Merasa Hutang Budi

“Bug!”

Weko terkejut melihat Inaya yang terjatuh karena dorongan dari istri nasabah yang ditagih.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Weko sambil membantu Inaya berdiri.

“Tidak, Mas.”

“Iss..” Inaya meringis merasakan kakinya nyeri saat berdiri.

“Mana yang sakit?” tanya Weko.

“Nyeri sedikit saja, Mas.”

“Bayar hutangmu sekarang atau suamimu tidak perlu berangkat melaut besok!” tegas Weko kepada istri Hendra.

“Untuk apa aku membayarnya? Bukan aku yang berhutang!” elak istri Hendra.

“Oh! Kamu lebih memilih suamimu menganggur ketimbang membayar hutangnya?” istri Hendra hanya diam.

“Baiklah! Siap-siap saja tidak lagi memiliki suami nelayan!” ancam Weko yang kemudian membawa Inaya pergi dari rumah Hendra.

Istri Hendra hanya menatap Weko datar seolah tidak terpengaruh dengan ancamannya. Sedangkan Inaya yang masih merasakan nyeri di kakinya, berjalan sedikit tertatih. Weko yang memapahnya tidak tahan untuk melihat kaki Inaya yang ternyata terkilir.

Jelas saja terkilir. Inaya menggunakan sepatu pantofel dan di dorong oleh istri Hendra yang memiliki berat badan hampir 100 kg.

“Tunggu sebentar!” kata Weko yang kemudian melakukan panggilan.

Inaya hanya menganggukkan kepalanya. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Weko, ia hanya bisa duduk di motor karena kakinya semakin terasa nyeri. Beberapa saat kemudian, datang seorang laki-laki menghampiri mereka.

“Rik, kamu bawa motorku dan bawa Mbok Darmi ke rumah!” perintah Weko.

“Siap, Mas!” Riki pergi begitu saja meninggalkan keduanya.

“Lalu, Mas kembali pakai apa?” tanya Inaya yang bingung.

“Aku akan memboncengkanmu dengan motor ini!”

“Eh!”

“Sudah, jangan banyak berpikir! Kakimu akan semakin bengkak kalau dibiarkan.” Inaya hanya bisa menurut dan membonceng Weko sampai di rumah Sintya.

“Motor kamu mana, Dek?” tanya Sintya yang melihat kedatangan Weko dan Inaya.

Tetapi Ketika melihat Inaya yang berjalan pincang, Sintya menjadi menyalahkan Weko yang tidak menjaga Inaya dengan baik.

“Istrinya Hendra yang mendorong Inaya!” protes Weko tidak terima.

“Kamu dimana saat Inaya di dorong?”

“Aku menunggunya di motor.” Lirih Weko yang merasa bersalah telah membiarkan Inaya melakukan pekerjaannya sendirian.

Jika saja ia menemani Inaya, mungkin saja kejadian itu tidak terjadi.

“Tidak apa, Mbak. Ini bukan salah Mas Weko. Istrinya Pak Hendra tidak tahu kalau suaminya berhutang, makanya menolak untuk membayar.” Inaya merasa sungkan dengan Weko yang justru mendapat omelan Sintya.

Sintya hanya bisa menghembuskan nafas dalam. Ia tidak bisa menyalahkan Weko sepenuhnya karena bagaimanapun, adiknya itu belum pernah dekat dengan Perempuan selain dirinya dan beberapa adik perempuannya. Sehingga dalam hal pendekatan dan mengambil hati Inaya, Weko masih kurang pengalaman.

“Panggilkan Mbok Darmi!” perintah Sintya.

“Aku sudah menyuruh Riki tadi.”

Beberapa menit kemudian, Riki datang bersama Mbok Darmi yang merupakan tukang urut.

Inaya diminta untuk meluruskan kakinya dan Mbok Darmi mulai mengurut kakinya. Sekuat tenaga Inaya menahan tangisnya saat diurut Mbok Darmi. Sintya yang memang cengeng sampai menangis melihatnya.

“Kalau mau nangis, nangis saja. Jangan ditahan!” kata Weko yang melihat Inaya menggigit bibirnya.

“Untungnya langsung diurut, kalau sampai telat ini bisa lama sembuhnya.” Kata Mbok Darmi yang sudah selesai mengurut kaki Inaya.

“Terima kasih, Mbok.” Ucap Sintya.

“Terima kasih.” Ucap Inaya dan Weko bersamaan.

“Sama-sama. Yang penting jangan banyak gerak dulu, semingguan baru bisa jalan normal nanti.”

“Iya, Mbok.”

Weko meminta Riki mengatar Mbok Darmi pulang dengan memberikan kode. Riki yang sudah hafal tentu menganggukkan kepalanya dan segera mengantar Mbok Darmi.

“Dek, belikan Inaya sandal ukuran 40! Dia tidak bisa menggunakan sepatunya untuk kembali ke kantor.”

“Siap!” Weko segera pergi dengan menggunakan motor Sintya.

Inaya mengeluarkan uang dari dalam tasnya dan memberikannya kepada Sintya untuk biaya urut dan sandal. Tetapi Sintya menolak uang Inaya dan mengatakan jika ia tidak perlu menggantinya.

“Anggap saja kalau ini adalah ganti rugi atas kelalaian Dek Weko yang lalai menjagamu, Dek!”

“Mas Weko tidak salah, Mbak.”

“Aku sudah berpesan agar mengantar dan menjagamu, tapi dia tidak melakukannya dengan benar.”

“Iya, Dek! Maafkan aku.” Kata Weko yang baru saja kembali.

Ia meletakkan flatshoes di dekat kaki Inaya. Ia juga mengatakan jika sebenarnya ia ingin membelikan sandal seperti perintahSintya, tetapi ia mengurungkannya karena berpikir Inaya yang bekerja tidak mungkin menggunakan sandal. Jadi pilihannya jatuh pada flatshoes yang nyaman digunakan.

Setelah berpamitan, Weko mengantar Inaya kembali ke kantor diikuti Riki. Sampai di kantor, Inaya mengucapkan terima kasih dan Weko pamit kembali bersama Riki.

“Aish! Ada ya, orang yang seperti itu! Kamu izin saja beberapa hari sampai kakimu terasa lebih baik.” Kata Nuri setelah mendengar cerita Inaya.

“Boleh, Mbak? Bukannya harus pakai surat dokter?”

“Boleh! Daripada kamu masuk malah makin parah? Mending kamu izin, nanti aku yang akan mengatakannya kepada atasan.”

“Terima kasih, Mbak.” Inaya tersenyum.

Saat pulang bekerja, Nuri meminta sang suami untuk mengantarkan Inaya terminal bus lebih dulu. Ketika sampai di terminal, Inaya langsung naik ke bus yang kebetulan sedang menunggu penumpang.

Baru beberapa menit bus berjalan, Inaya mendapatkan panggilan dari Sintya yang bertanya apakah dirinya sudah pulang. Inaya menjawab jika dirinya sudah ada di dalam busa saat ini. Sintya mengerti dan tidak mengatakan apapun lagi.

Inaya tahu apa yang diinginkan Sintya. Tentu Sintya akan meminta Weko untuk mengantarkan dirinya. Beruntung ada pertolongan Nuri dan suaminya, jika tidak ia akan semakin merasa berhutang budi dengan Weko.

Episodes
1 Inaya
2 Sepupu Sintya
3 Menagih Hutang
4 Merasa Hutang Budi
5 Dijodohkan
6 Reuni
7 Mengantar Pulang
8 Apa Dia Bisa Menerima?
9 Masalah Keluarga Inaya
10 Merasakan Ketulusan
11 Memperbaiki Diri
12 Mengetuk Pintu
13 Lamaran
14 Membalas Lamaran
15 Sebelum Menikah
16 Sah!
17 Sepasar
18 Kehidupan Berdua
19 Membuat Candu
20 Ibu Mertua
21 Antar Jemput
22 Ke Rumah Inaya
23 Kembali Melaut
24 Kabar Gembira
25 Salah Paham
26 Marahnya Inaya
27 Tidak Boleh Melaut
28 Kejutan
29 Masih Tidak Rela
30 Menunggu Kabar
31 Menabrak Karang
32 Kabar Buruk
33 Hilang
34 Dinyatakan Meninggal
35 Memperhatikan Keluarga Suami
36 Beban Berkurang
37 Observasi
38 Mengikhlaskan
39 Satu Tahun
40 Memintanya Menggugat
41 Fatah
42 Janda Inaya
43 Memantapkan Hati
44 Merasa Iri
45 Mengikuti Inaya
46 Diwarnai Pertengkaran
47 Aku Akan Menunggumu
48 Menginap
49 Melewati Malam
50 Kehidupan Pernikahan Kedua
51 Mengganti Panggilan
52 Anggap Sebagai Ujian
53 Jalan-jalan
54 Silahkan datang ke Rumah
55 Periksa ke Dokter
56 Pandangan Berbeda
57 Fatah yang Overprotektif
58 Weko
59 Mantan Istri
60 Menjalani Jalan Masing-masing
61 Menjadi Mekanik
62 7 Bulanan
63 Ketakutan Inaya
64 Bertanya
65 Melahirkan
66 Selapanan
67 Promo Novel Baru
68 Kepergian Fatah
69 Kecelakaan
70 Mengantarkannya
71 Ruwat
72 Tidak Perlu Menggurui
73 Menginap
74 Biarkan Saja
75 Puncak Kesabaran Inaya
76 Menuai Apa yang Ditanam
77 Masih Tidak Sadar
78 Maksud Tersembunyi
79 Siapa Dia?
80 Weko yang Gelisah
81 Deni
82 Apa Aku Pembawa Sial?
83 Tidak Akan Kembali
84 Pencuri
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Inaya
2
Sepupu Sintya
3
Menagih Hutang
4
Merasa Hutang Budi
5
Dijodohkan
6
Reuni
7
Mengantar Pulang
8
Apa Dia Bisa Menerima?
9
Masalah Keluarga Inaya
10
Merasakan Ketulusan
11
Memperbaiki Diri
12
Mengetuk Pintu
13
Lamaran
14
Membalas Lamaran
15
Sebelum Menikah
16
Sah!
17
Sepasar
18
Kehidupan Berdua
19
Membuat Candu
20
Ibu Mertua
21
Antar Jemput
22
Ke Rumah Inaya
23
Kembali Melaut
24
Kabar Gembira
25
Salah Paham
26
Marahnya Inaya
27
Tidak Boleh Melaut
28
Kejutan
29
Masih Tidak Rela
30
Menunggu Kabar
31
Menabrak Karang
32
Kabar Buruk
33
Hilang
34
Dinyatakan Meninggal
35
Memperhatikan Keluarga Suami
36
Beban Berkurang
37
Observasi
38
Mengikhlaskan
39
Satu Tahun
40
Memintanya Menggugat
41
Fatah
42
Janda Inaya
43
Memantapkan Hati
44
Merasa Iri
45
Mengikuti Inaya
46
Diwarnai Pertengkaran
47
Aku Akan Menunggumu
48
Menginap
49
Melewati Malam
50
Kehidupan Pernikahan Kedua
51
Mengganti Panggilan
52
Anggap Sebagai Ujian
53
Jalan-jalan
54
Silahkan datang ke Rumah
55
Periksa ke Dokter
56
Pandangan Berbeda
57
Fatah yang Overprotektif
58
Weko
59
Mantan Istri
60
Menjalani Jalan Masing-masing
61
Menjadi Mekanik
62
7 Bulanan
63
Ketakutan Inaya
64
Bertanya
65
Melahirkan
66
Selapanan
67
Promo Novel Baru
68
Kepergian Fatah
69
Kecelakaan
70
Mengantarkannya
71
Ruwat
72
Tidak Perlu Menggurui
73
Menginap
74
Biarkan Saja
75
Puncak Kesabaran Inaya
76
Menuai Apa yang Ditanam
77
Masih Tidak Sadar
78
Maksud Tersembunyi
79
Siapa Dia?
80
Weko yang Gelisah
81
Deni
82
Apa Aku Pembawa Sial?
83
Tidak Akan Kembali
84
Pencuri

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!