4. Berteduh di Bawah Kasih Sayang

Naila terduduk. Ia terkejut saat mendengar suara berat menyapa di antara ambang sadarnya yang hampir tertidur karena tubuh yang kelelahan luar biasa.

Ia buru-buru membungkus tubuh dengan sarung yang sejak tadi menemaninya. Pandangannya tertuju pada seorang pria yang berdiri di ambang pintu masjid, menatapnya dengan kepala sedikit miring.

Pria itu mengenakan pakaian muslim dan kopiah hitam, lalu duduk sekitar dua meter darinya. Dari raut wajah dan caranya berbicara, Naila menebak pria itu mungkin seusia ayahnya di kampung.

 "Ma-maaf, Pak. Saya kelelahan dan tidak tahu harus tidur di mana," lirih Naila sembari menunduk.

"Kenapa kamu memilih masjid ini?" tanya pria itu dengan suara tenang namun penuh selidik.

Naila langsung teringat map berkas pendaftaran mahasiswa jalur undangan di kampus barunya. Ia buru-buru mengeluarkan isinya dan menunjukkannya pada pria tersebut.

"Saya baru datang dari kampung, Pak. Saya calon mahasiswa baru di kampus ini." Naila menyerahkan surat keterangan resmi sebagai calon mahasiswa jurusan ilmu hukum.

Pria itu membaca lembaran tersebut, lalu mengangguk. Raut wajahnya yang tadinya datar perlahan mencair, berubah menjadi senyuman hangat.

"Kamu dari Sumatera? Wah, jauh sekali. Tapi, selamat datang ya. Semoga betah dan bisa lulus dengan nilai terbaik," sambut pria paruh baya itu, mengembalikan surat penting tersebut.

"Tapi, kenapa datang secepat ini? Bukan kah ajaran baru belum dimulai?" lanjutnya, heran.

Naila tersenyum kikuk, mengingat perjalanan panjang yang baru saja ia lewati.

"Ceritanya panjang, Pak. Apa Bapak mau mendengarkan saya?"

Ia mulai menceritakan bagaimana kelulusannya sebagai calon mahasiswa undangan jalur prestasi yang tak dihargai, dan bagaimana orang tuanya memaksanya menikah.

"Saya juga heran, Pak. Saat saya bilang ingin kuliah, mereka bilang tak punya uang. Tapi anehnya, mereka bisa mempersiapkan segala kebutuhan pernikahan saya dengan Zidan, pria yang tak saya cintai."

"Mungkin ada hal lain di balik itu semua." Pak Nugraha mengusap dagunya beberapa kali seakan benar-benar masuk ke dalam kisah yang dialami gadis ini.

"Entah, Pak. Ayah dan Ibu tak pernah menceritakan apa-apa padaku sebelumnya."

Naila melanjutkan kisah panjangnya. sampai lah pada kisah tentang bantuan dari seorang guru yang menolong Naila hingga ke ibu kota, tentang kejadian nahas saat semua barangnya raib dicuri, dan tentang seorang ibu warteg yang baik hati.

"Saya bersyukur masih bisa menyisihkan sedikit uang karena berencana membeli sesuatu. Beruntung, bertemu Ibu pemilik warteg yang baik hati, hingga saya bisa sampai di sini. Karena sudah terlalu malam, saya putuskan tidur di sini, Pak. Mohon izinkan saya tinggal di masjid ini malam ini. Saya benar-benar tak tahu harus pergi ke mana," katanya mengakhiri cerita dengan suara lelah.

Pak Nugraha menghela napas panjang. Wajahnya memancarkan keprihatinan yang tulus. "Masya Allah, kamu kuat sekali, Nak. Bapak sampai tak bisa berkata-kata. Tak semua orang sanggup menjalani ujian seperti ini. Tapi, Allah Maha Tahu. Kamu ada di sini pun karena kehendak-Nya."

Ia lalu memberikan wejangan yang menyejukkan hati. Naila tak kuasa menahan air mata atas semua nasihat yang diberikan beliau.

"Apakah saya termasuk anak durhaka, Pak? Karena tak memenuhi harapan orang tua untuk segera menikah dengan orang pilihan mereka?" tanyanya lirih.

Pak Nugraha tersenyum lembut. "Naila, dengarkan baik-baik. Bapak sangat mendukung keputusanmu untuk mengejar impian untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi."

"Apalagi kamu tidak akan membebani mereka secara finansial sama sekali. Kamu sudah diterima sebagai penerima beasiswa penuh. Biaya kuliah ditanggung oleh pemerintah, kamu akan mendapat uang saku tiap triwulan. Kamu bisa hidup mandiri, Nak."

Beliau melanjutkan, "Orang tuamu telah memaksamu pada sesuatu yang tidak patut. Memaksa anak menikah tanpa persetujuan adalah tindakan yang zalim. Namun, sebagai anak, kamu tetap memiliki kewajiban untuk menghormati dan memberi kabar kepada mereka. Surga tetap berada di bawah telapak kaki ibu, dan ridho Allah ada pada ridho orang tua."

Naila mengangguk dengan mata basah. "Saya pasti akan mencari mereka kembali suatu hari nanti, Pak. Tapi bukan sekarang. Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa menjadi seorang yang lebih berarti dari pada sekadar istri Zidan, putra tuan tanah itu."

Pak Nugraha tersenyum bangga. "Bapak kagum dengan semangatmu." Ia melirik ke sekeliling masjid, ragu.

"Bukan Bapak tidak mengizinkan kamu tidur di sini. Tapi kamu itu perempuan, dan kamu belum tahu apa-apa tentang lingkungan sekitar sini. Masjid ini terbuka untuk siapa saja. Bisa jadi berbahaya jika Bapak membiarkanmu begitu saja. Mungkin, akan baik jika kamu tinggal di asrama kampus."

"Kalau boleh tahu, berapa sewa asrama kampus per bulan, Pak?" tanya Naila penasaran.

Pak Nugraha tampak mengingat-ingat. "Hmm, setelah saya pikir lagi, ternyata semua kamar asrama sudah penuh. Kalau ada yang keluar, langsung telah penuh. Karena biayanya menyewa asrama memang jauh lebih murah dibanding kos."

"Oh, begitu ya Pak... Baiklah. Kalau begitu, saya harus mencari kos saja. Berapa kisarannya di sekitar sini?"

"Rata-rata satu jutaan per bulan," jawab Pak Nugraha.

Naila terbelalak. Ia buru-buru mengeluarkan semua uang yang tersisa. "Duh, jauh berkali lipat dari dana yang aku punya, Pak."

Ia sempat berpikir harga kos tak akan beda jauh dari harga sewa rumah di kampungnya—sekitar tiga ratus ribu per bulan. Tapi ternyata, harga di kota besar seperti ini sungguh tak masuk akal bagi kantong kampungnya. Naila mengusap pelipis, bingung.

'Beasiswanya cukup gak ya? Tapi, dananya baru cair setelah kuliah aktif. Itu pun masih beberapa bulan lagi.'

Keesokan paginya, meski tubuh masih letih, Naila memaksakan diri bangun dari tempat tidur di kamar sebuah rumah besar. Pak Nugraha membawanya ke rumah itu semalam karena tak tega meninggalkannya sendiri di masjid.

Usai salat Subuh, Naila langsung menyapu rumah meskipun belum satu pun penghuni rumah yang terlihat. Setelah menyapu dan mengepel, ia menyusuri bagian belakang rumah, hingga menemukan area laundry.

Di sana ada mesin cuci dengan pintu depan, dan di sampingnya satu lagi mesin cuci yang terhubung ke tabung gas. Naila menggaruk kepala di balik kerudung lusuhnya, kerudung yang sama sejak dari kampung karena ia memang tidak memiliki pakaian ganti selain pemberian ibu warteg.

"Ini gimana cara pakainya, ya? Di kampung memang ada yang punya mesin cuci, tapi biasanya yang dua tabung. Duh, takut rusak kalau salah. Mending cuci pakai tangan aja deh," gumamnya pelan.

Demi membayar kebaikan Pak Nugraha, Naila mencuci pakaian kotor keluarga ini dengan tangannya. Ia belum menyadari bahwa seluruh penghuni rumah mulai menggeliat bangun, termasuk seorang asisten rumah tangga yang terkejut melihat pemandangan tersebut.

Ia menatap tajam ke arah Naila yang tengah sibuk bekerja.

"Ini gak bisa dibiarkan! Gadis kampung itu bisa-bisa ngerebut kerjaan gue," desisnya kesal.

^^^Revisi tanggal 15 Mei 2025^^^

Terpopuler

Comments

arielskys

arielskys

hmmm..masih mantau

2025-04-22

0

Safira Aurora

Safira Aurora

dapat tempat baru ya

2025-04-19

0

MomyWa

MomyWa

jngan menyerah thor

2025-04-19

0

lihat semua
Episodes
1 1. Jalan yang Dipilih
2 2. Pelarian
3 3. Cobaan Pertama
4 4. Berteduh di Bawah Kasih Sayang
5 5. Bukan Tempat untuk Pulang (revisi)
6 6. Ibu Tanpa Status
7 7. Pengasuh Dadakan
8 8. Tugas Pengasuh yang Sebenarnya
9 9. Pengasuh Apa Pembantu?
10 10. Terselip di Antara Rindu
11 11. Pulang ke Rumah Baru
12 12. Di Ranjang Masa Lalu
13 13. Ketukan di Tengah Malam
14 14. Kehangatan yang Mengancam
15 15. Gadis Kampung itu Lagi
16 16. Dua Hadiah
17 17. Terbukanya Tabir
18 18. Dua Pernyataan
19 19. Langkah yang Tak Bisa Kembali
20 20. Restu yang Tertinggal di Ujung Tangis
21 21. Rahasia Martin
22 22. Bukan Cinderela
23 23. Sapaan Cinta
24 24. Bukan Sugar Daddy
25 25. Pertama Bersama
26 26. Menyulam Rasa
27 27. Bayangan yang Mengintai
28 28. Rahasia Rumah Kost
29 29. Kekecewaan Martin
30 30. Pernyataan Cinta
31 31. Pelan-pelan Menyatu
32 32. Tahta di Rumah Sunyi
33 33. Drama Kelas Atas
34 34. Pelaksanaan Rencana
35 35. Kewajiban Istri
36 36. Milikmu Sepenuhnya
37 37. Mendadak Manja
38 38. Terima Kasih
39 39. Serangan Dua Arah
40 40. Dua Dunia Naila
41 41. Marvel Punya Partner
42 42. Langkah Tegas Suami
43 43. Cemburu Tak Tersamar
44 44. Pelukan yang Dirindukan
45 45. Charging Energi
46 46. Malam Kedua yang Berbeda
47 47. Gangguan Rindu part xxx
48 48. Tamu Tak Diundang
49 49. Terbukanya Luka Lama
50 50. Pemilik Cinta Rindu
51 51. Surat dari Rianti
52 52. Terungkapnya Rahasia
53 53. Tak Dirindukan
54 54. Cerita Tentang Restu Orang Tua Naila
55 55. Kepada Pintu yang Diam
56 56. Kembalinya Kehangatan
57 57. Pemenuhan Harapan Istri
58 58. Allah Masih Mendengar
59 59. Pulang Kampung
60 60. Telah Kututup Pintu Itu
61 promo karya baru
Episodes

Updated 61 Episodes

1
1. Jalan yang Dipilih
2
2. Pelarian
3
3. Cobaan Pertama
4
4. Berteduh di Bawah Kasih Sayang
5
5. Bukan Tempat untuk Pulang (revisi)
6
6. Ibu Tanpa Status
7
7. Pengasuh Dadakan
8
8. Tugas Pengasuh yang Sebenarnya
9
9. Pengasuh Apa Pembantu?
10
10. Terselip di Antara Rindu
11
11. Pulang ke Rumah Baru
12
12. Di Ranjang Masa Lalu
13
13. Ketukan di Tengah Malam
14
14. Kehangatan yang Mengancam
15
15. Gadis Kampung itu Lagi
16
16. Dua Hadiah
17
17. Terbukanya Tabir
18
18. Dua Pernyataan
19
19. Langkah yang Tak Bisa Kembali
20
20. Restu yang Tertinggal di Ujung Tangis
21
21. Rahasia Martin
22
22. Bukan Cinderela
23
23. Sapaan Cinta
24
24. Bukan Sugar Daddy
25
25. Pertama Bersama
26
26. Menyulam Rasa
27
27. Bayangan yang Mengintai
28
28. Rahasia Rumah Kost
29
29. Kekecewaan Martin
30
30. Pernyataan Cinta
31
31. Pelan-pelan Menyatu
32
32. Tahta di Rumah Sunyi
33
33. Drama Kelas Atas
34
34. Pelaksanaan Rencana
35
35. Kewajiban Istri
36
36. Milikmu Sepenuhnya
37
37. Mendadak Manja
38
38. Terima Kasih
39
39. Serangan Dua Arah
40
40. Dua Dunia Naila
41
41. Marvel Punya Partner
42
42. Langkah Tegas Suami
43
43. Cemburu Tak Tersamar
44
44. Pelukan yang Dirindukan
45
45. Charging Energi
46
46. Malam Kedua yang Berbeda
47
47. Gangguan Rindu part xxx
48
48. Tamu Tak Diundang
49
49. Terbukanya Luka Lama
50
50. Pemilik Cinta Rindu
51
51. Surat dari Rianti
52
52. Terungkapnya Rahasia
53
53. Tak Dirindukan
54
54. Cerita Tentang Restu Orang Tua Naila
55
55. Kepada Pintu yang Diam
56
56. Kembalinya Kehangatan
57
57. Pemenuhan Harapan Istri
58
58. Allah Masih Mendengar
59
59. Pulang Kampung
60
60. Telah Kututup Pintu Itu
61
promo karya baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!