Relauch 'Is It Love?' ~ 'Us Now'
Episode 1
Lee Seung Woon
Seung Hoon, tunggu aku.
Rasa lelah menjalari tubuh Seung Woon yang berusaha mengejar Sang Adik yang penuh semangat berlari menaiki tanjakan.
Lee Seung Hoon
Hei, Lee Seung Woon!
Kesal, akhirnya Seung Hoon pun menghentikan larinya dan menoleh ke belakang.
Aku tidak suka melakukan hal yang sentimental, sekalipun untuk 2 Kakak perempuanku. Tetapi, pengecualian bagi seorang bernama “Lee Seung Woon”, yang tak lain adalah Kakak kembarku. Sosok yang selalu bisa menggerakkanku, walau itu adalah hal yang sangat kubenci. Seperti sekarang, dia berhasil buatku menuruni lagi jalan ini setibanya di puncak tanjakan…
Lee Seung Hoon
Pegang ini!
Ada senyum cerah yang langsung terukir di wajah Seung Woon tatkala melihat uluran tangan Adiknya. Ia pun langsung menyambutnya dengan riang dan mereka melangkah beriringan sampai tiba di puncak tanjakan.
Lee Seung Hoon
Terbiasa dengan sikap kasar Sang Adik yang langsung menghempaskan tangannya membuat Seung Woon tersenyum jahil dan langsung berlari menuruni tanjakan.
Lee Seung Woon
Heeiii..Lee Seung Woon. Cepaaat..Hahahahaha...
Lee Seung Hoon
Menyaksikan Sang Kakak melambai riang berlari meninggalkannya. Seung Hoon hanya berdecak kesal dan mengikuti langkahnya.
Beberapa saat, keduanya tiba di Gedung Olahraga Pusat Kota Busan dan masuk setelah menyerahkan tiket pertandingan Taekwondo yang akan mereka saksikan siang itu.
Lee Seung Woon
Kita beruntung dapat tempat duduk dengan zona nyaman. Di sini semuanya bisa terlihat jelas.
Di antara keramaian itu, Seung Woon yang kini dalam posisi setengah berdiri pun mulai mencari sosok di tengah arena pertandingan, tanpa mempedulikan Seung Hoon yang masih duduk tenang dengan kedua tangan di saku jaketnya dan memandang datar ke arah yang sama.
Lee Seung Woon
Aku rasa, dia belum bertanding.
Dengan tatap dingin dari balik mata kecil yang sempat ikut memperhatikan setiap sudut arena, Seung Hoon tiba-tiba menarik kuat ujung jaket kembarannya yang seketika terduduk dengan sekali sentakan. Semua ia lakukan setelah beberapa saat memandangi sosok gadis berseragam Taekwondo yang baru saja memasuki tepi kanan arena bersama enam pria berseragam olahraga.
Seung Hoon pun mengisyaratkan agar dia mengalihkan pandangan ke arah yang sama.
Lee Seung Hoon
Kau mencarinya?
Lee Seung Woon
Oh! Aeka? Itu Yoon Aeka!
Melihat Seung Woon yang begitu kegirangan melihat gadis berseragam Taekwondo dengan kucir kuda itu sesaat Seung Hoon hanya tersenyum sinis dan ikut melihat kearah yang sama.
Tetapi, kening Seung Hoon berkerut tatkala gadis bernama “Yoon Aeka” itu tanpa sengaja menatap tepat ke matanya. Hanya beberapa detik namun, tatapan datarnya mampu membuat dia terpaku tanpa sepengetahuan Seung Woon yang masih bertepuk senang di sisinya.
Komentator
Pertandingan babak pertama segera di mulai, Yoon Aeka akan melawan juara nasional tiga kali berturut-turut. Gadis super kebanggan Busan, Yang Han Ah.
Suara komentator bergema hingga menyebabkan gemuruh sorakan dari seluruh penggemar Taekwondo. Tidak terkecuali, Seung Woon yang terlihat lebih bersemangat dan buat Sang Adik tersadar dari lamunannya.
Lee Seung Woon
Aku akan berikan Bunga Anggrek Langka milik Ibu kalau Aeka menang!
Lee Seung Hoon
Kau akan dibunuh masyarakat Busan jika mereka tahu kau mendukung wilayah Seoul.
Lee Seung Woon
Eiii, masyarakat Busan tidak sejahat itu. Kita masih tinggal di negara yang sama.
[kembali fokus menonton]
Yoon Aeka, semangat!
Sementara, Seung Hoon mulai sibuk dengan sebuah buku kecil yang ia keluarkan dari saku jaket dan sesekali pandangannya tertuju ke arena. Seung Woon yang sudah kembali dalam dunianya juga terus bersorak seperti penonton lain saat jagoan dari masing-masing kubu melakukan pukulan.
Lama, sampai tiba-tiba gemuruh kecewa penonton, termasuk Seung Woon yang kemudian terduduk lemas dan membuat pandangan Seung Hoon yang sempat fokus mencatat seketika teralih.
Tetapi, Seung Woon yang masih larut pada masalah di arena memilih untuk mengabaikannya dan kembali berdiri sembari berteriak kesal bersama para pendukung wilayah Seoul.
Lee Seung Woon
Kalian tidak bisa melakukannya! Dia bahkan belum melakukan persiapan, itu curang!!
Diselimuti rasa penasaran yang besar, Seung Hoon pun memutuskan untuk ikut berdiri karena beberapa penonton menghalangi pandangannya. Tatapnya tertuju pada dua gadis yang berdiri di tengah arena. Gadis berambut pendek itu terlihat menatap tajam Aeka yang tampak sangat letih dengan darah mengalir di sisi bibirnya.
Lee Seung Hoon
Yoon Aeka, dia kalah di babak pertama?
Dengan rasa kesal masih menyelimuti, akhirnya pandangan Seung Woon pun teralih pada Sang Adik yang sudah menatap dia lebih dulu.
Lee Seung Woon
Han Ah curang, dia menyerang sebelum Aeka sempat bersiap.
[kembali fokus ke arena]
Hei, bisakah pertandingan ini jadi lebih adil!! Itu curang!
Kemarahan Seung Woon yang selalu bisa terlihat jelas olehnya, otomatis buat dia memilih untuk diam, sebelum kemudian memandangi lagi dua petarung yang masih bertatapan penuh rasa benci dan seakan siap saling membunuh detik itu juga.
Komentator
Break! Hasil keputusan juri mutlak, Han Ah memenangkan babak pertama.
Suara komentator menggema bersama seru kecewa para pendukung wilayah Seoul yang berangsur terduduk lemas dan tidak terkecuali, Seung Woon. Sedangkan, pandangan Seung Hoon tetap terarah pada Aeka yang tengah berjalan lunglai ke sisi arena sesudah ia kembali duduk.
Lee Seung Woon
Aeka pasti sedih dengan keputusan juri.
Teguran tanpa peringatan itu buatnya yang sempat terdiam dalam lamunan pun tersentak dan lalu menatap lekat sorot iba Seung Woon yang begitu mengagumi sosok Yoon Aeka tersebut.
Lee Seung Hoon
Bagaimana bisa tertinggal sampai 15 poin?
Pertanyaannya usai melihat papan skor di atas tengah gedung pun buat Seung Woon menghela napas dan ikut mengalihkan pandangan ke arah yang sama.
Lee Seung Woon
Harusnya tidak sejauh itu. Han Ah jelas melakukan kecurangan.
[seraya bersandar lemas ke kursi]
Lee Seung Hoon
Apa kau sangat menyukainya?
[sambil memandang datar Seung Woon]
Kau akan berakhir jadi pengkhianat dan tidak menyukainya lagi jika dia kalah. Apa kita harus duduk di kubu Yang Han Ah mulai sekarang?
Sindiran itu membuat Seung Woon seketika melirik sinis, kemudian merampas buku catatan kecil Seung Hoon dan memukul keras puncak kepalanya.
Lee Seung Hoon
Akh! Hei!
[sambil mengusap-usap puncak kepalanya dan menatap tajam Seung Woon]
Lee Seung Woon
Aku hanya kecewa pada juri dan tidak pernah sekalipun ingin berkhianat pada Aeka.
[sambil melototkan mata sipitnya dan lalu mengalihkan pandangan pada Aeka yang duduk di tepi arena]
Walaupun Seung Woon memiliki sorot yang lebih “kejam” dari Seung Hoon. Namun, tatapan lembut itu terpancar jelas dari kedua matanya ketika memandang Aeka yang kini sedang menerima arahan dari Sang Pelatih.
Lee Seung Woon
Sejak awal, aku sudah sangat menyukainya. Walau hanya bisa menyaksikan dari kursi penonton, aku tetap merasa bahagia.
Lee Seung Hoon
Dia bukan tipemu.
Tanpa peringatan kali ini, buku kecil yang masih di pegang Seung Woon pun kembali terhempas lebih keras dari sebelumnya dan buat dia sontak memekik sambil mengusap-usap dahinya yang memerah.
Dan karena merasa sudah di siksa tanpa ampun oleh Sang Kakak, Seung Hoon yang merasa sangat kesal pun ingin membalas dan segera melayangkan pukulan. Tapi, tanpa perlu mengalihkan pandangan dari sosok Aeka, Seung Woon yang lebih sigap langsung menangkap pergelangan tangannya.
Lee Seung Woon
Jangan coba-coba memukulku kalau kau belum bisa berenang dengan baik. Apa kau ingin kulempar ke Laut Haeundae sekarang juga?
[sambil sesaat menatap tajam Seung Hoon]
Lee Seung Woon
Kau takut? Hahahaha...
[seraya tertawa dan melepas genggaman tangannya]
Komentator
Babak kedua akan kita mulai, para penonton dimohon tenang dan kepada kedua petarung dipersilahkan kembali memasuki arena.
Tawa Seung Woon seketika mereda saat terdengar gema komentator dan kali ini, Seung Hoon pun ikut menyaksikan jalannya pertandingan.
Lee Seung Hoon
Seung Woon?
[ikut fokus menyaksikan pertandingan]
Lee Seung Woon
Hmm?
[tanpa mengalihkan pandangan dari arena]
Lee Seung Hoon
Kita taruhan, siapa yang bisa mendapatkan Aeka harus mentraktir daging sapi korea. Taruhannya dengan tabungan kita. Jadi, jangan sampai ketahuan Ayah, Ibu juga Kak Saran dan Kak Soul.
Seung Woon yang bingung, akhirnya terpaksa mengalihkan pandangan pada Adiknya.
Lee Seung Woon
Taruhan? Maksudmu jadi pacar?
Senyum sinis mengembang di wajah Seung Hoon usai mendengar pertanyaan Sang Kakak, sebelum kemudian membalas tatapnya penuh arti dan mengangguk dengan sangat bersemangat.
Lee Seung Hoon
Siapapun yang bisa menjadi pacarnya harus mentraktir daging sapi korea.
Lee Seung Woon
Jadi, maksudmu kita berdua harus mendekatinya?
Lee Seung Hoon
Binggo! Tapi, taruhannya akan lebih seru kalau...
Lee Seung Hoon
Taruhannya akan lebih seru kalau dia tidak tahu tentang kita. Dengan kata lain, kita adakan undian untuk menentukan siapa yang lebih dulu menemuinya. Dan karena aku ingin permainan ini juga adil untukmu yang sangat menyukainya jadi, kita gunakan saja namamu. Bagaimana?
Lee Seung Woon
[terdiam sejenak untuk mencerna semua penjelasan Sang Adik yang kini mengangguk-angguk pelan bersama perasaan senang menyelimuti]
Aku pikir bukan ide buruk, setidaknya itu akan membantuku agar bisa dekat dengannya. Tapi...bagaimana kita memutuskan pemenangnya jika yang menemui dia hanya “Lee Seung Woon”?
Lee Seung Hoon
Gunakan karakter masing-masing dan cukup jadi dirimu sendiri.
Lee Seung Woon
Apa…dia tidak curiga?
Lee Seung Hoon
Kau cerdas, Lee Seung Woon. Aku yakin, tidak terlalu sulit menangani gadis sepertinya.
Seung Woon yang masih ragu pun kembali terdiam beberapa saat sampai Seung Hoon menepuk bahunya dan buat dia menatap lekat sosok yang tersenyum renyah padanya.
Lee Seung Hoon
Eiii, aku yakin dia akan memilihmu jadi, untuk apa kau khawatirkan hal yang sudah pasti. Kita hanya ingin membuat ini jadi lebih seru sebelum masing-masing mendapatkan hadiah besar.
[sambil merangkul Seung Woon]
Seung Woon terdiam untuk kesekian kalinya selama beberapa detik, sebelum akhirnya dia tersenyum sipu ketika kembali memandangi Aeka yang masih bertanding di tengah arena. Dia lalu mengangguk pelan dan melakukan hi five bersama Seung Hoon.
Comments