Aku Rela Menunggu

"Mama, Minggu depan Harry mau silaturahmi ke rumah." Aira angkat bicara setelah selesai menyantap sarapan di pagi hari ini.

Hanya ada mereka berdua. Papa Aira -Hariatmaja- sudah berangkat kerja sambil mengantar Aila Adelia Hariatmaja sekolah di MTs Kota Surakarta.

Mama Shania yang sedang mencuci tangan di wastafel menoleh, lalu tersenyum sambil mengelap tangannya pada celemek. "Bagus dong, Sayang. Kalau kalian memang serius, Mama akan dukung."

"Tapi, Mama. Kenapa sih akhir-akhir ini jadi kelihatan pingin aku cepat-cepat menikah?"

Mama Shania menatap putrinya sejenak, seolah mempertimbangkan jawabannya. "Ini soal Papa kamu, Ai. Papa nggak mau lihat kamu kelamaan sendiri. Usiamu udah 23 tahun. Oktober nanti kamu 24. Bagi Papa, itu usia yang sudah matang untuk menikah. Terutama buat anak gadis."

"Tapi, aku nggak sendiri. Aku udah punya pacar, Mama. Kami saling cinta. Kami punya komitmen akan menikah ketika waktunya sudah tepat."

Sang ibu menarik tangannya pelan, lalu menggenggam jemari putrinya erat. Suaranya menurun, tapi nadanya tegas. "Mama pun nggak bisa diam aja, Ai. Kalau kamu terus nunggu Harry sampai dia mapan, bisa-bisa kamu menua duluan. Dia itu cuma pegawai percetakan, masa depannya masih terlalu samar."

"Aku rela nunggu. Aku percaya sama dia."

"Astaghfirullaahaladzim..." Mama menghela nafas, menahan emosi. "Mama benar-benar nggak ngerti jalan pikiran kamu. Kalau gini terus, bener kata Papa. Papa yang akan carikan jodoh buat kamu."

"Ma... maksud Mama apa?"

"Udah. Mama nggak mau dengar alasan kamu lagi. Setiap kali debat sama kamu, Mama selalu kalah karena kamu pandai bicara. Tapi sekarang Mama sudah cukup."

Aira menunduk sejenak, sedih merasa bersalah karena membuat Mamanya kecewa. Tapi, dia juga berhak punya pendapatnya sendiri.

"Mama, ini hidup aku. Aku nggak mau menikah hanya karena dikejar usia. Kalau aku nggak siap, aku bisa kehilangan arah di tengah jalan. Aku ingin membangun rumah tangga dengan hati yang utuh, bukan karena tekanan."

"Kalau begitu, Harry harus bisa meyakinkan Papa. Kalau nggak, Papa akan keukeh carikan jodoh buat kamu," ujar Mama akhirnya, datar.

"Apa?" Aira tercekat. "Kok tega banget? Ini pernikahan, bukan transaksi."

"Papa udah kenal seseorang. Seorang pengusaha muda. Ponakan dari rekan kerjanya di kantor Kementerian Agama. Papa bilang dia mapan, punya usaha sendiri, dan bisa bawa kamu ke hidup yang lebih sejahtera."

Jantung Aira seolah berhenti berdetak. "Jadi, karena dia mapan... Papa anggap dia lebih pantas dari Harry?" Aira bangkit berdiri, matanya mulai memerah. "Apa Mama dan Papa nggak percaya sama pilihan aku? Nggak cukup lima tahun aku mencintai dan memperjuangkan hubungan ini?"

"Ai..." suara Mama Shania mulai melembut, "bukan soal nggak percaya. Tapi Mama dan Papa cuma ingin kamu bahagia."

Aira menggeleng pelan. "Bahagia bukan cuma soal uang, Mama. Bahagia itu tentang rasa aman, saling percaya, dan tumbuh bersama. Harry memang belum mapan, tapi dia kerja keras. Dia jujur, dan dia nggak pernah menjanjikan langit, tapi dia selalu hadir di saat aku butuh."

Mama Shania tak bisa membalas. Tatapannya mulai goyah. Ia tahu, dalam banyak perdebatan, Aira sering menang dengan argumen yang tajam dan penuh keyakinan. Tapi menjadi seorang istri dan ibu membuatnya berada di tengah pusaran yang sulit. Ia ingin melindungi putrinya, namun di sisi lain, ada tanggung jawab untuk membela keputusan suaminya.

Aira menatap ibunya dalam-dalam, lalu berkata pelan, "Mama pernah percaya sama dia. Kenapa sekarang ragu hanya karena waktu belum memihak kami?"

"Sayang..." suara Mama Shania pelan. "Mama nggak mau kita berakhir saling menyakiti. Mama tahu kamu cerdas, bisa mikir panjang. Tapi hidup rumah tangga itu bukan cuma tentang cinta. Itu juga soal kesiapan, perjuangan, dan restu. Kalau kamu memang mantap dengan pilihanmu, segera bawa Harry ke rumah. Yakinkan Papa kamu. Jangan ditunda lagi."

Mama menarik napas dalam, seolah menahan sesuatu yang berat di dadanya. "Tapi kalau setelah ini hatimu mulai goyah, Mama ingin kamu berserah diri. Minta petunjuk dari Yang Maha Tahu. Mulailah sholat istikharah, Sayang. Biar Allah yang tunjukkan jalan."

Mata Aira mulai berkaca-kaca. Ada sesuatu yang dalam jauh sudut hatinya. Kadangkala, ia pun merasa ragu dengan Harry. Tapi Aira tak ingin mengkhianati cinta Harry, karena cowok itu sangat mencintainya.

Aira bersiap-siap untuk berangkat mengajar. Baru saja ia membuka pintu, deretan suara riang dan langkah kecil terdengar dari arah gerbang rumah. Ternyata, keluarga kakaknya, Kak Roha Hariatmaja, datang berkunjung. Ia datang bersama istrinya, Kak Nina Yunita dan putri kecil mereka yang berusia tiga tahun, Mayu Rohani Hariatmaja.

Biasanya, Aira akan menyambut keponakan kecilnya itu dengan antusias dan pelukan hangat. Namun kali ini, wajah Aira tampak murung, matanya kehilangan binar.

“Acam muaikum, onty Ai!” sapa Mayu ceria dengan logat cadelnya.

“Wa’alaikumussalaam wa rahmatullaahi wa barakaatuh,” jawab Aira pelan, nyaris tanpa ekspresi.

Mama Shania langsung menghampiri mereka dengan semangat penuh suka cita. “Mayuuu, cute-nya cucu Oma! Sini sama ngrandmama!”

Mayu pun berlari kecil ke pelukan neneknya.

Senyum Mama Shania melebar. Ia menoleh ke arah Aira yang hendak keluar rumah. Suaranya terdengar lembut namun sarat makna. “Nih lihat, Ai. Apa kamu nggak pengin punya keluarga kayak Kak Roha? Mama masih muda, masih kuat kok ngurusin cucu-cucu kecil. Mumpung Mama masih bisa bantuin kalian.”

Perkataan itu membuat dada Aira terasa sesak. Ia berusaha menahan napas panjang. Tentu, ini akan jadi sesi perbandingan lagi…

Dan benar saja.

Mama Shania melanjutkan, “Sempurnakanlah ibadahmu dengan menikah, Ai. Karena itu sunnah Rasul. Kamu akan makin bahagia kalo punya keluarga begini."

Kalimat itu terdengar seperti seruan yang dibalut dalil. Tapi bagi Aira, nadanya seperti tekanan.

Ia menunduk sejenak, memandangi sepatunya yang berdebu. Di dalam hatinya, amarah kecil mulai bergolak. Kenapa semuanya harus tentang menikah? Kenapa bahagia harus selalu diukur dari punya pasangan dan anak? Tapi ia tak menjawab. Belum saatnya bicara.

Ia melangkah pergi, meninggalkan rumah dengan langkah cepat. Tak disangka, Harry sudah menunggu di seberang jalan, tempat Aira biasa menunggu bus.

Aira terperangah. Perasaannya langsung berubah. Tadi ia merasa muram, sekarang hatinya berbunga-bunga. Saat Harry turun dari motor dan membuka helm, senyum Aira mengembang sempurna. Inilah takdirku, batinnya. Harry datang di saat yang paling aku butuhkan.

“Pagi, Ai,” sapa Harry lembut. “Aku antar ke TK, ya?”

Aira sempat tercengang. Ini bukan kebiasaan Harry. Tapi ia tak peduli. Ia mengangguk cepat, lalu naik ke boncengan sambil senyum-senyum sendiri. Namun di balik punggung yang ia peluk erat, hati Harry justru terasa sesak.

Ia menggenggam erat setang motornya, menahan guncangan dalam dadanya. Ada hal penting yang ingin ia lakukan bahkan sampaikan. Hal yang bisa mengubah segalanya. Atau bahkan...

... mengakhiri segalanya.

Terpopuler

Comments

Tini Timmy

Tini Timmy

tetapi tak ada yang bisa menafikan jika hidup dalam pernikahan itu yang paling utama uang dan tanggung jawab soal cinta itu terkadang dino 2 kan


tetapi setiap orang berbeda terkadang ada yg mementingkan cinta walaupun pernikahan mereka kurang dari segala

2025-05-02

2

Author.Miu

Author.Miu

Aira makin dilema berat banget karena orang tuanya 'terutama Papanya' maksa dia cepet-cepet nikah sama cowok mapan yang direkomendasiin.

2025-05-19

0

Rini Antika

Rini Antika

semangat terus, like dan subscribe mendarat, insyaallah nanti aku bacanya nyicil ya

2025-04-24

2

lihat semua
Episodes
1 Ini Hidup Aku
2 Aku Rela Menunggu
3 Jadi, Lamarlah Aku
4 Dia Sok Akrab
5 Jadi Istri Orang Lain
6 Aku Mencium Tangannya
7 Aku Akan Mencintaimu
8 Karena Aku Takut
9 Aku Tidak Mengerti
10 Aku Butuh Waktu
11 Sebagian Keluarganya Asik
12 Aku Belum Siap
13 Cuma Ingin Tahu
14 Ampuni Aku
15 Aku Akan Berusaha
16 Ini Demi Suamiku
17 Kapok Karena Rendang
18 Dia Kerja Keras
19 Dia Percaya Aku
20 Ya Rabb, Jaga Dia
21 Sekarang Ada Suamiku
22 Akhiri Hubungan Lama
23 Tukimo, Paman Kami
24 Kisah Paman Tukimo
25 Asmara Tukimo Muda
26 Kesetiaan Tak Luntur
27 Aku Ingin Protes
28 Tanpa Aku Sadari
29 Kisah Bunda Kasandra
30 Kami Lagi Bucin
31 Agenda Rihlah kemana?
32 Aku Ingin Silaturahmi
33 Sukamti dan Dikromo
34 Dia Menuduh Aku
35 Kesal sama Dia
36 Bocah Bau Kencur
37 Dia Ternyata Cemburu
38 Aku Tidak Galak
39 Bunda Kasandra Selamat
40 Menebus 9 Hari
41 Suamiku terlalu egois
42 Zayyan Putra Kasandra
43 Cinta Yang Nekat
44 Rasa Sakit Harry
45 Jangan Bercanda, Paman!
46 Rafardhan dan Azelique
47 Meski Kenangan itu Manis
48 Ibu yang Terasa Asing
49 Misi Menyelamatkan Aku
50 Suamiku Segalanya
51 Kita Keluarga, Ya?
52 Aku Mulai Pulih
53 Kita Selalu Bersama
54 Indah Untuk Kita
55 Runtuhnya Kekuasaan
56 Potongin Rambutku, ya
57 Dia Sekhawatir itu
58 Main Dulu Yuk
59 Perasaan Kompleks Ini
60 Malapetaka
Episodes

Updated 60 Episodes

1
Ini Hidup Aku
2
Aku Rela Menunggu
3
Jadi, Lamarlah Aku
4
Dia Sok Akrab
5
Jadi Istri Orang Lain
6
Aku Mencium Tangannya
7
Aku Akan Mencintaimu
8
Karena Aku Takut
9
Aku Tidak Mengerti
10
Aku Butuh Waktu
11
Sebagian Keluarganya Asik
12
Aku Belum Siap
13
Cuma Ingin Tahu
14
Ampuni Aku
15
Aku Akan Berusaha
16
Ini Demi Suamiku
17
Kapok Karena Rendang
18
Dia Kerja Keras
19
Dia Percaya Aku
20
Ya Rabb, Jaga Dia
21
Sekarang Ada Suamiku
22
Akhiri Hubungan Lama
23
Tukimo, Paman Kami
24
Kisah Paman Tukimo
25
Asmara Tukimo Muda
26
Kesetiaan Tak Luntur
27
Aku Ingin Protes
28
Tanpa Aku Sadari
29
Kisah Bunda Kasandra
30
Kami Lagi Bucin
31
Agenda Rihlah kemana?
32
Aku Ingin Silaturahmi
33
Sukamti dan Dikromo
34
Dia Menuduh Aku
35
Kesal sama Dia
36
Bocah Bau Kencur
37
Dia Ternyata Cemburu
38
Aku Tidak Galak
39
Bunda Kasandra Selamat
40
Menebus 9 Hari
41
Suamiku terlalu egois
42
Zayyan Putra Kasandra
43
Cinta Yang Nekat
44
Rasa Sakit Harry
45
Jangan Bercanda, Paman!
46
Rafardhan dan Azelique
47
Meski Kenangan itu Manis
48
Ibu yang Terasa Asing
49
Misi Menyelamatkan Aku
50
Suamiku Segalanya
51
Kita Keluarga, Ya?
52
Aku Mulai Pulih
53
Kita Selalu Bersama
54
Indah Untuk Kita
55
Runtuhnya Kekuasaan
56
Potongin Rambutku, ya
57
Dia Sekhawatir itu
58
Main Dulu Yuk
59
Perasaan Kompleks Ini
60
Malapetaka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!