Bagian 16 Di Balik Layar Podcast

Beberapa minggu setelah podcast “Kami Juga Manusia” dipublikasikan, ketegangan di sekolah masih terasa, namun ada sesuatu yang berubah. Meskipun podcast itu lebih mengundang kontroversi daripada pujian, tak bisa dipungkiri bahwa suara mereka mulai didengar. Di balik layar, persahabatan mereka diuji, dan mereka mulai menyadari bahwa perjuangan untuk kebenaran jauh lebih berat daripada yang mereka bayangkan.

Pagi itu, seperti biasa, Nala, Juno, Dita, dan Raka duduk di ruang kecil yang mereka sewa untuk merekam podcast. Suasana di luar ruangan itu tampak tenang, tetapi di dalam, mereka merasakan ketegangan yang tak terucapkan. Ada hal-hal yang belum terungkap, ada perasaan yang terpendam, dan mereka tahu ini bukan hanya soal sekolah lagi.

“Gimana kalau kita bikin episode yang lebih personal?” tanya Dita sambil menatap laptopnya. “Yang benar-benar menceritakan apa yang kita rasakan setelah semua ini.”

Juno mengangguk. “Aku rasa itu ide yang bagus. Mungkin ini saatnya untuk menunjukkan sisi lain dari kita. Di luar perlawanan, di luar kritik.”

Raka yang biasanya diam, kali ini membuka mulut. “Tapi kita harus hati-hati. Banyak orang yang mengira kita cuma cari perhatian. Kalau kita terbawa emosi, mereka akan menganggap kita cuma drama.”

“Benar,” Nala menyela. “Tapi bukan berarti kita harus terus-terusan diam. Kita juga manusia yang merasa, bukan robot. Dan menurutku, kalau kita nggak jujur tentang ini semua, orang-orang nggak akan mengerti.”

Dita mengangguk setuju. “Kita bicarakan saja apa yang ada di hati kita. Tentang rasa frustasi, tentang harapan, tentang keraguan.”

---

Beberapa hari kemudian, mereka duduk bersama di ruang podcast, kamera menyala, dan mikrofon di depan mereka. Kali ini, tidak ada skrip yang mereka buat sebelumnya. Hanya perasaan dan kata-kata yang mengalir begitu saja.

Nala memulai, “Semuanya mungkin berpikir kita melakukan ini karena marah atau kecewa. Sebenarnya, itu memang bagian dari alasan kita. Tapi yang paling utama adalah kita ingin ada perubahan. Kita ingin orang-orang tahu bahwa sistem ini tidak bisa terus begini.”

Dita melanjutkan, “Aku tahu banyak yang bilang kita terlalu muda untuk berbicara soal ini. Tapi faktanya, kami yang merasakannya. Kami yang menjalani sistem ini setiap hari. Kami yang terjebak di dalamnya.”

Raka menatap kamera, “Selama ini kita terlalu fokus pada nilai, pada prestasi. Tapi kita lupa bahwa ada banyak hal yang lebih penting: kesehatan mental, rasa aman, kebebasan berpikir. Kami bukan cuma sekadar angka yang harus dihitung.”

Juno menambahkannya, “Dan kami tidak sendirian. Banyak yang merasa seperti ini. Kami hanya kebetulan yang berani bicara. Tapi ada ribuan, bahkan jutaan anak muda yang terjebak dalam sistem yang sama. Mungkin mereka tidak berani berbicara, mungkin mereka takut. Tapi mereka ada.”

Nala menatap mikrofon, suaranya sedikit serak. “Jujur, aku capek. Capek karena merasa selalu disalahpahami. Capek karena setiap kali kita berbicara, orang-orang hanya melihat dari sisi mereka, bukan dari sisi kita. Padahal, kita semua sama-sama manusia. Semua punya perasaan, semua punya mimpi.”

Dita menggenggam tangan Nala, “Aku juga capek. Capek karena terus berjuang tanpa dihargai. Kadang-kadang, aku merasa, apakah semua yang kita lakukan sia-sia?”

Raka tersenyum tipis. “Tapi, kalau kita tidak mulai, siapa yang akan mulai?”

Juno mengangguk. “Tentu saja, kita tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini. Tapi yang jelas, kita sudah melakukan yang terbaik. Kita sudah mengungkapkan apa yang ada di hati kita.”

---

Malam itu, podcast yang mereka rekam langsung diunggah ke berbagai platform. Judulnya sederhana, “Di Balik Layar Podcast Gagal Paham”. Tidak ada embel-embel sensasional, hanya percakapan jujur mereka tentang bagaimana perasaan mereka selama beberapa bulan terakhir.

Reaksi dari netizen kali ini berbeda. Banyak yang berkomentar dengan lebih empati, bahkan beberapa teman lama mereka memberikan dukungan. Meskipun ada juga yang tetap mengkritik, namun tak sebanyak sebelumnya. Komentar-komentar yang muncul lebih banyak berbicara tentang perjuangan, tentang rasa lelah, dan tentang harapan.

> “Sangat relatable, gue juga merasa terjebak dalam sistem yang sama.”

> “Kalian benar, kita nggak cuma angka di daftar nilai. Kita manusia, kita punya hak untuk didengar.”

> “Gue ikut bangga sama kalian. Semoga ada lebih banyak yang berani kayak kalian.”

Namun, di sisi lain, ada juga komentar pedas yang kembali muncul, mengingatkan mereka bahwa perjuangan mereka belum selesai.

> “Kalian cuma anak muda yang nggak tahu apa-apa. Dunia itu keras, dan nggak ada tempat untuk orang yang terlalu banyak ngomong.”

> “Siapa kalian, sih? Seolah-olah kalian lebih tahu daripada para guru.”

> “Podcast ini cuma cara kalian cari perhatian. Coba cari masalah lain yang lebih penting.”

Tapi kali ini, reaksi itu tidak terlalu mempengaruhi mereka. Karena mereka tahu, meskipun beberapa orang menentang, ada lebih banyak orang yang akhirnya paham.

---

Di sekolah, perubahan mulai terasa. Meskipun ada tekanan dari pihak-pihak tertentu, seperti guru dan pihak administrasi, para murid mulai mengirimkan pesan-pesan dukungan. Mereka merasa bahwa suara mereka yang selama ini terpendam, akhirnya menemukan tempat. Beberapa bahkan mendatangi mereka secara langsung, mengucapkan terima kasih karena telah membuka mata mereka.

Raka merasakan perubahan ini lebih dalam. Meskipun ia masih harus menghadapi guru-guru yang memberi tekanan, ia merasa ada sedikit harapan. “Mungkin kita bisa merubah sesuatu. Mungkin perubahan itu tidak datang seketika, tapi paling tidak, kita sudah memulai.”

Nala tersenyum, “Iya, setidaknya kita tahu kita tidak sendirian. Ada yang peduli, ada yang mendukung.”

Juno menatap ke arah jendela, “Tapi ini baru permulaan. Kita harus siap untuk lebih banyak halangan ke depan.”

Dita mengangguk setuju. “Kita harus terus maju. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, tapi kita harus bertahan.”

---

Namun, meskipun ada sedikit perubahan, ketegangan masih terasa di dalam diri mereka. Masing-masing dari mereka tahu bahwa perjuangan ini lebih berat daripada yang mereka bayangkan. Ada masa-masa ketika mereka hampir ingin menyerah, ada saat-saat ketika mereka merasa semua yang mereka lakukan sia-sia. Tapi mereka sadar, ini bukan hanya soal mereka. Ini soal seluruh generasi yang merasa terpinggirkan, yang merasa suaranya tidak didengar.

Dan di balik layar podcast mereka, mereka semakin mengerti bahwa perubahan sejati tidak datang begitu saja. Perubahan itu datang melalui perjuangan, melalui pengorbanan, dan melalui keberanian untuk terus berbicara meskipun banyak yang tidak setuju.

Episodes
1 Bagian 1 : Wacana yang Tak Pernah Usai
2 Bagian 2 Nala, Si Pemberani di Dunia Maya
3 Bagian 3 Puisi Juno di Tengah Matematika
4 Bagian 4 Dita dan Keinginan Jadi Bodoh
5 Bagian 5 Bimbingan Konseling, Bukan Konseling
6 Bagian 6 Kita Ini Generasi Apa?
7 Bagian 7 Sekolah Rasa Penjara
8 Bagian 8 Salah Faham dalam Diam
9 Bagian 9 Kenapa Cinta Bikin Bingung?
10 Bagian 10 Pertemuan yang Mengubah Segalanya
11 Bagian 11 Podcast Gagal Paham
12 Bagian 12 Viral yang Tidak Direncanakan
13 Bagian 13 Reaksi Guru, Respons Dunia
14 Bagian 14 Orang Tua yang Tak Mau Mendengar
15 Bagian 15 Komentar Pedas dari Netizen
16 Bagian 16 Di Balik Layar Podcast
17 Bagian 17 Surat Peringatan
18 Bab 18 – Kata Mereka, Kita Kurang Aja
19 Bagian 19 Keresahan adalah Kebenaran
20 Bagian 20 Suara yang Tak Pernah Usai
21 Bagian 21Rasa yang Tak Terdefinisi
22 Bagian 22 Dita Menjauh
23 Bagian 23 Juno dan Luka Lama
24 Bagian 24 Pertengkaran Pertama
25 Bagian 25 Nala yang Kelelahan
26 Bagian 26 Rahasia-Rahasia Kecil
27 Bagian 27 Raka dalam Dilema
28 Bagian 28 Ujian Bernama Persahabatan
29 Bagian 29 Pilih Cinta atau Kebenaran
30 Bagian 30 Diam Adalah Pengkhianatan
31 Bagian 31 Dialog Palsu di Ruang Guru
32 Bagian 32 Rapat Orang Tua yang Membara
33 Bagian 33 Guru Favorit Ikut Mengecewakan
34 Bagian 34 Mereka Bilang Kita Kurang Ajar
35 Bagian 35 Masalah Itu Bernama Reputasi
36 Bagian 36 Dunia Dewasa Tak Seindah Dulu
37 Bagian 37 Antara Cita-Cita dan Kenyataan
38 Bagian 38 Label Buruk yang Menempel
39 Bagian 39 Ketika Kejujuran Malah Dihukum
40 Bagian 40 Sekolah dan Politik dalam Miniatur
41 Bagian 41 Rencana Besar Dimulai
42 Bagian 42 Poster, Spanduk, dan Tanda Tanya
43 Bagian 43 Aksi Diam yang Berteriak
44 Bagian 44 Mereka Tak Siap Mendengar
45 Bagian 45 Nala Bicara di Forum Terbuka
46 Bagian 46 Dita Menulis Surat Terbuka
47 Bagian 47 Podcast Terakhir
48 Bagian 48 Juno Menghilang
49 Bagian 49 Raka Dipanggil Polisi
50 Bagian 50 Kita Tak Bisa Mundur
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bagian 1 : Wacana yang Tak Pernah Usai
2
Bagian 2 Nala, Si Pemberani di Dunia Maya
3
Bagian 3 Puisi Juno di Tengah Matematika
4
Bagian 4 Dita dan Keinginan Jadi Bodoh
5
Bagian 5 Bimbingan Konseling, Bukan Konseling
6
Bagian 6 Kita Ini Generasi Apa?
7
Bagian 7 Sekolah Rasa Penjara
8
Bagian 8 Salah Faham dalam Diam
9
Bagian 9 Kenapa Cinta Bikin Bingung?
10
Bagian 10 Pertemuan yang Mengubah Segalanya
11
Bagian 11 Podcast Gagal Paham
12
Bagian 12 Viral yang Tidak Direncanakan
13
Bagian 13 Reaksi Guru, Respons Dunia
14
Bagian 14 Orang Tua yang Tak Mau Mendengar
15
Bagian 15 Komentar Pedas dari Netizen
16
Bagian 16 Di Balik Layar Podcast
17
Bagian 17 Surat Peringatan
18
Bab 18 – Kata Mereka, Kita Kurang Aja
19
Bagian 19 Keresahan adalah Kebenaran
20
Bagian 20 Suara yang Tak Pernah Usai
21
Bagian 21Rasa yang Tak Terdefinisi
22
Bagian 22 Dita Menjauh
23
Bagian 23 Juno dan Luka Lama
24
Bagian 24 Pertengkaran Pertama
25
Bagian 25 Nala yang Kelelahan
26
Bagian 26 Rahasia-Rahasia Kecil
27
Bagian 27 Raka dalam Dilema
28
Bagian 28 Ujian Bernama Persahabatan
29
Bagian 29 Pilih Cinta atau Kebenaran
30
Bagian 30 Diam Adalah Pengkhianatan
31
Bagian 31 Dialog Palsu di Ruang Guru
32
Bagian 32 Rapat Orang Tua yang Membara
33
Bagian 33 Guru Favorit Ikut Mengecewakan
34
Bagian 34 Mereka Bilang Kita Kurang Ajar
35
Bagian 35 Masalah Itu Bernama Reputasi
36
Bagian 36 Dunia Dewasa Tak Seindah Dulu
37
Bagian 37 Antara Cita-Cita dan Kenyataan
38
Bagian 38 Label Buruk yang Menempel
39
Bagian 39 Ketika Kejujuran Malah Dihukum
40
Bagian 40 Sekolah dan Politik dalam Miniatur
41
Bagian 41 Rencana Besar Dimulai
42
Bagian 42 Poster, Spanduk, dan Tanda Tanya
43
Bagian 43 Aksi Diam yang Berteriak
44
Bagian 44 Mereka Tak Siap Mendengar
45
Bagian 45 Nala Bicara di Forum Terbuka
46
Bagian 46 Dita Menulis Surat Terbuka
47
Bagian 47 Podcast Terakhir
48
Bagian 48 Juno Menghilang
49
Bagian 49 Raka Dipanggil Polisi
50
Bagian 50 Kita Tak Bisa Mundur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!