Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Tapi, kedua mata Anya rasanya masih enggan untuk terpejam. Tatapannya kosong, pikirannya terus berputar tak tentu arah. Entah apa yang sedang ia pikirkan pada malam itu.
Ia kemudian menyingkap selimut yang sedari tadi menutupi tubuhnya, lalu berjalan menuju balkon depan kamarnya. Ia duduk diam menatap langit yang penuh dengan bintang. Hatinya terasa sunyi. Ada rindu yang sedang ia simpan untuk seseorang.
Ketika ia tengah asyik dengan lamunannya, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya dari belakang.
"Mama, ngagetin aja", kata Anya.
Mamanya tersenyum sambil mengusap rambut lebat milik Anya.
"Mama kok belum tidur?"
"Mama belum ngantuk. Kamu kok juga belum tidur?"
"Nggak tau nih, Ma. Rasanya belum ngantuk aja".
"Dari tadi Mama liat, kamu ngelamun aja. Lagi ngelamunin apa sih? Lagi kangen ya sama Banyu?"
"Ih, Mama. Nggak lucu ah bercandanya".
"Kalaupun iya juga nggak papa kok. Mama suka sama Banyu. Dia orangnya baik".
"Enggak, Ma. Aku nggak lagi mikirin dia".
"Terus siapa?"
"Udah, Ma. Jangan dibahas lagi. Tidur yuk. Anya udah ngantuk nih".
...****************...
Keesokan harinya, Anya diminta untuk menemani Papanya ke rumah orang tua kak Banyu, yang itu berarti dia akan bertemu dengan kak Banyu. Awalnya dia menolak dengan alasan masih ngantuk. Tapi, Mamanya terus memaksa, hingga akhirnya, mau enggak mau, Anya harus pergi dengan Papanya.
Setelah sampai di depan rumah kak Banyu, Anya terdiam sejenak di dalam mobil. Ia menghembuskan nafas dalam-dalam. Ia tidak dapat menyembunyikan rasa groginya. Karena jujur, semenjak pertemuan di pantai beberapa hari yang lalu, baru kali ini ia akan bertemu lagi dengan kak Banyu.
Saat memasuki ruang tamu, Anya melihat Papanya kak Banyu sudah berada di sana. Tak berapa lama, kak Banyu pun keluar. Ia kemudian mengajak Anya ke taman belakang rumah. Sebenarnya, itu atas permintaan Papanya kak Banyu juga.
"Apa kabar?", tanya kak Banyu.
"Baik, Kak".
"Kok kamu jarang bales chat aku sih?"
"Maaf, mungkin waktu itu aku lagi sibuk. Jadi, aku lupa mau bales".
"Emmm... Oh, ya. Besok kita udah masuk sekolah kan?"
"Udah, tapi rasanya pengen libur lebih lama lagi".
"Biar bisa nikmatin sunset lagi sama aku?", ledek kak Banyu.
"Apaan sih!!"
"Nya, aku mau nanya sesuatu sama kamu. Tapi janji dulu, kamu jangan marah ya?"
"Mau nanya apa?"
"Janji dulu jangan marah".
"Iya", jawab Anya.
"Sebenarnya, kamu punya laki-laki idaman nggak sih?"
"Hah?? Maksudnya?"
"Yaaaa... Maksudnya, kamu lagi deket sama laki-laki gitu apa enggak?"
"Ohhh, enggak. Emang kenapa?", tanya Anya.
"Karna aku pengen mengenalmu lebih dekat, Nya".
Anya tiba-tiba tersedak saat sedang menikmati orange jus yang ada di hadapannya. Ia diam sejenak, lalu menoleh ke arah kak Banyu.
"Dekat dalam artian apa, Kak?"
"Aku tau kalau kamu nggak sebodoh ini, Nya. Aku juga tau kalau kamu itu sebenarnya paham dengan semua maksud aku. Hanya saja, kamu nggak mau memperdulikan semua ini".
"Nya, aku sayang sama kamu", lanjut kak Banyu.
"Kak, maaf kalau aku sama sekali nggak pernah memperdulikan perasaanmu. Aku cuma nggak mau ngasih harapan ke orang. Biarkan saja semua ini mengalir seperti air. Biarkan saja aku menikmati ini semua tanpa adanya paksaan. Aku nggak pernah ngelarang siapapun buat ngedeketin aku. Tapi aku nggak bisa maksa diri aku sendiri untuk sayang sama seseorang yang baru saja aku kenal".
"Baiklah, aku nggak akan maksa kamu buat ngerti sama perasaan aku. Tapi please, izinkan aku tetap menjadi sahabat kamu".
Anya mengangguk pelan. Ia mencoba menerima keberadaan kak Banyu di dihidupnya. Ia mencoba untuk membuka hati yang selama ini ia tutup. Dan entah kenapa, saat ini Anya merasa sudah lelah dengan sebuah penantian dan harapan.
...****************...
"Anya, lu mau makan apa?", tanya Sharen.
"Bakso aja deh. Sama es teh", jawab Anya.
"Oke. Lu cari bangku deh, biar gue yang pesen makanan".
"Oke, siyap".
Anya mulai menggerakkan matanya ke segala arah. Ia kemudian melihat satu bangku kosong tepat di sebelah pojok bagian belakang. Ia lalu berjalan menuju bangku itu. Sambil menunggu Sharen, ia memainkan gadgetnya. Tak berapa lama, ia mendapatkan pesan dari kak Banyu.
"Meskipun hanya melihatmu dari kejauhan, tapi kamu tetap terasa dekat di dalam hatiku".
Seperti itulah isi chat dari kak Banyu. Anya seketika mencari-cari di mana kak Banyu berada. Tapi, sebelum ia menemukan di mana kak Banyu duduk, ada sebuah chat lagi yang masuk ke handphoe Anya.
"Nggak perlu nyari aku ada di mana, karena aku selalu ada di hatimu".
Anya tersenyum tipis. Dan tanpa ia sadari, Sharen sudah berada tepat di hadapannya.
"Lu ngapain senyum-senyum sendiri?"
"Nggak kenapa-napa. Mana baksonya?"
"Aneh lu. Nih, mau aku ambilin saos sekalian nggak?"
"Nggak ah, kecap sama sambel aja udah cukup".
"Ya udah".
Mereka kemudian menyantap bakso dan segelas es teh itu dengan lahap. Disela-sela mereka makan, Sharen mencoba untuk menanyakan kembali, apa yang membuat Anya senyum-senyum sendiri tadi.
"Lu tadi kenapa sih Nya senyum-senyum sendiri?"
"Nggak papa Sharen", jawab Anya.
"Jadi lu udah nggak mau sharing sama gue lagi? Oke!!", kata Sharen dengan nada sedikit kesal.
"Bukan nggak mau. Tapi ini bukan waktu yang tepat. Nanti deh, gue pasti cerita sama lu".
"Oke, oke..."
Setelah selesai makan, mereka lalu bergegas masuk kelas lagi. Ya, hari ini, hari pertama mereka masuk sekolah setelah 2 minggu libur.
"Sharen, entar sore kita ngafe yuk. Udah lama nih kita nggak ngafe bareng", ajak Anya.
"Boleh. Jam berapa?"
"Jam 5 aja. Entar gue jemput lu".
"Siyap".
Bersambung ❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments