Bagian 5 Menata Jarak, Menyimpan Rindu

Sejak malam Saras mengatakan bahwa mereka perlu menjaga jarak, suasana di rumah kos mereka berubah total. Bukan hanya canggung, tapi juga terasa asing. Seperti dua orang yang tinggal di bawah atap yang sama, namun seolah-olah dipisahkan oleh tembok transparan. Mereka saling melihat, tapi tak bisa benar-benar menjangkau.

Galuh bangun pagi-pagi sekali hari itu. Bukan karena ia punya kelas pagi, melainkan karena sudah beberapa hari ini ia sulit tidur nyenyak. Pikirannya penuh oleh kata-kata Saras. Ia mencoba memahaminya, menyadari bahwa Saras tidak bermaksud menyakitinya, namun tetap saja perasaan itu menoreh dalam.

Ia membuka kulkas, hanya ada sebotol air dan sisa roti tawar. Biasanya, Saras selalu memastikan kulkas tidak kosong. Galuh meraih roti itu dan menatapnya kosong.

“Pagi.”

Suara itu membuat Galuh sedikit tersentak. Saras berdiri di ambang pintu dapur, mengenakan hoodie abu-abu dan celana panjang hitam. Wajahnya terlihat lelah, matanya sedikit bengkak.

“Pagi, Kak,” balas Galuh pelan.

Tak ada percakapan lanjutan. Saras berjalan ke arah kulkas, mengambil air minum, lalu kembali ke kamarnya tanpa menoleh.

Dan itu menyakitkan.

---

Di kampus, Galuh mencoba mengalihkan perhatian. Ia ikut rapat organisasi, sibuk menyusun proposal kegiatan, dan bahkan mulai mengerjakan tugas-tugas kelompok dengan lebih cepat. Tapi semua itu tidak benar-benar menghapus Saras dari pikirannya.

Salah satu teman sekelasnya, Hana, menyadari perubahan itu.

“Kamu kenapa, Gal? Akhir-akhir ini kamu keliatan kayak robot. Kerja, diam, pulang.”

Galuh tersenyum seadanya. “Nggak apa-apa, Han. Lagi banyak pikiran aja.”

“Kosnya aman?”

Galuh mengangguk. Tapi senyumnya tidak meyakinkan.

Hana menatapnya sebentar, lalu menepuk pundaknya. “Kalau butuh teman cerita, gue ada.”

“Thanks.”

---

Malam itu, Galuh memutuskan untuk keluar sebentar. Ia butuh udara. Ia butuh jeda dari tatapan kosong Saras yang menghantui rumah kos mereka. Ia berjalan ke taman kecil dekat kampus. Tempat itu biasanya sepi malam-malam, dan itulah yang ia butuhkan.

Ia duduk di bangku kayu tua, menatap langit gelap tanpa bintang. Tangannya merogoh saku jaket dan mengeluarkan ponselnya. Ia membuka galeri melihat foto-foto Saras yang diam-diam pernah ia ambil. Saras sedang memasak, Saras yang tertidur di sofa, Saras yang tertawa saat menonton film horor dan berpura-pura tidak takut.

Galuh tertawa kecil, lalu mendesah panjang. Ia menulis catatan di ponselnya:

> "Mencintaimu adalah seperti menulis surat yang tak pernah kukirim. Aku tahu kau tak akan membacanya, tapi aku terus menulis."

---

Sementara itu, di rumah kos, Saras duduk sendirian di dalam kamarnya. Laptopnya terbuka, file tugas masih kosong. Pikirannya terus melayang ke Galuh. Ia merasa bersalah, tapi juga takut. Perasaan ini terlalu baru, terlalu asing. Ia tak tahu bagaimana cara menghadapinya.

Saras membuka laci kecil di samping tempat tidur dan mengeluarkan sebuah buku catatan tua. Ia membuka halaman-halaman awal. Tulisan tangan remaja yang dulu begitu polos dan ceria kini tampak asing. Ia membaca ulang beberapa paragraf yang ia tulis saat SMA. Tentang ketakutannya jatuh cinta. Tentang trauma dari seseorang yang dulu pergi begitu saja, meninggalkannya dengan pertanyaan tanpa jawaban.

Saras menutup buku itu dan menatap langit-langit kamar.

“Kenapa kamu datang saat aku sudah belajar untuk tidak butuh siapa-siapa, Galuh?”

---

Hari-hari berlalu, dan mereka tetap menjaga jarak. Namun perlahan, jarak itu tak lagi terasa dingin. Saras mulai menyapa Galuh saat pagi. Galuh mulai meninggalkan camilan kecil di depan pintu kamar Saras. Tak ada kata-kata, tak ada percakapan panjang. Tapi ada usaha kecil untuk saling tetap hadir meski tak bersentuhan.

Suatu sore, saat Galuh pulang lebih awal dari kampus karena dosennya tidak hadir, ia mendapati pintu kamar Saras terbuka sedikit. Terdengar suara musik klasik dari dalam.

“Eh, Kak Saras tidur, ya?” gumamnya pelan.

Namun saat hendak masuk ke kamarnya sendiri, ia mendengar suara isak.

Perlahan, ia mendekati pintu Saras dan mengetuk pelan. “Kak?”

Tak ada jawaban.

Galuh membuka pintu itu perlahan. Saras duduk di pojok tempat tidurnya, memeluk lutut, wajahnya basah oleh air mata.

Tanpa pikir panjang, Galuh masuk dan duduk di sebelahnya. “Kenapa, Kak?”

Saras menggigit bibirnya, mencoba menahan tangis. “Aku... capek, Gal. Aku capek jadi kuat terus. Aku capek pura-pura nggak butuh orang lain.”

Galuh menatapnya, lalu menggenggam tangannya perlahan.

“Kamu nggak sendirian sekarang.”

Saras menatap Galuh dengan mata merah, lalu memeluknya. Pelukan yang awalnya ragu, tapi berubah menjadi erat. Seolah tubuhnya menyimpan semua rasa sakit yang selama ini ia tahan, dan akhirnya menemukan tempat untuk melepasnya.

Galuh memejamkan mata. Ia tahu, malam ini mungkin bukan awal dari sebuah hubungan yang indah, tapi setidaknya ini adalah titik di mana mereka mulai jujur pada luka masing-masing.

Dan mungkin, dari sanalah cinta tumbuh dengan perlahan.

Episodes
1 Bagian 1 Awal yang Tak Terduga
2 Bagian 2 Bukan Sekadar Kos-Kosan
3 Bagian 3 Tumbuhnya Rasa, Diam-diam
4 Bagian 4 Malam yang Mengganggu
5 Bagian 5 Menata Jarak, Menyimpan Rindu
6 Bagian 6 Jangan Dekat Kalau Nggak Mau Jatuh
7 Bagian 7 Semakin Dekat, Semakin Takut
8 Bagian 8 Rahasia yang Terkubur
9 Bagian 9 Bayang Masa Lalu yang Tak Pergi
10 Bagian 10 Jebakan yang Mengoyak Kepercayaan
11 Bagian 11 Luka yang Tersembunyi
12 Bagian 12 Langkah Pertama Menuju Cahaya
13 Bagian 13 Hati yang Tak Ingin Berbohong
14 Bagian 14 Status yang Belum Bernama
15 Bagian 15 Rahasia dari Masa Lalu
16 Bagian 16 Bayangan yang Mengintai
17 Bagian 17 Aku, Kamu, dan Rahasia yang Belum Usai
18 Bagian 18 Rahasia dari Masa Lalu
19 Bagian 19 Titik Patah Saras
20 Bagian 20 Luka yang Belum Sembuh
21 Bagian 21 Terlalu Dekat dengan Kenyataan
22 Bagian 22 Nyaris Jatuh, Nyaris Jujur
23 Bagian 23 Kenyataan yang Menyakitkan
24 Bagian 24 Cinta yang Tidak Pernah Sama
25 Bagian 25 Ketika Hati Bicara Lebih Dulu
26 Bagian 26 Jeda yang Mengusik
27 Bagian 27 Peluang yang Tak Disangka
28 Bagian 28 Gerbang yang Terbuka Setengah
29 Bagian 29 Jejak Luka yang Tersisa
30 Bagian 30 Memasuki Gerbang Perubahan
31 Bagian 31 Jeda yang Membuka Mata
32 Bagian 32 Tanda Tanya di Balik Senyuman
33 Bagian 33 Isyarat yang Tak Terucap
34 Bagian 34 Tumbukan Dua Dunia
35 Bagian 35 Jejak Luka dan Nyala Harapan
36 Bagian 36 Luka yang Menemukan Cahaya
37 Bagian 37 Retakan yang Menyatukan
38 Bagian 38 Riak-Riak di Balik Kedamaian
39 Bagian 39 Dalam Diam yang Menyala
40 Bagian 40 Cahaya yang Tak Pernah Padam
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bagian 1 Awal yang Tak Terduga
2
Bagian 2 Bukan Sekadar Kos-Kosan
3
Bagian 3 Tumbuhnya Rasa, Diam-diam
4
Bagian 4 Malam yang Mengganggu
5
Bagian 5 Menata Jarak, Menyimpan Rindu
6
Bagian 6 Jangan Dekat Kalau Nggak Mau Jatuh
7
Bagian 7 Semakin Dekat, Semakin Takut
8
Bagian 8 Rahasia yang Terkubur
9
Bagian 9 Bayang Masa Lalu yang Tak Pergi
10
Bagian 10 Jebakan yang Mengoyak Kepercayaan
11
Bagian 11 Luka yang Tersembunyi
12
Bagian 12 Langkah Pertama Menuju Cahaya
13
Bagian 13 Hati yang Tak Ingin Berbohong
14
Bagian 14 Status yang Belum Bernama
15
Bagian 15 Rahasia dari Masa Lalu
16
Bagian 16 Bayangan yang Mengintai
17
Bagian 17 Aku, Kamu, dan Rahasia yang Belum Usai
18
Bagian 18 Rahasia dari Masa Lalu
19
Bagian 19 Titik Patah Saras
20
Bagian 20 Luka yang Belum Sembuh
21
Bagian 21 Terlalu Dekat dengan Kenyataan
22
Bagian 22 Nyaris Jatuh, Nyaris Jujur
23
Bagian 23 Kenyataan yang Menyakitkan
24
Bagian 24 Cinta yang Tidak Pernah Sama
25
Bagian 25 Ketika Hati Bicara Lebih Dulu
26
Bagian 26 Jeda yang Mengusik
27
Bagian 27 Peluang yang Tak Disangka
28
Bagian 28 Gerbang yang Terbuka Setengah
29
Bagian 29 Jejak Luka yang Tersisa
30
Bagian 30 Memasuki Gerbang Perubahan
31
Bagian 31 Jeda yang Membuka Mata
32
Bagian 32 Tanda Tanya di Balik Senyuman
33
Bagian 33 Isyarat yang Tak Terucap
34
Bagian 34 Tumbukan Dua Dunia
35
Bagian 35 Jejak Luka dan Nyala Harapan
36
Bagian 36 Luka yang Menemukan Cahaya
37
Bagian 37 Retakan yang Menyatukan
38
Bagian 38 Riak-Riak di Balik Kedamaian
39
Bagian 39 Dalam Diam yang Menyala
40
Bagian 40 Cahaya yang Tak Pernah Padam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!