak Nugraha menatapnya dengan iba. Ia paham, Naila sudah lelah. Matanya kemudian melirik istrinya yang masih tertawa kecil dengan Sumi. Perlahan, rasa kesal Pak Nugraha meningkat.

“Vini! Vini!” serunya ke lantai atas.

“Iya, Pa?” sahut putrinya dari lantai dua.

“Keluarkan baju-baju kamu yang nggak dipakai. Berikan ke Naila.”

“Hah? Kan udah tadi, Pa. Kenapa lagi?”

“Nggak usah, Pak,” tolak Naila buru-buru. “Ini sudah lebih dari cukup.”

“Tapi kamu akan butuh banyak, Nai. Ambil saja, daripada mubazir.”

“Cepat ambilkan!” titah Pak Nugraha.

Vini menghela napas kasar. “Ck!” Ia beranjak malas dengan wajah kesal.

Beberapa menit kemudian, Naila telah siap dengan tas dan pakaian tambahan. Pak Nugraha menyerahkan sebuah amplop ke tangannya.

“Kalau kamu butuh bantuan, hubungi saya. Nanti kita juga akan sering ketemu di kampus.”

“Sudah saya catat, Pak. Jika saya sudah punya handphone, Bapak akan jadi orang pertama yang saya hubungi,” jawab Naila tulus.

Saat ia berjalan menjauh dari rumah besar itu, langkahnya terasa ringan walau hatinya masih bimbang.

“Hei! Anak tengil!” suara lantang membuat Naila menoleh. Ternyata Bu Inge dan Sumi mengejarnya.

“Ada apa, Bu?” tanyanya heran.

Inge menengadahkan tangan. “Mana?”

“Maaf, apa ya, Bu?”

“Amplop dari suami saya!”

Naila buru-buru menyentuh saku celananya. “I-ini...”

Sebelum sempat menyerahkan, Inge langsung merogoh paksa saku Naila dan merampas amplop itu.

Namun tiba-tiba, suara berat menghentikan mereka.

“Ada apa di sini?” Seorang pria muncul.

“Dokter Martin?” Inge membelalak, namun tetap menggenggam amplop erat.

“Mama…” tiba-tiba gadis kecil memeluk kaki Naila.

“Rindu?”

“Bu Inge, ada apa ini?” tanya Martin.

“Ah, nggak apa-apa, Dok. Cuma masalah kecil,” elaknya cepat. Namun tangannya dengan kasar mengeluarkan uang dari dalam amplop.

“Buat kamu, cukup segini!” ujarnya ketus dan meninggalkan tempat itu sambil cengengesan.

“Mama, mama, Lindu kangen…” gumam gadis kecil di pelukan Naila.

Martin mengernyit. Tatapannya tajam, penuh tanda tanya.

“Rindu, dia bukan mama kamu,” ucap Inge sambil berlalu meninggalkan mereka setengah mencibir pada Naila.

Terpopuler

Comments

MomyWa

MomyWa

hargai kami yang me jadi pembaca setia thor. jangan berhenti di tengah jalan ya

2025-04-19

1

Safira Aurora

Safira Aurora

saya setuju komen di atas

2025-04-19

0

arielskys

arielskys

ketemu lagi sama bocah

2025-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Jalan yang Dipilih
2 2. Pelarian
3 3. Cobaan Pertama
4 4. Berteduh di Bawah Kasih Sayang
5 5. Bukan Tempat untuk Pulang (revisi)
6 6. Ibu Tanpa Status
7 7. Pengasuh Dadakan
8 8. Tugas Pengasuh yang Sebenarnya
9 9. Pengasuh Apa Pembantu?
10 10. Terselip di Antara Rindu
11 11. Pulang ke Rumah Baru
12 12. Di Ranjang Masa Lalu
13 13. Ketukan di Tengah Malam
14 14. Kehangatan yang Mengancam
15 15. Gadis Kampung itu Lagi
16 16. Dua Hadiah
17 17. Terbukanya Tabir
18 18. Dua Pernyataan
19 19. Langkah yang Tak Bisa Kembali
20 20. Restu yang Tertinggal di Ujung Tangis
21 21. Rahasia Martin
22 22. Bukan Cinderela
23 23. Sapaan Cinta
24 24. Bukan Sugar Daddy
25 25. Pertama Bersama
26 26. Menyulam Rasa
27 27. Bayangan yang Mengintai
28 28. Rahasia Rumah Kost
29 29. Kekecewaan Martin
30 30. Pernyataan Cinta
31 31. Pelan-pelan Menyatu
32 32. Tahta di Rumah Sunyi
33 33. Drama Kelas Atas
34 34. Pelaksanaan Rencana
35 35. Kewajiban Istri
36 36. Milikmu Sepenuhnya
37 37. Mendadak Manja
38 38. Terima Kasih
39 39. Serangan Dua Arah
40 40. Dua Dunia Naila
41 41. Marvel Punya Partner
42 42. Langkah Tegas Suami
43 43. Cemburu Tak Tersamar
44 44. Pelukan yang Dirindukan
45 45. Charging Energi
46 46. Malam Kedua yang Berbeda
47 47. Gangguan Rindu part xxx
48 48. Tamu Tak Diundang
49 49. Terbukanya Luka Lama
50 50. Pemilik Cinta Rindu
51 51. Surat dari Rianti
52 52. Terungkapnya Rahasia
53 53. Tak Dirindukan
54 54. Cerita Tentang Restu Orang Tua Naila
55 55. Kepada Pintu yang Diam
56 56. Kembalinya Kehangatan
57 57. Pemenuhan Harapan Istri
58 58. Allah Masih Mendengar
59 59. Pulang Kampung
60 60. Telah Kututup Pintu Itu
61 promo karya baru
Episodes

Updated 61 Episodes

1
1. Jalan yang Dipilih
2
2. Pelarian
3
3. Cobaan Pertama
4
4. Berteduh di Bawah Kasih Sayang
5
5. Bukan Tempat untuk Pulang (revisi)
6
6. Ibu Tanpa Status
7
7. Pengasuh Dadakan
8
8. Tugas Pengasuh yang Sebenarnya
9
9. Pengasuh Apa Pembantu?
10
10. Terselip di Antara Rindu
11
11. Pulang ke Rumah Baru
12
12. Di Ranjang Masa Lalu
13
13. Ketukan di Tengah Malam
14
14. Kehangatan yang Mengancam
15
15. Gadis Kampung itu Lagi
16
16. Dua Hadiah
17
17. Terbukanya Tabir
18
18. Dua Pernyataan
19
19. Langkah yang Tak Bisa Kembali
20
20. Restu yang Tertinggal di Ujung Tangis
21
21. Rahasia Martin
22
22. Bukan Cinderela
23
23. Sapaan Cinta
24
24. Bukan Sugar Daddy
25
25. Pertama Bersama
26
26. Menyulam Rasa
27
27. Bayangan yang Mengintai
28
28. Rahasia Rumah Kost
29
29. Kekecewaan Martin
30
30. Pernyataan Cinta
31
31. Pelan-pelan Menyatu
32
32. Tahta di Rumah Sunyi
33
33. Drama Kelas Atas
34
34. Pelaksanaan Rencana
35
35. Kewajiban Istri
36
36. Milikmu Sepenuhnya
37
37. Mendadak Manja
38
38. Terima Kasih
39
39. Serangan Dua Arah
40
40. Dua Dunia Naila
41
41. Marvel Punya Partner
42
42. Langkah Tegas Suami
43
43. Cemburu Tak Tersamar
44
44. Pelukan yang Dirindukan
45
45. Charging Energi
46
46. Malam Kedua yang Berbeda
47
47. Gangguan Rindu part xxx
48
48. Tamu Tak Diundang
49
49. Terbukanya Luka Lama
50
50. Pemilik Cinta Rindu
51
51. Surat dari Rianti
52
52. Terungkapnya Rahasia
53
53. Tak Dirindukan
54
54. Cerita Tentang Restu Orang Tua Naila
55
55. Kepada Pintu yang Diam
56
56. Kembalinya Kehangatan
57
57. Pemenuhan Harapan Istri
58
58. Allah Masih Mendengar
59
59. Pulang Kampung
60
60. Telah Kututup Pintu Itu
61
promo karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!