Satu Hati Dua Cinta (SHDC)
Awal pertemuan ku dengan Rama
Pagi itu kami tengah turun dari bus, aku berjalan menuju kampus bersama Rara sahabat terbaik ku yang tinggal satu kosan dengan ku. Ini adalah kuliah semester kedua ku, aku harus giat bekerja untuk memenuhi kehidupan ku sehari hari serta membayar uang kuliah. Saat kami tengah asyik berbincang sambil terus berjalan, tiba-tiba ada suara seperti ledakan disertai suara klakson mobil yang terus berbunyi tanpa berhenti. Suara itu terdengar nyaring ditelinga kami, seketika aku menoleh kebelakang
"Ra ada tabrakan" aku panik saat melihat mobil mewah itu menempel di atas mobil sedan dengan kondisi mobil yang terlihat rusak parah. Tetesan darah mengalir dari pintu mobil mewah yang berada di atas, terlihat pintu mobil terbuka dan satu tangan berlumuran darah yang mengayun keluar.
"Blukkkkk....!" seorang lelaki tinggi kekar terjatuh dari atas dan tak sadarkan diri, tubuhnya berlumuran dengan darah. Terlihat beberapa orang tengah mengerumuninya dan tak banyak juga yang mengabadikan kondisi itu dengan video dari ponsel mereka.
"Kamu mau ngapain Mey?" tanya Rara yang tampak ketakutan melihat darah yang berceceran
"Ayo kesana, kita bantu mereka" aku panik dan menarik tangan Rara sambil berlari ke TKP yang jaraknya hanya 2 meter dari tempat kami berdiri
"Nggak mau, kamu aja yang nolongin mereka. Aku takut dengan darah" Rara melepaskan pegangan ku lalu berlari menjauhi ku
Aku melangkah kan kakiku di tengah-tengah kerumunan warga, lalu aku berjongkok didekat lelaki yang berlumuran darah itu. Aku meminta pada warga untuk membantuku mengangkat korban ke pinggir, terlihat juga beberapa warga sedang membantu mengeluarkan dua korban yang terjebak di mobil sedan yang tertindih oleh mobil mewah itu.
Aku segera mengambil handphoneku untuk menelepon ambulance. Tiba-tiba aku terkejut ketakutan saat tangan lelaki itu memegang pergelangan tangan kananku. Aku sangat ketakutan dan mencoba melepaskan tangan lelaki itu, alhasil aku berhasil melepaskannya.
"Darah lelaki ini mengotori tangan dan bajuku."
Setelah sepuluh menit kemudian mobil polisi datang serta disusul oleh dua ambulance di belakangnya, Kedua korban dibawa dengan satu ambulance, sedangkan lelaki itu memegang tangan ku lagi saat beberapa petugas medis ingin mengangkatnya masuk ke dalam ambulance.
"Tolong lepaskan saya" waktu itu aku sangat panik sekali karena lelaki itu tak mau melepaskan tanganku
"Mari mbak ikut kami ke rumah sakit" salah seorang perawat mengajak ku masuk ke dalam mobil ambulance.
Aku terpaksa naik ke mobil, Karena mereka semua melotot kearah ku sambil berkata yang tidak-tidak. Mungkin beberapa warga berfikir aku kenal dengan lelaki tersebut atau mungkin mereka pikir akulah penyebab kecelakaan itu, karena lelaki itu terus saja memegang tangan ku.
Aku hanya bisa duduk disamping lelaki itu sambil pasrah membalas pegangan tangannya. Meskipun ia tak sadarkan diri, entah kenapa pegangan tangannya sangat kuat sekali. Tiba-tiba hatiku merasa iba melihat kondisi tubuhnya yang terpasang beberapa alat bantu dari medis.
Setibanya di rumah sakit, beberapa perawat berjalan cepat sambil mendorong ranjang emergency menuju ruangan ICU.
Aku disuruh salah seorang perawat untuk mengisi formulir pendaftaran pasien, karena merasa tak kenal dengan lelaki tersebut, aku mengisi identitasnya dengan ngawur. Terpaksa juga aku harus menunggunya di depan ruang ICU, Karena aku tak tahu bagaimana menghubungi pihak keluarganya, aku cuma berharap polisi bisa segera mengetahui identitasnya dan pihak keluarganya bisa segera datang mendampingi korban.
"Dimana pihak keluarga pasien" aku mendengar suara dokter yang barusan keluar dari ruangan lelaki tersebut
"Saya temannya dok, bagaimana kondisinya?" aku langsung berdiri dan bertanya pada dokter tersebut
"Pasien mengalami cidera di bagian punggungnya, dan juga mengalami pendarahan yang cukup parah. Jadi kami memerlukan transfusi darah, tetapi untuk stok darah golongan A di rumah sakit ini sudah tidak ada lagi. Kalau pasien tidak segera mendapatkan transfusi darah, kemungkinan nyawanya..." dokter tak meneruskan kata-katanya karena aku memotong pembicaraannya
"Golongan darah saya juga A dok, jadi ambil darah saya saja."
"Baik... mari silahkan ikut saya" ajak dokter tersebut berjalan ke sebuah ruangan
Ini pertama kalinya aku mendonorkan darahku untuk seseorang, sejak muda aku tak berani mendonorkan darah ku karena aku paling takut dengan jarum suntik. Dari kecil aku sudah alergi dengan jarum suntik, setelah disuntik pasti bagian tubuhku yang terkena jarum suntik akan memar dan membengkak disertai nyeri sampai beberapa hari. Tetapi setelah sekian lama aku tak merasakan jarum suntik, hari ini aku akan akan mengalami alergi lagi karena sudah jelas tujuan ku adalah untuk menyelamatkan nyawa lelaki itu.
"Maaf dok saya permisi dulu" setelah selesai mendonorkan darah ku, aku langsung bergegas keluar meninggalkan rumah sakit.
"Aku harus buru-buru ke kampus, jangan sampai dosen galak itu menghukumku lagi." gumam ku sambil menunggu taksi yang lewat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
nuri
jd inget waktu ak kecelakaan kyak gtu jg...bluk & g sadar smp lm 😭
2022-12-29
0
Anonymous
lanjut
2021-11-25
0
ABCD 1234
sama aku jga takut liat darah 😅
2021-03-01
1