Jadi Istri Orang Lain

Alis Penghulu tampak sedikit terangkat, matanya membulat kecil sesaat sebelum kembali menyusun ekspresi menjadi tenang dan profesional. Tak heran, karena di sana tertulis dengan tinta emas sesuatu yang tak biasa ia temui setiap hari.

"Maasyaa Allaah... Maasyaa Allaah," gumamnya pelan, nyaris tak terdengar oleh siapa pun kecuali dirinya sendiri. "Perjuangan seperti apa yang telah pria ini lalui untuk menghadirkan mahar seperti ini? Sungguh beruntung wanita yang akan menjadi istrinya..." lirihnya, sambil menggeleng-gelengkan kepala dengan takzim.

Lembar akad itu lalu ia serahkan kepada Papa Hariatmaja. Lelaki yang dikenal tegas dan sulit dibuat terkesan itu membaca isinya dengan saksama. Sorot matanya tak banyak berubah, tapi alis yang sedikit terangkat cukup menunjukkan bahwa isi mahar itu tak main-main. Dengan ketenangan khasnya, Papa bersiap mengucapkan ijab dengan mantap.

"Saudara Zayyan Kalandra bin Dikromo, saya nikahkan dan saya kawinkan Anda, dengan putri saya Aira Humaira binti Hariatmaja, dengan maskawin berupa logam mulia 100 gram, sepasang tiket umrah atas nama istri, satu unit rumah minimalis siap huni, dan satu buku puisi tulisan tangan, khusus untuk Aira Humaira, yang ditulis selama tiga puluh malam berturut-turut, dibayar tunai."

Beberapa kali menarik napas, Papa melafalkan ijab itu dengan jelas, dan tanpa keraguan. Para saksi sempat terdiam sejenak, terperangah oleh isi mahar maupun ketegasan sang Papa yang tak biasa terlihat seromantis ini.

Dan dengan satu gerakan mantap, Zayyan yang menyambut tangan Papa, dengan suara lantang yang tak bergetar sedikit pun, Zayyan mengucap ijab kabul itu. "Saya terima nikahnya Aira Humaira binti Hariatmaja dengan maskawinnya yang tersebut, tunai."

Sekali napas. Tanpa keraguan.

Rasa kagum masih menyelimuti ruangan. Para saksi tak kuasa menyembunyikan keterkejutan mereka. Dan akhirnya, serempak, meski dengan nada yang sedikit gemetar karena haru, suara saksi menyahut:

"Sah! Sah! Sah!"

Air mata yang Aira tahan sejak pagi akhirnya jatuh juga. Entah sedih, entah merasa lega. Campuran perasaan yang belum ia pahami sepenuhnya.

"Harry, aku udah jadi istri orang lain." Batinnya.

Semua orang tampak bahagia. Senyuman bertebaran di wajah-wajah yang hadir. Namun tidak bagi Aira. Ia masih duduk di bangkunya, menangis tersedu-sedu dengan tubuh sedikit membungkuk.

Zayyan menyodorkan selembar tisu padanya. Tatapannya lembut, “Jangan menangis, Aira. Ini momen bahagia. Seharusnya kamu tersenyum,” bisiknya pelan.

Aira hanya menggeleng pelan. Dalam hati, ia menjawab lirih, "Aku nggak bisa bahagia."

Fotografer yang sedari tadi mengikuti moment mereka berseru dengan semangat, “Ayo semua! Kita foto bersama, biar nggak kelewatan momennya!”

Zayyan menoleh pada Aira, memberikan tangannya. “Ayo, Aira.”

Aira berdiri tanpa menggenggam tangan Zayyan. Wajahnya sembab, tapi tak ada yang benar-benar menyadari luka di baliknya. Bagi mereka, air mata Aira hanyalah bentuk haru karena bahagia.

Aila, adik perempuannya, menghampiri dan memeluknya ringan. “Aku bahagia buat Kak Aira. Selamat ya.”

Kak Nina, kakak iparnya yang menggendong Mayu kecil, ikut menghampiri sambil tersenyum lebar. “Semoga Samawa ya adikku tersayang," peluknya.

"Ayo, Sayang... kita foto dulu, ya.” ajak Mama.

Aira menjawab, "Iya, Mama. Tapi bentar aja ya, aku udah capek."

Mama menguatkan dengan pelukan hangat. “Iya, sebentar saja. Satu atau dua foto cukup. Habis itu kamu boleh istirahat.”

Foto pertama dimulai. Aira berdiri di samping Zayyan. Ketika melihat perbedaan tinggi mereka yang cukup mencolok, Aira hanya setinggi dada Zayyan, gadis itu merasa canggung, bahkan sedikit minder.

"Lihatlah... Hanya bersanding saja aku sudah merasa tak pantas. Apa mereka masih bisa melihat kebahagiaan dari kami?" pikir Aira dalam diam.

Zayyan yang menyadari kecanggungan itu tanpa banyak bicara menarik sebuah kursi ke belakang, lalu duduk. Ia menoleh pada Aira dan berbisik lembut, “Kalau aku duduk, mungkin kamu akan merasa lebih nyaman, Kan”

Tapi Aira tak peduli.

Sesi foto pun dimulai. Fotografer memberi aba-aba, “Senyum, ya... Satu, dua...”

Aira hanya menatap kosong. Tak mampu membentuk senyum. Seperti anak kecil yang enggan difoto, sesi itu berjalan lama karena Aira sulit diajak berpose.

Akhirnya, suara Papa memecah kebekuan, dengan nada yang tegas tapi penuh pengertian. “Sudah, apa adanya saja tidak apa-apa, Mas. Tak usah dipaksa.”

Dan klik. Satu foto pun berhasil diabadikan. Kemudian sesi foto bersama keluarga.

Selesai acara, para saksi mulai keluar ruangan. Aira menatap kosong ke arah halaman. Kak Nina menghampiri, masih menggendong Mayu yang mulai terlelap.

“Aira,” panggilnya pelan. “Kamu beruntung banget dapet suami yang cinta banget sama kamu.”

Aira hanya mengangguk pelan, “Um.”

Kak Nina tersenyum, lalu menatap Aira dengan sorot mata yang dalam, seolah ingin menyampaikan sesuatu yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata sederhana.

“Kamu tahu, Aira... dicintai oleh seseorang yang benar-benar mencintai kita itu anugerah luar biasa. Jauh lebih membahagiakan daripada mencintai seseorang yang belum tentu membalas.”

Aira mengerutkan kening. “Maksudnya, Kak?”

Kak Nina mengelus kepala Mayu yang tertidur di pundaknya. “Kamu pasti akan mengerti suatu saat nanti,” jawabnya tenang, lalu beranjak pergi.

Akhirnya, Aira menoleh ke arah suaminya. Matanya berhenti pada sosok Zayyan yang sedang berbincang hangat dengan Papa. Pria itu tampak bahagia, wajahnya tenang, auranya hangat, seperti seseorang yang benar-benar menemukan tempat untuk pulang.

Aira menunduk. "Aku... nggak akan bisa mencintainya. Tapi kalau dia cinta aku, ya... terserah. Itu urusannya, bukan urusanku."

Beberapa detik kemudian, Zayyan mulai melangkah ke arah Aira. Gadis itu buru-buru mengalihkan pandangan ke belakang, pura-pura memperhatikan sesuatu yang tidak penting. Hatinya mendadak gelisah, takut ketahuan kalau sejak tadi memperhatikan pria itu.

“Aira,” sapa Zayyan. “Aku pamit dulu, ya.”

Aira menoleh cepat. “Eh?”

Kenapa dia pulang? Bukannya harusnya pulang bersama? batinnya penuh tanya.

Zayyan melanjutkan, “Aku akan datang lagi nanti sore, untuk resepsi di rumahmu.”

Aira ingin bertanya lebih lanjut. Ingin tahu alasan pastinya. Tapi egonya menahannya. Ia hanya mengangguk kecil.

“Assalamu’alaikum, Aira.”

“Wa—wa’alaikumussalaam wa rahmatullaahi wa barakatuh.”

Suara Zayyan terdengar datar dan berjarak, berbeda dengan sapaan akrab yang ia lontarkan pagi tadi. Entah mengapa, nada itu justru menampar lembut hati Aira. Ada rasa yang mencelos tanpa tahu pasti kenapa.

Ia hanya bisa memandangi punggung Zayyan yang perlahan menjauh. Dan untuk pertama kalinya hari itu, Aira merasa... kosong.

Sesampainya di rumah, Aira langsung mengurung diri di kamar. Rebahan di ranjang dan menatap langit-langit. Hening. Sepi. Seolah seluruh hiruk-pikuk pagi tadi hanya mimpi yang terlalu bising.

“Rasanya kembali normal...” gumamnya pelan, memeluk bantal di dada. “Setelah acara tadi yang rasanya kayak setahun lamanya.”

Ia memiringkan tubuh, menatap kosong ke dinding seolah mencari celah untuk melarikan diri dari kenyataan. “Tapi... nanti malam bakal jadi malam yang panjang.” Bisiknya, nyaris tak terdengar. “Aku nggak suka pernikahan ini…”

Matanya perlahan terpejam, mencoba menenangkan gejolak dalam hatinya.

“Harry…” ucapnya lirih, terperangkap di antara rindu dan kehilangan. "Padahal, cinta kita belum putus."

Terpopuler

Comments

Author.Miu

Author.Miu

Pernikahan Aira dan Zayyan kelihatan sweet di mata orang, dengan mahar yang super niat!! Rumah, umrah, emas, plus buku puisi handmade 30 malam, bikin guwe pun takjub.

2025-05-19

0

☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄ🍎

☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄ🍎

Harry punya wanita lain seperti ny

2025-04-20

3

Aksara_Dee

Aksara_Dee

hempaskan Hari.. lihat yg ada di depan mata saja, menyala dompetkuuu

2025-04-20

3

lihat semua
Episodes
1 Ini Hidup Aku
2 Aku Rela Menunggu
3 Jadi, Lamarlah Aku
4 Dia Sok Akrab
5 Jadi Istri Orang Lain
6 Aku Mencium Tangannya
7 Aku Akan Mencintaimu
8 Karena Aku Takut
9 Aku Tidak Mengerti
10 Aku Butuh Waktu
11 Sebagian Keluarganya Asik
12 Aku Belum Siap
13 Cuma Ingin Tahu
14 Ampuni Aku
15 Aku Akan Berusaha
16 Ini Demi Suamiku
17 Kapok Karena Rendang
18 Dia Kerja Keras
19 Dia Percaya Aku
20 Ya Rabb, Jaga Dia
21 Sekarang Ada Suamiku
22 Akhiri Hubungan Lama
23 Tukimo, Paman Kami
24 Kisah Paman Tukimo
25 Asmara Tukimo Muda
26 Kesetiaan Tak Luntur
27 Aku Ingin Protes
28 Tanpa Aku Sadari
29 Kisah Bunda Kasandra
30 Kami Lagi Bucin
31 Agenda Rihlah kemana?
32 Aku Ingin Silaturahmi
33 Sukamti dan Dikromo
34 Dia Menuduh Aku
35 Kesal sama Dia
36 Bocah Bau Kencur
37 Dia Ternyata Cemburu
38 Aku Tidak Galak
39 Bunda Kasandra Selamat
40 Menebus 9 Hari
41 Suamiku terlalu egois
42 Zayyan Putra Kasandra
43 Cinta Yang Nekat
44 Rasa Sakit Harry
45 Jangan Bercanda, Paman!
46 Rafardhan dan Azelique
47 Meski Kenangan itu Manis
48 Ibu yang Terasa Asing
49 Misi Menyelamatkan Aku
50 Suamiku Segalanya
51 Kita Keluarga, Ya?
52 Aku Mulai Pulih
53 Kita Selalu Bersama
54 Indah Untuk Kita
55 Runtuhnya Kekuasaan
56 Potongin Rambutku, ya
57 Dia Sekhawatir itu
58 Main Dulu Yuk
59 Perasaan Kompleks Ini
60 Malapetaka
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Ini Hidup Aku
2
Aku Rela Menunggu
3
Jadi, Lamarlah Aku
4
Dia Sok Akrab
5
Jadi Istri Orang Lain
6
Aku Mencium Tangannya
7
Aku Akan Mencintaimu
8
Karena Aku Takut
9
Aku Tidak Mengerti
10
Aku Butuh Waktu
11
Sebagian Keluarganya Asik
12
Aku Belum Siap
13
Cuma Ingin Tahu
14
Ampuni Aku
15
Aku Akan Berusaha
16
Ini Demi Suamiku
17
Kapok Karena Rendang
18
Dia Kerja Keras
19
Dia Percaya Aku
20
Ya Rabb, Jaga Dia
21
Sekarang Ada Suamiku
22
Akhiri Hubungan Lama
23
Tukimo, Paman Kami
24
Kisah Paman Tukimo
25
Asmara Tukimo Muda
26
Kesetiaan Tak Luntur
27
Aku Ingin Protes
28
Tanpa Aku Sadari
29
Kisah Bunda Kasandra
30
Kami Lagi Bucin
31
Agenda Rihlah kemana?
32
Aku Ingin Silaturahmi
33
Sukamti dan Dikromo
34
Dia Menuduh Aku
35
Kesal sama Dia
36
Bocah Bau Kencur
37
Dia Ternyata Cemburu
38
Aku Tidak Galak
39
Bunda Kasandra Selamat
40
Menebus 9 Hari
41
Suamiku terlalu egois
42
Zayyan Putra Kasandra
43
Cinta Yang Nekat
44
Rasa Sakit Harry
45
Jangan Bercanda, Paman!
46
Rafardhan dan Azelique
47
Meski Kenangan itu Manis
48
Ibu yang Terasa Asing
49
Misi Menyelamatkan Aku
50
Suamiku Segalanya
51
Kita Keluarga, Ya?
52
Aku Mulai Pulih
53
Kita Selalu Bersama
54
Indah Untuk Kita
55
Runtuhnya Kekuasaan
56
Potongin Rambutku, ya
57
Dia Sekhawatir itu
58
Main Dulu Yuk
59
Perasaan Kompleks Ini
60
Malapetaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!