Sepupu Sintya

Sepulang Inaya dari audit, Sintya kembali menghubunginya dan mengatakan jika dirinya senggang bisa ikut Latihan di studio yang tidak jauh dari rumahnya. Inaya menolaknya dengan mengatakan jika dirinya masih banyak pekerjaan. Saat Inaya libur, barulah ia berkunjung ke rumah Sintya.

“Masuk, Nak Ina!” seru Bapak Sintya yang melihat kedatangan Inaya.

“Bapak, sehat?”

“Alhamdulillah.. Lama tidak kemari kamu tambah cantik, Nak!”

“Bisa saja, Pak. Ibu mana?”

“Ibu di belakang sedang buat ikan panggang. Bapak dapat banyak tangkapan hari ini.”

“Alhamdulillah..”

“Kamu ke belakang saja sambil nunggu Sintya. Bapak mau ke balai desa.”

“Baik, Pak.”

Inaya yang sudah terbiasa ke rumah Sintya, membuat mereka memperlakukannya seperti anak sendiri dantidak lagi sungkan dengan kedatangannya. Berbeda dengan Inaya yang masih merasa sungkan dengan perlakuan Sintya dan kedua orang tuanya.

“Jangan kemari! Nanti bajumu bau asap!” seruIbu Sinta yang sedang mengasapi ikan di samping dapur.

“Tidak apa-apa, Bu.”

“Tidak usah dibantu, sebentar lagi selesai. Nanti kalau kamu pulang bawa, ya? Tangkapan Bapak hari ini lumayan banyak.”

“Kenapa tidak di jual saja, Bu?”

“Sudah di jual Sebagian, ini sisanya. Orang-orang jarang mau dengan ikan P kalau tidak diasapi.”

“Bukannya kalau sudah diasapi seperti ini akan lebih mahal harganya?”

“Tenang saja! Uang yang dihasilkan sudah cukup. Ini rezeki untuk di rumah dan kamu.”

Inaya tidak lagi mendebat Ibu Sintya. Keluarga Sintya adalah keluarga nelayan yang tinggal di pinggiran Pantai. Bahkan di dalam rumah Sintya, Inaya masih bisa mencium bau amis khas laut. Inaya yang tidak terbiasa terkena angin laut akan mudah masuk angin saat angin laut bertiup kencang sehingga setiap kali berkunjung, ia akan mengenakan pakaian tebal.

Beberapa saat kemudian, Sintya kembali. Ia datang dengan membawa banyak barang bersama dengan calon suaminya yang juga merupakan pelaut dari kota sebelah.

“Sudah lama nunggunya?” tanya Sintya memeluk Inaya.

“Tidak, Mbak. Baru saja. Halo, Mas!” sapa Inaya.

“Halo juga.” Jawab Teguh yang memang sudah mengenal Inaya sejak pertunangan mereka.

“Pernikahan kami dimajukan, Dek! Kamu harus jadi domasku, ya?”

“Aku tidak bisa janji, Mbak.”

“Tenang saja! Acaranya di hari Minggu, jadi kamu tidak punya alasan untuk menolakku!”

“Baiklah, kapan?”

“Satu bulan lagi, tanggal 14 Februari. Mbak sengaja memilih tanggal itu karena tanggal itu juga kami pertama kali berkenalan.”

“Apa tidak ada hitungan neptu, Mbak?” tanya Inaya penasaran.

“Tidak ada, Dek!Kami orang pesisir tidak kolot dengan hitungan weton. Jadi kami bisa leluasa memilih hari asalkan tidak bertepatan dengan hari yang menjadi pantangan.”

“Enak, Mbak.” Gumam Inaya.

“Apa, Dek?”

“Tidak apa-apa, Mbak!”

“Ayo aku kenalkan dengan sepupuku! Kebetulan dia sedang ada di rumah. Jarang-jarang saat kamu berkunjung dia pas pulang miyang.” Inaya hanya menurut.

Seorang laki-laki yang sedang duduk di pelataran rumah, segera berdiri saat melihat Sintya dan Inaya yang keluar dari rumah karena rumah mereka berhadapan. Maklum, satu blok yang di tempati Sintya merupakan rumah keluarga besar sehingga rumah mereka saling berhadapan dan bersebelahan.

“Dek Weko, ini Inaya yang aku ceritakan kepadamu.”

“Weko.” Laki-laki Bernama Weko itu mengulurkan tangannya.

“Inaya.” Sambut Inaya yang menyalami tangan Weko.

“Dek Weko ini miyang sama dengan Mas Teguh, Dek. Bedanya, kalu Mas Teguh bisa sebulanan, kalau Dek Weko hanya 20-22 hari saja.” Inaya menganggukkan kepalanya.

Sintya mulai menceritakan banyak hal. Pembicaraan di dominasi rencana pernikahannya yang telah disusun bersama Teguh. Inaya menjadi pendengar setia di sampingnya. Ia merasa tidak nyaman karena pandangan mata Weko selalu menuju ke arahnya.

Tak lama kemudian, Ibu Sintya mengajak mereka untuk makan siang. Weko juga ikut makan siang bersama mereka. Setelah makan siang, Inaya berpamitan untuk pulang karena ia hanya izin kepada sang ibu sampai sehabis dzuhur.

“Kamu kesini pakai bus kan, Dek?” tanya Sintya.

“Iya, Mbak.”

“Biar Dek Weko yang antar kamu pulang! Kasihan kalau kamu harus naik angkot dan cari bus lagi.”

Ya. untuk sampai ke rumah Sintya, Inaya harus naik bus selama 50 menit untuk sampai di pangkalan angkot dan naik angkot selama 10 menit untuk sampai di gang yang ada di depan SMA 1. Selanjutnya ia berjalan menyusuri gang sekitar 50 meter untuk sampai di rumah Sintya.

“Tidak, Mbak! Takut merepotkan.” TolakInaya.

“Tidak merepotkan sama sekali.” Kata Weko sambil tersenyum.

“Dengar, Dek? Dek Weko tidak keberatan.” Sintya tersenyum menang.

Inaya tidak bisa menolak karena Bapak dan Ibu Sintya juga mendukung Weko untuk mengantarkannya. Setelah memastikan ikan yang disiapkan Ibu Sintya dibungkus rapi, Inaya berpamitan.

“Pakai motorku saja, Dek!” perintah Sintya karena motor Weko adalah motor laki, sedangkan Inaya sedang menggunakan rok saat ini.

“Pinjam, ya?”

“Ya, jangan lupa diisi bensin full!”

“Tenang saja!”

Weko membonceng Inaya menggunakan motor matic milik Sintya. Saat mendekati terminal, Inaya memberanikan diri untuk berbicara.

“Turunkan saya di terminal saja, Mas.”

“Kenapa?”

“Saya takut jadi omongan tetangga kalau diantar sampai rumah.”

“Kenapa takut?” Tanya Weko yang menepikan motor.

“Saya hidup di desa, Mas. Beda dengan Mas yang tinggal di pinggiran kota. Di desa, setiap gerak-gerik saya akan diperhatikan orang. Jika mereka tahu saya diantarkan pulang oleh laki-laki, mereka akan menyebarkan gossip yang tidak-tidak.” jelas Inaya.

“Kenapa kamu harus takut? Aku mengantarkanmu di siang bolong secara terang-terangan, bukan mengantarkanmu secara sembunyi-sembunyi.”

“Iya, tapi..”

“Tidak apa-apa! Aku akan mengantarkanmu sampai rumah dan aku akan mengatakan kepada ibumu kalau aku sepupu Mbak Sintya.” Tegas Weko yang kemudian kembali melajukan motornya.

Inaya hanya bisa pasrah. Dalam benaknya, ia sudah membayangkan bagaimana gossip akan tersebar setelah para tetangga tahu dirinya diantarkan pulang oleh laki-laki.

Sejak SMK, Inaya menjadi sasaran gossip warga desa karena pilihannya yang masuk ke SMK tidak seperti Perempuan desa lainnya yang memilih untuk masuk SMA atau bekerja.

Pernah suatu Ketika, Inaya diantarkan pulang oleh temannya karena sudah tidak mendapatkan bus ke arah desanya karena batas bus antar kota yang melewati desanya adalah jam 5 sore. Ia juga pernah diantarkan pulang oleh gurunyamalam-malam karena dirinya baru saja selesai mengikuti karnaval.

Warga desa segera menggosipkan Inaya sebagai Perempuan yang sering gonta-ganti pasangan. Hal tersebut memicu murka sang ibu yang akhirnya melarang Inaya untuk diantarkan oleh teman atau gurunya.

Akhirnya, setiap kali Inaya sampai di terminal di atas jam 5 sore, ia akan naik angkutan trayek khusus pedagang yang akan berangkat setelah maghrib.

.

.

.

.

.

*miyang: berangkat melaut untuk menangkap ikan.

Terpopuler

Comments

indy

indy

keren, sekarang edisi budaya jawa ya

2025-04-13

1

lihat semua
Episodes
1 Inaya
2 Sepupu Sintya
3 Menagih Hutang
4 Merasa Hutang Budi
5 Dijodohkan
6 Reuni
7 Mengantar Pulang
8 Apa Dia Bisa Menerima?
9 Masalah Keluarga Inaya
10 Merasakan Ketulusan
11 Memperbaiki Diri
12 Mengetuk Pintu
13 Lamaran
14 Membalas Lamaran
15 Sebelum Menikah
16 Sah!
17 Sepasar
18 Kehidupan Berdua
19 Membuat Candu
20 Ibu Mertua
21 Antar Jemput
22 Ke Rumah Inaya
23 Kembali Melaut
24 Kabar Gembira
25 Salah Paham
26 Marahnya Inaya
27 Tidak Boleh Melaut
28 Kejutan
29 Masih Tidak Rela
30 Menunggu Kabar
31 Menabrak Karang
32 Kabar Buruk
33 Hilang
34 Dinyatakan Meninggal
35 Memperhatikan Keluarga Suami
36 Beban Berkurang
37 Observasi
38 Mengikhlaskan
39 Satu Tahun
40 Memintanya Menggugat
41 Fatah
42 Janda Inaya
43 Memantapkan Hati
44 Merasa Iri
45 Mengikuti Inaya
46 Diwarnai Pertengkaran
47 Aku Akan Menunggumu
48 Menginap
49 Melewati Malam
50 Kehidupan Pernikahan Kedua
51 Mengganti Panggilan
52 Anggap Sebagai Ujian
53 Jalan-jalan
54 Silahkan datang ke Rumah
55 Periksa ke Dokter
56 Pandangan Berbeda
57 Fatah yang Overprotektif
58 Weko
59 Mantan Istri
60 Menjalani Jalan Masing-masing
61 Menjadi Mekanik
62 7 Bulanan
63 Ketakutan Inaya
64 Bertanya
65 Melahirkan
66 Selapanan
67 Promo Novel Baru
68 Kepergian Fatah
69 Kecelakaan
70 Mengantarkannya
71 Ruwat
72 Tidak Perlu Menggurui
73 Menginap
74 Biarkan Saja
75 Puncak Kesabaran Inaya
76 Menuai Apa yang Ditanam
77 Masih Tidak Sadar
78 Maksud Tersembunyi
79 Siapa Dia?
80 Weko yang Gelisah
81 Deni
82 Apa Aku Pembawa Sial?
83 Tidak Akan Kembali
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Inaya
2
Sepupu Sintya
3
Menagih Hutang
4
Merasa Hutang Budi
5
Dijodohkan
6
Reuni
7
Mengantar Pulang
8
Apa Dia Bisa Menerima?
9
Masalah Keluarga Inaya
10
Merasakan Ketulusan
11
Memperbaiki Diri
12
Mengetuk Pintu
13
Lamaran
14
Membalas Lamaran
15
Sebelum Menikah
16
Sah!
17
Sepasar
18
Kehidupan Berdua
19
Membuat Candu
20
Ibu Mertua
21
Antar Jemput
22
Ke Rumah Inaya
23
Kembali Melaut
24
Kabar Gembira
25
Salah Paham
26
Marahnya Inaya
27
Tidak Boleh Melaut
28
Kejutan
29
Masih Tidak Rela
30
Menunggu Kabar
31
Menabrak Karang
32
Kabar Buruk
33
Hilang
34
Dinyatakan Meninggal
35
Memperhatikan Keluarga Suami
36
Beban Berkurang
37
Observasi
38
Mengikhlaskan
39
Satu Tahun
40
Memintanya Menggugat
41
Fatah
42
Janda Inaya
43
Memantapkan Hati
44
Merasa Iri
45
Mengikuti Inaya
46
Diwarnai Pertengkaran
47
Aku Akan Menunggumu
48
Menginap
49
Melewati Malam
50
Kehidupan Pernikahan Kedua
51
Mengganti Panggilan
52
Anggap Sebagai Ujian
53
Jalan-jalan
54
Silahkan datang ke Rumah
55
Periksa ke Dokter
56
Pandangan Berbeda
57
Fatah yang Overprotektif
58
Weko
59
Mantan Istri
60
Menjalani Jalan Masing-masing
61
Menjadi Mekanik
62
7 Bulanan
63
Ketakutan Inaya
64
Bertanya
65
Melahirkan
66
Selapanan
67
Promo Novel Baru
68
Kepergian Fatah
69
Kecelakaan
70
Mengantarkannya
71
Ruwat
72
Tidak Perlu Menggurui
73
Menginap
74
Biarkan Saja
75
Puncak Kesabaran Inaya
76
Menuai Apa yang Ditanam
77
Masih Tidak Sadar
78
Maksud Tersembunyi
79
Siapa Dia?
80
Weko yang Gelisah
81
Deni
82
Apa Aku Pembawa Sial?
83
Tidak Akan Kembali

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!