Part 4 Pangeran Kingkong

Hari ini Devan menemani Vanya mengumpulkan berkas di universitas yang sama dengannya. Vanya baru mendaftar tahun ini di karenakan masalah kesehatannya dua tahun kemarin. Vanya mengambil jurusan manajemen dan Devan sendiri yang merekomendasikannya.

Devan selalu menceritakan jurusannya itu supaya Vanya ikut memilih jurusan yang sama dengannya. Dan akhirnya Devan berhasil membawa Vanya masuk ke dalam jurusannya.

"Dev gue lapar, kita makan yuk,"

"Mau makan apa?"

"Gue pengen makan bakso."

"Yaudah,"

Devan membawa Vanya ke kantin kampus. Dan kondisi kantin kampus saat ini sangat ramai. Mereka juga menjadi pusat perhatian orang-orang lantaran Devan yang memang terkenal di seluruh kampus karena Devan salah satu selebgram kampus.

Pengikutnya sudah beribu-ribu dan banyak kalangan wanita berusaha mendekati Devan tapi Devan menolak mereka dengan secara terang-terangan.

"Itu Devan kan, dia sama siapa ya?"

"Itu Vanya, sahabat Devan,"

"Oh ternyata dia perempuan yang katanya sahabat Devan. Gila, cantik banget."

Masih banyak lagi bisikan-bisikan yang terdengar di telinga Vanya membuat Vanya jadi risih. Devan yang melihat Vanya yang menatap semua orang-orang di kantin langsung meraih tangan sahabatnya itu. 

"Ayo, katanya lapar."

Mereka berdua menunggu pesanan mereka dan Vanya masih merasa tak nyaman karena bisikan-bisikan itu masih terdengar jelas di telinganya.

"Lo kenapa?"

"Gue risih di liatin mereka semua. Kayaknya mereka kenal gue deh. Tapi mereka kenal gue dari mana?"

"Mereka pasti kenal lo dari gue. Gue kan selalu posting foto kita berdua. Dan jangan lupakan satu hal, gue ini selebgram, otomatis gue terkenal lah," Cetus Devan dengan gaya sombongnya.

"Oh gitu ternyata," Vanya mengangguk-anggukan kepalanya mengerti.

"Woi!"

Vanya memutar bola matanya malas menatap dua sahabat Devan yang kini sudah duduk di hadapannya. Tapi sedetik kemudian Vanya langsung di buat takjub dengan wajah tampan laki-laki yang beberapa detik ikut duduk di dekat Miko dan Noah.

Noah dan Miko juga mengambil jurusan yang sama dengan Devan. Hanya saja mereka bertiga beda kelas.

"Gimana persiapan lo buat kuliah di sini?"

"Sudah 80% gue gak sabar nunggu hari senin nanti."

Hari senin yang akan datang ini Vanya sudah melakukan ospek. Vanya sudah tak sabar bertemu dengan teman barunya.

Vanya menatap kekaguman laki-laki yang duduk di hadapannya dengan cuek. Ia tersenyum-senyum melihat cowok itu yang sibuk memainkan hp-nya.

"Nama lo siapa?" Tanya Vanya tiba-tiba membuat Noah, Miko, dan Devan menatap Vegas yang kini mengangkat kepalanya.

Devan yang melihat tatapan Vanya untuk Vegas langsung memerah. Sejak Vanya dinyatakan sembuh, Vanya secara cepat langsung berubah jadi perempuan haus laki-laki. Ia begitu menginginkan mempunyai pacar. Hal itulah yang menyebabkan Devan tak ingin meninggalkannya barang sedetik pun.

"Gak usah ganjen, pengen mata lo gue colok?" Sinis Devan tanpa melihat Vanya.

Vanya hanya melirik Devan sekilas setelah itu kembali menatap Vegas. Ia langsung mengulurkan tangannya dengan senyum merekahnya. Yang ada di otak Vanya adalah dirinya harus berkenalan dengan Vegas, bisa jadi Vegas adalah laki-laki yang sudah di siapkan tuhan untuknya bukan? Maka dari itu Vanya sudah memutuskan untuk mendekati laki-laki itu.

"Kenalin nama gue Vanya. Gue sahabat mereka bertiga sejak SMA. Tapi gue nganggur dua tahun jadi gue baru mendaftar tahun ini," Ucap Vanya memperkanalkan diri.

Devan rasanya ingin berteriak saat ini. Ia selalu lupa satu hal ini. Vanya itu kurang peka dengan apa yang  dikatakannya. Seharusnya ia langsung saja melarang perempuan itu agar menjaga jarak dengan Vegas.

"Tangan dia bau, gak usah pegang tangan dia," Devan menarik tangan Vanya membuat Vanya menganga tak percaya dengan apa yang di katakan baru saja oleh Devan.

"Namanya Al Vegas Adelard. Dia teman kelas Noah," Ucap Devan. "Lo sudah tahu kan namanya, sekarang makan makanan lo,"Perintahnya.

Vanya mendengus kesal sedangkan  Noah dan Miko menahan tawanya karena melihat wajah cemburu Devan.

"Bdw Vegas jomblo loh Vanya, lo gak mau daftarin diri? Barangkali kalian berdua berjodoh. Kita kan gak tahu," Noah memancing lebih dulu karena ingin melihat reaksi Devan lagi.

"Boleh-boleh," Ujar Vanya begitu antusias.

Miko dan Noah ingin rasanya tertawa terpingkal-pingkal karena melihat wajah Devan yang kini menatap mereka berdua dengan tatapan yang begitu tajam. Resiko menyimpan perasaan secara diam-diam. Mau melarang tapi sadar dengan statusnya.

Vegas hanya mengangkat bahunya acuh. Ia tak peduli dengan lontaran Noah dan perempuan yang ada di hadapannya. Baginya game adalah hal yang terpenting dalam hidupnya.

•••

Devan berjalan menuju Vegas yang duduk sedikit jauh dari Miko,Noah, dan Vanya yang ada di taman kampus. Sejak tadi Devan uring-uringan mengenai Vanya yang katanya ingin mendaftarkan diri jadi pacar Vegas.

Vegas yang melihat Devan yang berdiri di hadapannya mengangkat satu alisnya.

"Lo gak ada niatan mau dekat sama sahabat gue kan?"

Vegas menghela nafas kasar. Ia tersenyum miring lantaran Devan yang menemuinya hanya ingin mengatakan hal yang menurutnya tak penting.

"Penting banget gue jawab?"

"Iya penting karena dia sahabat gue," Devan berusaha menahan rasa marahnya.

"Gak penting," Cetus Vegas kembali melanjutkan memainkan hp-nya.

"Vegas," Panggil Devan dengan greget.

"Dengarin gue. Lo gak boleh dekatin Vanya karena Vanya harus fokus dengan perkuliahannya. Dia juga tidak di izinkan berpacaran oleh kedua orang tuanya dan gue seb---"

"Yakin orang tuanya gak izinin? Bukan lo?"

Devan terdiam. Beginilah Vegas, dia tak suka berbasa-basi. Dia tipikal laki-laki yang sangat menghargai waktu. Menurutnya berbicara panjang lebar tak ada ujungnya adalah hal yang memuakkan baginya.

"Iya orang tuanya yang tidak mengizinkannya."

"Lo tenang aja, gue gak punya niat dekatin dia."

•••

Devan melirik Vanya yang tertidur. Ia menepuk pelan pipi gadis itu karena mereka sudah sampai di Apartemen Devan. Vanya memutuskan singgah di Apartemen Devan karena ingin membuat makanan dengan resep yang baru ia temukan di Youtube.

Selama Vanya menjalankan terapi Vanya jadi suka memasak. Dan selama dua tahun ini Vanya sudah terbilang mahir memasak di dapur. Tapi ada kejadian di mana Vanya jarang di dapur lagi di rumahnya. Vanya pernah tertumpah air panas, hal itulah yang menjadi alasan Denis melarang Vanya berada di dapur lagi.

Beda dengan Apartemen Devan. Vanya bisa leluasa memasak di dapur karena Denis tak bisa melarangnya. Awalnya Devan protes dan tak mengizinkan Vanya ke dapur lagi, tapi yang namanya sudah bucin pasti ujung-ujungnya Devan akan menuruti permintaan gadis itu.

"Loh cantik banget sih," Gemasnya dengan gigi yang bergemelatuk.

"Tante Vanesa ngidam apa sih sampai lo bisa cantik kayak gini,"

Devan memeluk Vanya dengan gemas. Vanya tak mungkin bangun jika bukan hidungnya yang di tarik.

"Bangun," Devan menarik hidung Vanya membuat si empunya mengerang.

"Kita sudah sampai?" Tanya Vanya dengan suara seraknya.

"Iya sudah dari tadi, ayo tidurnya lanjut di dalam aja,"

"Gendong," Ucap Vanya dengan manja.

Devan langsung menggendong Vanya dari depan seperti koala. Beginilah Vanya jika baru bangun dari tidurnya. Ia akan berubah menjadi gadis manja  tapi Devan sangat suka dengan sikap Vanya yang seperti ini.

Apartemen Devan ada di lantai 8, saat di lift ada beberapa penghuni Apartemen yang menatap Devan dan Vanya. Tapi mereka tak menegur sekalipun karena mereka sudah tahu Vanya.

Dulu waktu pertama kali Devan menggendong Vanya seperti ini dan membawa Vanya masuk ke kamarnya, Devan langsung di serbu oleh penghuni Apartemen, karena menurut mereka kelakuan Devan dan Vanya sangat tak bermoral.

"Vanya tidur ya Devan?"

"Sudah bangun kok, tapi eh," Devan menoleh sedikit pada Vanya. "Ya....tidur lagi,"

"Manjanya kumat lagi ternyata. Lucu ya Vanya," Ucap Ibu itu dengan senyum gemasnya.

"Kapan kamu nikahin Vanya. Kalian sudah lama loh pacarannya," Ucapnya lagi.

"Kami gak pacaran Bu,"

"Loh saya kira Vanya pacar kamu. Kalau bukan apa dong?"

Devan agak berat mengatakan hal ini entah mengapa. "Vanya cuma sahabat saya Bu."

Ibu itu terlihat kaget tapi setelah itu ia langsung merubah raut wajahnya.

"Cuma sahabat ya? Tapi....kayaknya kamu naksir sama dia deh. Benar kan?"

"Sudah sampai bu, saya duluan,"

Devan berjalan cepat kemudian memasuki Apartemennya. Ternyata sudah banyak yang mengetahui perasaanya. Apakah begitu kentara kalau ia menyukai Vanya? Jika memang ia menunjukkan secara terang-terangan rasa sukanya pada Vanya tapi kenapa Vanya tak kunjung peka terhadapnya.

Ia menurunkan Vanya dengan perlahan di kamarnya setelah itu seperti biasanya ia akan menatap Vanya.

"Pergi, jangan gangguin gue," Vanya tiba-tiba menangis. Devan langsung ikut menidurkan dirinya di samping Vanya kemudian memeluk Vanya, menenangkan gadis itu.

"Hust...ada gue. Monyet cantik gak usah takut karena ada pangeran kingkong yang akan jagain."

Episodes
1 Part 1 Ternyata Prank
2 Part 2 Monyet Cantik
3 Part 3 Until When?
4 Part 4 Pangeran Kingkong
5 Part 5 Ciuman di Depan umum
6 Part 6 Kampus
7 Part 7 Marah
8 Part 8 Insecure
9 Part 9 Berdebar
10 Part 10 Gombal
11 Part 11 Ngambek
12 Part 12 Nilai Kasih Sayang
13 Part 13 Kisah Dua Orang Sahabat
14 Part 14 Sebanyak Lovers
15 Part 15 Malam Mingguan
16 Part 16 Rindu
17 Part 17 Tak Menyerah
18 Part 18 Tanda Merah
19 Part 19 Menghindar
20 Part 20 Temu Kangen
21 Part 21 Bersaing
22 Part 22 Perjodohan
23 Part 23 Rencana Menembak
24 Part 24 Berubahnya Mami lena
25 Part 25 Tornado
26 Part 26 Sahabat Atau Saudara
27 Part 27 Kamu Penting
28 Part 28 Babu Senja
29 Part 29 Menjauh 1
30 Part 30 Diantar pulang
31 Part 31 Upin Ipin kalah
32 Part 32 Tidak boleh suka Vanya
33 Part 33 Persoalan Warna baju
34 Part 34 Bertemu Senja
35 Part 35 Makan bersama Senja
36 Part 36 Waktu dengan sahabat
37 Part 37 Menagih waktu
38 Part 38 Berbohong
39 Part 39 Misi mencari pacar 1
40 Part 40 Misi mencari pacar 2
41 Part 41 Terciduk
42 Part 42 Curhatan Devan
43 Part 43 Bertemu keluarga Vanya
44 Part 44 Three Crazy Cousins
45 Part 45 Rencana sepupu Vanya
46 Part 46 Ancaman sepupu Vanya
47 Part 47 Mencari Arti cinta
48 Part 48 Rencana Lamia
49 Part 49 Tidak mau mengalah
50 Part 50 Pendapat Senja
51 Part 51 Hukuman
52 Part 52 Offended
53 Part 53 Masakan penuh cinta
54 Part 54 Lebih mandiri
55 Part 55 Prasangka
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Part 1 Ternyata Prank
2
Part 2 Monyet Cantik
3
Part 3 Until When?
4
Part 4 Pangeran Kingkong
5
Part 5 Ciuman di Depan umum
6
Part 6 Kampus
7
Part 7 Marah
8
Part 8 Insecure
9
Part 9 Berdebar
10
Part 10 Gombal
11
Part 11 Ngambek
12
Part 12 Nilai Kasih Sayang
13
Part 13 Kisah Dua Orang Sahabat
14
Part 14 Sebanyak Lovers
15
Part 15 Malam Mingguan
16
Part 16 Rindu
17
Part 17 Tak Menyerah
18
Part 18 Tanda Merah
19
Part 19 Menghindar
20
Part 20 Temu Kangen
21
Part 21 Bersaing
22
Part 22 Perjodohan
23
Part 23 Rencana Menembak
24
Part 24 Berubahnya Mami lena
25
Part 25 Tornado
26
Part 26 Sahabat Atau Saudara
27
Part 27 Kamu Penting
28
Part 28 Babu Senja
29
Part 29 Menjauh 1
30
Part 30 Diantar pulang
31
Part 31 Upin Ipin kalah
32
Part 32 Tidak boleh suka Vanya
33
Part 33 Persoalan Warna baju
34
Part 34 Bertemu Senja
35
Part 35 Makan bersama Senja
36
Part 36 Waktu dengan sahabat
37
Part 37 Menagih waktu
38
Part 38 Berbohong
39
Part 39 Misi mencari pacar 1
40
Part 40 Misi mencari pacar 2
41
Part 41 Terciduk
42
Part 42 Curhatan Devan
43
Part 43 Bertemu keluarga Vanya
44
Part 44 Three Crazy Cousins
45
Part 45 Rencana sepupu Vanya
46
Part 46 Ancaman sepupu Vanya
47
Part 47 Mencari Arti cinta
48
Part 48 Rencana Lamia
49
Part 49 Tidak mau mengalah
50
Part 50 Pendapat Senja
51
Part 51 Hukuman
52
Part 52 Offended
53
Part 53 Masakan penuh cinta
54
Part 54 Lebih mandiri
55
Part 55 Prasangka

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!