Bagian 4 Malam yang Mengganggu

Beberapa hari setelah malam penuh kenangan dan luka itu, suasana di kos terasa berbeda. Galuh menyadari perubahan kecil yang terjadi antara dirinya dan Saras. Bukan hanya soal sikap yang kini lebih hangat, tapi juga cara Saras mulai memberinya tempat dalam kesehariannya.

Pagi itu, saat Galuh turun ke dapur, ia dikejutkan oleh aroma nasi goreng yang menggoda. Di meja sudah terhidang dua piring lengkap dengan telur ceplok di atasnya. Saras berdiri di dekat kompor dengan celemek lusuh bertuliskan “I’m not bossy, I just have better ideas”.

“Pagi,” sapa Saras tanpa menoleh.

Galuh sempat terdiam. “Eh… pagi juga, Kak. Ini…?”

“Buat sarapan. Kamu kan sering skip sarapan,” jawab Saras sambil meletakkan sendok di atas piring.

Galuh tersenyum kecil. “Wah, aku beruntung banget tinggal bareng senior secantik dan sepandai masak kayak Kak Saras.”

Saras menoleh dan menyipitkan mata. “Itu gombal. Tapi karena kamu bantu aku malam itu, anggap aja ini balas jasanya.”

Galuh duduk sambil menahan senyum. Meski Saras terdengar santai, ada kilatan hangat di matanya. Dan pagi itu, untuk pertama kalinya, mereka sarapan bersama di meja yang biasanya hanya jadi tempat numpuk cucian piring kotor.

---

Waktu terus berjalan, dan Galuh mulai terbiasa dengan kedekatan itu. Ia belajar menahan gejolak yang sering tiba-tiba muncul saat melihat Saras tertidur di sofa, atau saat mereka bertukar cerita soal masa kecil. Tapi perasaan bukan sesuatu yang bisa dikendalikan semudah mematikan lampu kamar. Ia tumbuh. Diam-diam, tapi pasti.

Hari itu, Galuh pulang lebih cepat dari biasanya. Ia baru saja selesai rapat tim dokumentasi untuk kegiatan kampus. Saat membuka pintu kos, ia mendapati Saras sedang duduk di ruang tamu dengan wajah murung.

Galuh menaruh tasnya dan mendekat. “Kak Saras? Kenapa?”

Saras menatapnya dengan mata merah. “Teman kelompokku ngadu ke dosen… katanya aku nggak kerja apa-apa.”

Galuh duduk di sebelahnya. “Tapi kan kamu yang ngumpulin semua data dan bikin power point-nya.”

Saras mengangguk pelan. “Aku nggak ngerti kenapa mereka bisa segitu tega.”

Galuh menarik napas panjang, mencoba menenangkan. “Mungkin karena kamu terlalu pendiam. Mereka kira kamu nggak ngapa-ngapain.”

“Kalau aku banyak ngomong, orang bakal bilang aku sok tahu.”

“Kalau kamu diem, orang bilang kamu nggak peduli,” Galuh mengangguk pelan. “Kamu nggak akan pernah bisa nyenengin semua orang, Kak. Tapi kamu bisa fokus nyenengin diri sendiri.”

Saras menatap Galuh. Lama.

Dan untuk pertama kalinya, ia bersandar di bahu pemuda itu.

“Kalau kamu nggak ada, aku nggak tahu bakal kayak gimana sekarang,” ucap Saras pelan.

Galuh menahan napasnya. Suara detak jantungnya terasa terlalu keras di dalam dada.

“Aku… seneng bisa ada di sini buat Kak Saras,” balas Galuh pelan.

Dalam diam itu, udara terasa aneh. Akrab, tapi canggung. Galuh tahu bahwa momen ini berharga. Tapi juga berbahaya. Ia bisa kehilangan semuanya jika salah langkah. Karena meskipun kedekatan itu nyata, Saras tetaplah Saras seseorang yang menyimpan banyak rahasia dan luka.

---

Malam harinya, Galuh duduk sendirian di kamar. Ia membuka jurnal pribadinya di laptop, lalu mulai mengetik.

“Hari ini, Saras bersandar di bahuku. Bukan mimpi. Bukan delusi. Tapi aku tahu, perasaanku semakin sulit dibendung. Aku takut. Aku takut berharap lebih, karena satu langkah lebih jauh bisa menghancurkan semuanya. Tapi kalau aku diam terus, perasaan ini bisa membunuhku pelan-pelan.”

Galuh menutup laptopnya dan menghela napas berat. Ia tahu, suatu saat, ia harus mengambil keputusan. Menjaga perasaannya tetap tersembunyi, atau mengungkapkan semuanya dan bersiap dengan segala risikonya.

---

Beberapa hari setelah kejadian itu, Saras mulai sedikit menjaga jarak. Ia tak lagi sarapan bersama Galuh, dan lebih sering mengunci diri di kamar. Galuh tidak bodoh ia tahu, Saras sedang berusaha mengembalikan batas yang mulai mereka lewati.

Suatu malam, Galuh memberanikan diri mengetuk pintu kamar Saras.

“Kak… kita bisa ngobrol sebentar?” tanyanya.

Tak ada jawaban. Galuh menunggu. Detik demi detik berlalu.

Akhirnya, pintu terbuka perlahan. Saras berdiri di ambang pintu dengan wajah datar.

“Ada apa?”

Galuh menatapnya, mencoba mencari celah di balik tatapan dingin itu.

“Aku cuma mau pastiin… kita baik-baik aja, kan?”

Saras terdiam cukup lama sebelum menjawab, “Kita baik-baik aja. Tapi mungkin… kita perlu jaga jarak sebentar.”

“Kenapa?” suara Galuh melemah.

Saras menarik napas panjang. “Karena aku nggak tahu aku ini siapa buat kamu, dan kamu siapa buat aku. Dan sebelum semua ini jadi terlalu dalam… aku butuh waktu.”

Galuh menunduk. Jawaban itu pedih. Tapi ia tahu, Saras tidak salah. Justru Saras sedang mencoba menyelamatkan mereka berdua dari perasaan yang belum punya bentuk.

“Baik, Kak. Aku ngerti.”

Dan malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian minggu, Galuh tidur dengan lampu menyala. Hatinya remuk. Tapi ia tahu, perasaan tidak selalu harus diperjuangkan saat itu juga. Kadang… yang dibutuhkan hanya waktu.

Terpopuler

Comments

kalea rizuky

kalea rizuky

bagus lo ceritanya

2025-04-25

0

ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐

ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐

ceritanya bagus👌🏻

2025-04-24

0

lihat semua
Episodes
1 Bagian 1 Awal yang Tak Terduga
2 Bagian 2 Bukan Sekadar Kos-Kosan
3 Bagian 3 Tumbuhnya Rasa, Diam-diam
4 Bagian 4 Malam yang Mengganggu
5 Bagian 5 Menata Jarak, Menyimpan Rindu
6 Bagian 6 Jangan Dekat Kalau Nggak Mau Jatuh
7 Bagian 7 Semakin Dekat, Semakin Takut
8 Bagian 8 Rahasia yang Terkubur
9 Bagian 9 Bayang Masa Lalu yang Tak Pergi
10 Bagian 10 Jebakan yang Mengoyak Kepercayaan
11 Bagian 11 Luka yang Tersembunyi
12 Bagian 12 Langkah Pertama Menuju Cahaya
13 Bagian 13 Hati yang Tak Ingin Berbohong
14 Bagian 14 Status yang Belum Bernama
15 Bagian 15 Rahasia dari Masa Lalu
16 Bagian 16 Bayangan yang Mengintai
17 Bagian 17 Aku, Kamu, dan Rahasia yang Belum Usai
18 Bagian 18 Rahasia dari Masa Lalu
19 Bagian 19 Titik Patah Saras
20 Bagian 20 Luka yang Belum Sembuh
21 Bagian 21 Terlalu Dekat dengan Kenyataan
22 Bagian 22 Nyaris Jatuh, Nyaris Jujur
23 Bagian 23 Kenyataan yang Menyakitkan
24 Bagian 24 Cinta yang Tidak Pernah Sama
25 Bagian 25 Ketika Hati Bicara Lebih Dulu
26 Bagian 26 Jeda yang Mengusik
27 Bagian 27 Peluang yang Tak Disangka
28 Bagian 28 Gerbang yang Terbuka Setengah
29 Bagian 29 Jejak Luka yang Tersisa
30 Bagian 30 Memasuki Gerbang Perubahan
31 Bagian 31 Jeda yang Membuka Mata
32 Bagian 32 Tanda Tanya di Balik Senyuman
33 Bagian 33 Isyarat yang Tak Terucap
34 Bagian 34 Tumbukan Dua Dunia
35 Bagian 35 Jejak Luka dan Nyala Harapan
36 Bagian 36 Luka yang Menemukan Cahaya
37 Bagian 37 Retakan yang Menyatukan
38 Bagian 38 Riak-Riak di Balik Kedamaian
39 Bagian 39 Dalam Diam yang Menyala
40 Bagian 40 Cahaya yang Tak Pernah Padam
Episodes

Updated 40 Episodes

1
Bagian 1 Awal yang Tak Terduga
2
Bagian 2 Bukan Sekadar Kos-Kosan
3
Bagian 3 Tumbuhnya Rasa, Diam-diam
4
Bagian 4 Malam yang Mengganggu
5
Bagian 5 Menata Jarak, Menyimpan Rindu
6
Bagian 6 Jangan Dekat Kalau Nggak Mau Jatuh
7
Bagian 7 Semakin Dekat, Semakin Takut
8
Bagian 8 Rahasia yang Terkubur
9
Bagian 9 Bayang Masa Lalu yang Tak Pergi
10
Bagian 10 Jebakan yang Mengoyak Kepercayaan
11
Bagian 11 Luka yang Tersembunyi
12
Bagian 12 Langkah Pertama Menuju Cahaya
13
Bagian 13 Hati yang Tak Ingin Berbohong
14
Bagian 14 Status yang Belum Bernama
15
Bagian 15 Rahasia dari Masa Lalu
16
Bagian 16 Bayangan yang Mengintai
17
Bagian 17 Aku, Kamu, dan Rahasia yang Belum Usai
18
Bagian 18 Rahasia dari Masa Lalu
19
Bagian 19 Titik Patah Saras
20
Bagian 20 Luka yang Belum Sembuh
21
Bagian 21 Terlalu Dekat dengan Kenyataan
22
Bagian 22 Nyaris Jatuh, Nyaris Jujur
23
Bagian 23 Kenyataan yang Menyakitkan
24
Bagian 24 Cinta yang Tidak Pernah Sama
25
Bagian 25 Ketika Hati Bicara Lebih Dulu
26
Bagian 26 Jeda yang Mengusik
27
Bagian 27 Peluang yang Tak Disangka
28
Bagian 28 Gerbang yang Terbuka Setengah
29
Bagian 29 Jejak Luka yang Tersisa
30
Bagian 30 Memasuki Gerbang Perubahan
31
Bagian 31 Jeda yang Membuka Mata
32
Bagian 32 Tanda Tanya di Balik Senyuman
33
Bagian 33 Isyarat yang Tak Terucap
34
Bagian 34 Tumbukan Dua Dunia
35
Bagian 35 Jejak Luka dan Nyala Harapan
36
Bagian 36 Luka yang Menemukan Cahaya
37
Bagian 37 Retakan yang Menyatukan
38
Bagian 38 Riak-Riak di Balik Kedamaian
39
Bagian 39 Dalam Diam yang Menyala
40
Bagian 40 Cahaya yang Tak Pernah Padam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!