Tepat pukul 5 sore semua karyawan berhamburan pulang, namun ada juga yang masih bergulat dengan pekerjaan demi tercapainya target.
Lisa mengganti pakaiannya,mengambil tas di loker lalu berlalu meninggalkan gedung kantor.
Lisa menunggu bus untuk bisa sampai rumah, Halte bus begitu padat. Semua orang terlihat lelah dan ingin segera pulang, ada yang ingin menemui ibu,ayah,istri juga anak.
Adapula yang hanya ingin segera sampai rumah untuk membaringkan badan yang letih. Semua orang bekerja keras, demi bisa bertahan hidup di kota ini.
Setiap hari Lisa menyaksikan ratusan orang bekerja tanpa mengenal lelah, untuk tetap menyambung hidup
Dunia ini kejam.
Entahlah tapi seperti itu memang kenyataannya, hanya saja Tuhan tak mungkin membiarkanmu menderita. Jika kamu selalu bersyukur dan terus mendekat pada yang Maha Kuasa.
Selama perjalanan pikiran Lisa melayang, dia seakan sedang berpacu dengan waktu. Bukan karena pernikahaannya yang serasa mendadak, tapi karena ketakutannya yang amat mendalam.
Jika di pikir Lisa dan Rendy ibarat langit dan bumi, Rendy yang bersinar terang bagai bintang tak mungkin Lisa capai hanya dengan genggaman tangan. Setidaknya Lisa harus memikirkan cara bagaimana tuk sampai ke langit, baru mampu mengambil sang bintang.
Tak berapa lama Lisa sudah sampai di halte bus, Lisa bergegas berjalan kaki menuju rumah suaminya. Untung saja rumah Rendy berada di jantung kota dan dekat dengan halte bus, ini sangat membantu Lisa.
Sampai rumah Lisa melihat bi inah sedang berkutat di dapur, Lisa bergegas ke lantai atas menuju kamar dan berganti baju, lalu segera pergi ke dapur.
"Lagi buat apa bi?." Tanya Lisa.
Bi inah menoleh ke belakang dan tersenyum.
"Ini neng mau buat kopi buat mang rudi, katanya makan kue tanpa kopi. Bagai sayur tanpa garam. Hambar hehehe." Bi inah sedikit tertawa.
"Mang rudi ada-ada aja." Lisa ikut tertawa.
"Oh ya neng, tadi tuan bilang katanya mulai sekarang tuan cuman mau makan masakan neng. Padahal kasian liat neng Lisa udah kerja, terus pulang harus masak." Jelas bi inah sambil mengaduk kopi.
"Engga apa-apa bi, lagian kan sudah kewajiban saya melayani mas Rendy." ucap Lisa membuka kulkas,lalu mengeluarkan cumi dan beberapa sayuran.
"Bibi bantuin ya neng masaknya biar cepet." Tawar bi Inah.
"Engga usah bi, Lisa bisa sendiri kok. Mending bi Inah samperin mang Rudi, kasian kopinya nanti keburu dingin. Sekalian pacaran gitu." Lisa nyengir kuda memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Ah neng Lisa bisa aja. Kalau gitu bibi ke belakang dulu ya." pamit bi Inah yang langsung keluar menuju halaman belakang.
Senangnya jadi bi Inah,sekalipun engga bergelimang harta. Tapi rumah tangganya bahagia. Batin Lisa.
Lisa memulai acara memasaknya, Lisa yang sudah terbiasa masak dari remaja, sudah paham betul soal perdapuran.
Aroma wangi masakan tercium sampai keluar, seakan menyambut Rendy dan Rey yang baru saja tiba.
"Mmm..Wangi banget. Siapa yang lagi masak Ren?." Tanya Rey mengendus-endus telinganya.
"Palingan Lisa." jawab Rendy singkat.
"Wah gue jadi laper nih,gue masuk ya mau ikut makan juga hehehe." Pinta Rey.
"Engga, pulang lo sono."
"Pelih amet sih lo. Boleh ya,ya,ya". Rey mengidapkan matanya sebelah, membuat Rendy serasa mau muntah.
"Idih lo udah kaya si elizabet aja. Ya udah ayo masuk, tapi jangan ngabisin nasi gue lo." Ancam Rendy bercanda.
" Emang dasar ceo perhitungan lo."
Mereka masuk rumah membawa perut yang keroncongan, karena aroma masakan Lisa.
"Assalamualaikum." ujar Rendy.
Secueknya Rendy pada Lisa, tapi setiap masuk rumah mau ada atau tidak ada orang,sekalipun yang menjawab salamnya adalah Lisa. Dia tetap ucapkan salam. Karena itu yang di ajarkan orangtuanya sejak kecil.
"Waalaikumsalam." Lisa yang sedang menata makanan di meja makan, bergegas menghampiri suaminya.
Seperti halnya tadi pagi, Lisa juga mengambil tangan Rendy lalu menciumnya. Rendy tak berkata apapun, dia hanya diam melihat tingkah istrinya.
"Sudah pulang mas, sini biar saya bantu bawakan tas nya." Lisa hendak mengambil tas di tangan Rendy.
"Tidak usah biar saya saja." Ucap Rendy.
Rey menonton tingkah laku sepasang suami istri ini, dia tak mau berkomentar apapun. Bukan tak ingin membela Lisa, hanya saja ini di luar wilayah dia.
"Ya sudah, biar saya siapkan air mandi nya mas. Pasti badan mas sudah lengket." Lisa berbicara pelan sambil menunduk.
"Hmm."
Lisa mengikuti langkah suaminya, Rendy berjalan sangat cepat, sehingga Lisa harus ekstra tenaga untuk mensejajarkan langkahnya.
Rendy melonggarkan dasinya saat sudah masuk kamar, Lisa yang melihat itu bergegas menghampiri Rendy.
"Maaf." cicit Lisa sambil jemarinya melepas dasi dari leher Rendy. Sedangkan kakinya berjinjit untuk sedikit menyamai tinggi suaminya.
Mata mereka bertemu, pandangan yang hanya terjadi beberapa detik saja. Tapi mampu membuat jantung Lisa berdegup kencang, entah apa yang di rasakan Lisa sekarang.
Inikah namanya jatuh cinta?. Atau hanya rasa kagum sesaat saja.Entahlah, tapi yang jelas semua terasa asing bagi Lisa.
"Sudah." ujar Lisa menjauhkan badannya dari Rendy.
Lisa tak banyak bicara lagi, dia ke kamar mandi mengisi air hangat dan meneteskan sedikit wewangian, agar suaminya bisa rileks.
"Airnya sudah siap mas, saya permisi ke bawah lagi." Ujar Lisa.
"Hmm." Hanya itu yang keluar dari mulut Rendy.
Rendy segera mandi agar rasa lengket di badannya hilang. Aroma lavender yang Lisa tuangkan, benar-benar membuat pikiran Rendy fresh.
...****************...
Rey masih setia menunggu di meja makan, rasa lapar nya kian meningkat. Tapi Rey cukup sopan, untuk tidak melahap habis makanan di hadapannya ini.
Ni orang jangan-jangan tenggelam,mandi aja lama banget. Batin Rey.
Lisa baru saja tiba di dapur, melihat tingkah Rey yang menghentak-hentakan kaki membuat Lisa kebingungan.
"Rendy masih lama ya Lisa." ucap Rey memulai obrolan.
"Iya pak Rey."
"Aduh jangan panggil pak dong, gue masih muda juga kali." protes Rey.
"Terus?."
"Panggil aja kak Rey, atau mas Rey. atau bebeb juga boleh hehe." Goda Rey sambil tangan membentuk hurup V.
"Lisa panggil kak Rey aja ya?."
"Ya udah gpp."
Lisa sedikit tersenyum ternyata kak Rey yang sering di takuti, semua karyawan, bisa selucu ini.
"Ehmm,,,hmm." Rendy berdehem keras agar terdengar oleh 2 orang di hadapannya sekarang.
"Euh, udah keluar penjaganya." ucap Rey pelan tapi masih terdengar.
"Ngomong apa lo barusan?." Tanya Rendy yang sekarang duduk di samping Rey.
"Itu tuh penjaga rumahnya tetangga gue udah keluar, engga kerja lagi maksdunya." Bantah Rey.
"Silahkan di makan mas,saya ambilkan semua lauknya." Lisa menyodorkan satu piring penuh nasi beserta sayur dan lauk.
"Hmm."
"Maaf ya Lis, suamimu ini lagi sariawan. Maka nya jawab nya hmm..hmmm aja." goda Rey.
Rendy fokus pada makanannya, dia tak memperdulikan ucapan Rey. Sedangkan Lisa hanya tersenyum simpul.
Makan malam yang sekarang bagi Lisa serasa hangat, karena kehadiran Rey di tengah kecanggungan Lisa dan Rendy.
Lisa berharap akan ada makan malam penuh kehangatan lagi, sekalipun tanpa adanya Rey.
Mungkin Lisa terlalu berharap lebih, tapi apa salahnya mencoba membuka hatinya untuk Rendy. Meskipun Lisa tau semua tak kan mudah.
...****************...
BERSAMBUNG~~
Tolong hargai author dengan kasih Like,coment&vote🤗
SELAMAT MEMBACA😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Yantidianurhasyanti
awal mula mas rendy jatuh cinta sama masakan lisa lama2 maju kehati 🙈😍😍👌
2021-05-10
0
Siti Fatimah
mengenduas endus telinga? beru baca kata seperti itu
2021-05-01
2
GUA GANTENG YA BOSS!!
REY SAMA MONA
2021-04-02
3